Selasa, 28 Mei 2013

Silaturahmi di Penerbit Sygma Media Innovation

foto dokumentasi Mas Ali Muakhir


Minggu lalu, hari rabu tanggal 22 Mei 2013, saya menerima undangan dari LinePro pimpinan Mas Ali Muakhir (Mas Alee) supaya datang ke Penerbit Sygma di Jl. Babakan Sari, Kiaracondong.

Saya merasa betul bakal datang terlambat, karena harus ngurus pendaftaran sekolah SD untuk Awan. Tapi syukurlah, pas sampai ke sana, acara belum dimulai. Mas Alee, Syfa, Dydie dan Teh Irma masih duduk-duduk di loby. Dan hwuaaa... pemandangan ibu-ibu langsung menyeruak di hadapan saya hehe... Teh Irma bawa putranya dan menggendong putrinya. Begitu juga Dydie menggendong putranya yang berusia 8 bulan.

Begitulah ibu-ibu hehe... Saya sendiri berterima kasih sekali pada suami tercinta karena bersedia membawa Awan dan Ade Yahya ke kantornya. Sebetulnya kalau bawa Awan sih tidak apa-apa. Awan tuh anaknya kalem. Dia bisa duduk dengan tenang sambil main hp, baca buku atau ngemil. Tapi Ade Yahya... duh, gak mungkin saya bisa tenang. Pasti waktu saya dihabiskan untuk mengejar-ngejar dia. Jadi, gak mungkin kesampaian deh acara saya.

Dari situ saya berpikir, bahwa saya atau Dydie atau Teh Irma adalah ibu-ibu yang diberi anugerah kemampuan menulis. Tapi tugas utama kita adalah seorang ibu. Jadi, kalau kemampuan menulis kita dibutuhkan, ya mau tidak mau harus terima juga keadaan kita sebagai seorang ibu. Kalau tidak bisa terima, ya maaf-maaf saja deh hehe....

Tapi yang itu ya, sudahlah. Yang pasti acara berjalan dengan lancar. Mas Alee memberikan arahan kepada kami mengenai proyek LinePro yang disokong oleh Penerbit Sygma. Saya benar-benar terharu selama di sana. Saya memang selalu tidak percaya kalau ternyata kemampuan saya itu ada, kalau ternyata kemampuan saya itu diakui. Buktinya, dengan terus memuji kepada Allah, saya dipercaya sebagai salah seorang yang menangani proyek di Penerbit Sygma ini.

Selain itu saya juga bersyukur karena Allah sudah mengarahkan saya ke WinnerClass, kelas menulis yang juga pimpinan Mas Ali Muakhir. Di situ, kita para murid selalu diasah kemampuan dan diarahkan untuk terus berlatih dan berani menerima tugas-tugas menulis. Selain itu, suasana pertemanannya pun menyenangkan. Kita memang serius, tapi kita orang dewasa. Jadi meskipun kita belajar sambil bercanda, tapi esensi dari belajarnya gak pernah lupa.

Oke, itu rekam jejak salah satu pengalamanku di dunia penulisan. Mudah-mudahan pengalaman ini bisa menginspirasi para penulis pemula yang baru menekuni dunia menulis. Bahwa kalau kita mau mengawali dan terus semangat menjalaninya, maka kita akan sampai juga pada apa yang selama ini kita cita-citakan.

Rabu, 22 Mei 2013

(Resensi Buku) KKJD Hilangnya Berlian Pink







Judul: (Kecil-Kecil Jadi Detektif) Hilangnya Berlian Pink 
Genre: Novel Anak

Penulis: Haya
Penyunting Naskah: Dadan Ramadhan dan Beby Haryanti
Penerbit: Dar Mizan
Tahun: 2012
Jumlah: 156 halaman



"Di kamar, Vina mengambil ponselnya. Dia mem-buzz Kay dan Shofie untuk teleconference via Yahoo Messenger (YM)." (hal. 30)

"Vina sengaja memakai kemeja berwarna fuschia berbahan katun. Selain keren, kemeja ini menyerap keringat. Serasi sekali dipadukan dengan celana jeans warna biru tua. Sandal tali warna bronze yang melilit pergelangan kakinya akan menemani perjalanan Vina." (hal. 63)

"Vina memesan spaghetti saus daging dengan taburan keju, segelas lemon squash, dan semangkuk kecil es krim stroberi dengan buah ceri. Shofie memesan nasi plus ayam penyet dan secangkir susu cokelat. Sementara Kay, sama seperti Tante Lulu. Mereka memesan laksa khas Singapura. Laksa khas Singapura adalah mi kuah kari yang pedas. Selain mi, di dalamnya ada campuran taoge, tahu goreng, telur rebus, dan udang. Hmmm, yummy …. " (hal. 67-68).

Tiga paragraf di atas merupakan cuplikan dari cerita di novel KKJD (Kecil-Kecil Jadi Detektif) Hilangnya Berlian Pink. Kalau kita perhatikan, kalimat-kalimat senada bisa kita temui juga di novel-novel karangan para penulis cilik, yang mana novel tersebut tengah digandrungi para penggemarnya saat ini.


Ya, gaya hidup anak-anak perkotaan yang akrab dengan gadget, penggambaran terhadap fashion sang tokoh dan rincian menu kuliner agaknya mampu menjadi bumbu pemikat bagi para pembaca cilik saat ini. Hal ini menjadi kelebihan dari novel KKJD Hilangnya Berlian Pink. Karena para pembaca cilik akan langsung merasa familiar dengan buku yang dibacanya.


Sebetulnya tidak ada yang perlu diherankan kalau sang penulis, Haya kebetulan mengetahui hal tersebut. Karena dalam beberapa novel anak karya penulis cilik, Haya pernah bertindak sebagai editornya. 


Bicara tentang isi cerita Novel KKJD Hilangnya Berlian Pink, novel bersampul dominan kuning ini mengisahkan tentang tiga sahabat yang juga masih sepupu, Vina, Kay dan Shofie. Ketiga gadis berumur 12 tahun ini berlibur ke Singapura diantar Tante Lulu, mamanya Kay. Pengetahuan Vina yang luas di dunia mode dan kemampuannya membuat sketsa membantu Tante Rosa, perempuan yang dikenalnya di pesawat, dalam menemukan pencuri berlian pinknya.


Kalau diandaikan, perburuan Vina dan kawan-kawan terhadap pelaku pencurian berlian ini seperti kita menghubungkan satu titik dengan titik berikutnya sehingga terbentuklah sebuah gambar. Ya, persis permainan membentuk gambar. Kita sudah tahu, titik-titik mana saja yang harus dilalui untuk sampai pada ujungnya.


Kemunculan tokoh-tokoh unik seperti laki-laki berjaket biru tua, seseorang berkostum nenek sihir, perempuan berjaket rancangan Vera Liu, bagaikan titik-titik tersebut. Pembaca cilik yang sudah biasa membaca novel-novel detektif pasti sudah bisa menebak kalau tokoh-tokoh tersebut ada hubungannya dengan hilangnya berlian pink. Selain itu, petunjuk-petunjuk yang ada lebih bersifat “mendatangi” tokoh, dan bukan hasil pemecahan.


Mungkin untuk pembanding, perumpamaan cerita detektif itu dimisalkan sang tokoh berada di depan barisan titik. Si tokoh berusaha mengikuti beberapa titik di hadapannya yang paling mungkin mengarah pada pelaku berdasarkan bukti-bukti yang terpecahkan. Setelah mengikuti beberapa jalur, bisa jadi ada yang mentok dan mungkin salah satu mengarah kepada pelaku. Di beberapa cerita detektif, sering ternyata pelaku adalah orang yang berada di samping sang tokoh, yang selama ini membantunya mengikuti jalur titik-titik tersebut. Sungguh tidak disangka, bukan?


Okelah, bisa jadi cerita ini memang tidak dibuat rumit karena segmen pembacanya masih belia. Namun kedepannya harus menjadi sebuah tantangan bagi sang penulis, untuk bisa meramu cerita, biarpun untuk anak-anak tapi harus lebih nge-detektif  Ya, untuk sebuah cerita petualangan, novel ini, it’s okay. Tapi untuk sebuah cerita detektif, yang jelas-jelas ada dalam seri Kecil-Kecil Jadi Detektif, rasanya masih jauh.


Namun, di luar masalah “perdetektifan” di atas, novel ini layak mendapat bintang empat dari lima bintang untuk setting dan gaya penceritaan. Penggambaran latar Singapuranya yang kuat, bahasanya yang enak dikunyah, sisi humornya juga ada, dan beberapa pengetahuan yang tanpa terasa sudah dibagikan, menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca. 


Pada akhirnya, nggak rugi beli novel ini. Selain ada bonus sticker kerennya, wawasan mengenai dunia mode dan pengetahuan tentang berbagai tempat di Singapura, mampu memberi kepuasan saat selesai membacanya.

                                                         ---------------------------------

Resensi ini diikut sertakan dalam "Lomba Resensi Buku Anak" yang diselenggarakan dalam rangka meramaikan ulang tahun ke-3:

Forum Penulis Bacaan Anak

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...