Senin, 22 September 2014

Menghadapi Anak Usia Remaja



Ketika anak-anak kita sudah besar, ada yang bilang: enak ya, anaknya sudah besar-besar.
Benarkah begitu?
Bagi saya, setiap level umur anak tentu ada sulit dan senangnya. Senangnya, kalau anak sudah besar itu sudah bisa diajak duduk bersama membicarakan banyak hal. Sudah bisa diajak mengerti keadaan orang tua. Sudah bisa membantu meringankan pekerjaan orang tua, dan lain-lain.
Tapi di sisi lain, anak semakin besar itu juga semakin membutuhkan banyak biaya. Biaya pendidikan, biaya jajan, pakaiannya, rekreasinya dan lain-lain. Selain itu, semakin besar anak, pergaulan mereka pun semakin luas. Lingkungannya tidak hanya keluarga, tapi juga teman-temannya. Nah ini yang sebetulnya bikin deg-degan.

Sebagai orang tua yang memiliki dua anak gadis umur SMA dan satu anak laki-laki umur SMP, terus terang saya banyak menghadapi hal-hal tak terduga dari mereka. Seperti cara berpikirnya, wawasannya, keinginannya dan lain-lain.

Saya pikir sebagian besar orang tua pasti memiliki perasaan yang sama dengan saya. Penyebabnya adalah,
  • Pertama: Tidak ada sekolah menjadi orang tua. Memiliki anak menjadikan kita otomatis sebagai orang tua. Untuk menjadi orang tua yang baik, syaratnya kita harus praktek langsung menghadapi anak. Saat itulah biasanya kita dihadapkan pada hal-hal tak terduga yang ada pada diri sang anak.
  • Kedua: Mungkin kita berpengalaman menghadapi anak. Tapi setiap anak itu unik. Saat kita berinteraksi dengan mereka lebih dekat, kita akan melihat hal-hal tak terduga ada dalam diri mereka. Entah itu bakat, sifat atau malah masalah.
Nah, untuk memahami hal-hal yang tak terduga pada diri anak, kita harus bertindak secara personal. Tidak bisa garis besarnya saja atau disamaratakan dengan anak lain. Karena penanganan personal akan membuat kita lebih mengenali mereka. Dengan pengenalan inilah kita akan lebih mudah membantu mereka dalam menapaki hidupnya.
Apakah yang dimaksud membantu itu mengambil peran mereka?
Ouw tentu saja bukan. Namanya juga membantu. Saya selalu menegaskan pada anak-anak bahwa orang tua itu hanya membantu anak yang belum mampu dan salah satu tugas orang tua adalah mengajar anaknya supaya mampu.

Apa sih bantuan saya pada anak, khususnya anak-anak usia remaja?
  • Pertama, saya membantu membuka pemahaman mereka tentang hidup dan kehidupan. Anak harus tahu mengapa mereka ada, untuk apa mereka ada, mau kemana mereka dan apa yang harus di raih dalam hidup ini.
  • Kedua, saya membantu memetakan masalah yang dihadapi mereka. Sikap yang tidak biasa, murung, mogok sekolah, tidak mau makan menjadi indikasi bagi orang tua untuk membuka percakapan. Setelah tahu masalah mereka, kita ajak anak mempelajari dan memetakan masalah mereka. Seperti, inti masalahnya apa? Apa yang di luar kuasa kita? Apa yang harus diubah dari sikap dan cara pandang kita dalam menghadapi masalah tersebut? Tindakan apa yang harus dilakukan kemudian?
  • Ketiga, tumbuhkan rasa percaya diri anak. Katakan pada anak bahwa meskipun status sosial manusia di masyarakat itu berbeda-beda, tapi di hadapan Tuhan semuanya sama. Kita memiliki modal yang sama dalam menjalani kehidupan ini. Jadi, tidak ada gunanya kalau kita minder dan tidak percaya diri. Mungkin bahasa gaulnya: Siapa sih lo? Kita sama-sama manusia, kok.
  • Keempat, untuk melatih tanggung jawabnya, libatkan anak dalam hal-hal praktis. Seperti mengatur keuangan, penggunaan pulsa, tugas-tugas rumah sederhana, dan lain-lain. Ya, kita tahu tugas utama anak adalah sekolah. Pekerjaan rumah dan berbagai les bisa jadi menyita sebagian besar waktu mereka. Saya sendiri kadang tidak tega kalau harus membebani mereka dengan pekerjaan tambahan. Makanya sebisa mungkin saya tetap membantu mereka menyiapkan bekal di pagi hari, mencarikan buku-buku pelajaran yang sedang mereka butuhkan, dan lain-lain. Tapi tetap saja, anak-anak harus dilibatkan dalam aktivitas hidup sehari-hari. Hal itu akan membuat mereka menjalani hidup lebih “membumi”, punya perencanaan, dan melatih kepedulian.
Kira-kira seperti itulah yang saya lakukan dalam menghadapi anak-anak usia remaja. Di bilang senang ya senang. Di bilang sulit ya sulit juga. Dari pada bingung mikirin senang atau sulit, ya lebih baik mulai dijalankan saja apa yang harus dilakukan.
Sebetulnya, masih banyak hal lain yang ingin saya sharing. Sebanyak hal tak terduga yang pernah saya alami bersama anak. Tapi, setidaknya keempat hal di atas merupakan yang utama. Insya Allah, lain waktu kita sharing lagi, ya.

20 komentar:

  1. Sama mbak Yas, aku juga melatih tanggung jawab ama sulungku untuk ngatur uang selama seminggu buat bensin, pulsa dan uang saku. Karena sekaran udah kliah otomatis nambah uang makan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm.... ternyata begitu ya, kudu belajar dari diri sendiri mulai sekarang untuk mengatur uang, supaya bisa melatih nantinya

      Hapus
    2. Mbak Tatit: Wah anaknya sudah kuliah, mba. Iya, selain melatih mereka, kadang kalau ngasih harian, kitanya juga suka puyeng ditagih tiap hari hehe...

      Hapus
    3. Mba Nunu: hihi...yang berasa :D

      Hapus
  2. Hehehe, pasti akan ada cerita baru setiap harinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu pasti, Mba. Dari mulai yang bikin kaget, kesel, nyelek sampai ketawa-ketiwi :D
      Btw, makasih ya atas kunjungannya :)

      Hapus
  3. Betul, mak, sekolah untuk jadi orang tua itu ga ada. Akhirnya kita betul-betul learning by doing.
    Salam kenal, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga Mba Ratna. Betul Mba, musti kejeduk-kejeduk masalah dulu baru ngeh ya hehe...

      Hapus
  4. Bisa belajar dari pengalamannya bunda yas :D

    BalasHapus
  5. Makasih sharingnya Bunda..bekal buat saya dalam mendampingi anak usia remaja. Masih beberapa tahun lagi tapi saya harus menyiapkan diri nih. Deg-degan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntung mbak masih punya waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi masa itu. Yang penting banyak ngobrol saja sih kalau saya. Dengan ngobrol kita banyak dengar celotehan mereka dan juga bisa memberikan masukan buat mereka tanpa menggurui :)

      Hapus
  6. Wah bisa konsul sama Teh Yas dong :D boleeeh? Alhamdulillah soal bergaul dan ibadah sdh baik, tapi babantu bundanya mah, haduuuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleeh..mbak Lia hehe...
      Alhamdulillah banget kalau anak sudah ada kesadaran ibadah. Soal gak bantu bundanya mungkin capek, mba. Kalau saya sih minimal membantu diri mereka sendiri kayak nyimpen handuk sendiri, beresin lemari baju sendiri. Waktu gak punya ART, ya nyuci baju dan nyetrika sendiri :)

      Hapus
  7. Tips yang sangaaaatt membantu banget mak. Makasih ya, sepertinya tips ini juga bisa saya pakai untuk anak yang masih usia SD.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak. Lebih dini lebih baik. Dengan bahasa yang disesuaikan tentunya :)

      Hapus
  8. ketika anak memasuki fase remaja adalah saat saat yang paling kritis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas. Justru ortu harus semakin dekat dengan hatinya :)

      Hapus
  9. Info artikelnya bermanfaat sekali ya Bunda Yas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...seneng deh kalau bermanfaat. Makasih atas kunjungannya ya.

      Hapus

Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...