Lokasi: depan masjid nabawi (dok.pribadi) |
Tidak tahu kenapa, jika ada sesuatu yang tidak
tepat dalam pikiran, perasaan saya suka berontak. Kayaknya ada sesuatu
deh...tapi apa ya? Itu yang ada di pikiran saya ketika keluar dari area raudhah
pertama kali. Raudhah terletak di kawasan Masjid Nabawi. Lokasi raudhah merupakan tempat favorit Rasulullah saat membina para
sahabatnya atau menerima tamu-tamunya. Di sebelah kiri raudhah terletak rumah Aisyah yang sekarang jadi
makam Rasulullah saw. dan kedua sahabatnya. Sedangkan di sebelah depan tengah
raudhah merupakan letak mimbar nabi.
Antrian menuju Raudhah |
Hampir semua peziarah ingin mengunjungi raudhah
karena percaya doa di sana mustajab. Buktinya Rasulullah saja memfavoritkan
tempat tersebut dan menyebutkan bahwa raudhah itu taman surganya. Namun karena
area yang sempit, hasilnya ya berdesak-desakan. Desak-desakannya tidak bisa
dianggap main-main. Nafas saya sampai megap-megap saking terjepit dari semua
arah. Bagi saya waktu itu, masuk kesana seperti perjuangan hidup dan mati. Dan
kabarnya di lokasi itu memang sering jatuh korban jamaah haji yang meninggal.
Suasana haru sekaligus panik dan bingung terlihat menghinggapi wajah-wajah
jamaah Indonesia yang tubuhnya kecil-kecil. Saat saya sholat sunat pun,
pembimbing (muthawif) menjaga kepala saya supaya tidak terinjak. Selesai sholat saya
langsung disuruh keluar. Sebetulnya saya masih ingin berlama-lama di situ tapi
pembimbing menegur saya karena dianggap tidak memberikan kesempatan pada yang
lain. Karena jalan keluar juga sulit, akhirnya saya memanfaatkan waktu
berdesak-desakan itu sambil berdoa. Saya berhasil keluar dari raudhah sekitar pukul 01.00 malam.
Keluar dari area raudhah hingga sampai hotel saya
masih setengah bingung. Kepala terasa goyang sisa tangis selama di raudhah.
Akhirnya saya pun tertidur kelelahan tanpa bermimpi apapun. Padahal saya
berharap bermimpi bertemu Rasulullah. Di penghujung malam, sekitar pukul 03.00
saya terbangun dengan hati hampa. Di situ saya meratap, ya Allah sebetulnya
saya dapat apa dari raudhah? Dapat apa saya dengan berdesak-desakan dan
melintas makam rasul yang hanya sekejap itu? Dapat apa saya yang shalat pun
dilakukan dengan perasaan panik dan terburu-buru takut terinjak? Saya pun
shalat malam dan subuh di masjid nabawi dengan hati merana.
Mubarak Hotel, tempat saya menginap selama di Madinah |
Selepas makan pagi, saya beristirahat di kamar
hotel. Dan pada saat itulah seolah malaikat berbisik, "Hmm... mengunjungi
makam Rasulullah saw. saja sulit, bukan? Karena semua orang ingin kesana. Lalu
bagaimana di alam mahsyar saat kita butuh syafaat Rasulullah? Bisakah kita
berdesak-desakan bersaing bersama umat manusia seluruh dunia untuk mendekati
dan berbicara dengan beliau s.a.w? Kenal dan pedulikah rasul pada kita? Siapa
kita?"
MasyaAllah... saya langsung tersentak. Air mata saya
langsung bercucuran tak tertahan. Alhamdulillah ya Allah, ini ternyata yang
dicari batin saya. Ternyata ke raudhah itu bukan sekadar tempat menangis dan
berdoa di makam Rasulullah. Tapi yang lebih penting adalah raudhah menjadi motivasi bagi saya supaya sepulang
ke tanah air saya bisa mempersiapkan diri berdesak-desakan di alam mahsyar.
Bagaimana supaya Rasulullah melambai pada saya untuk memberikan syafaatnya,
subhanallah...
Kalau begitu, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan
kecuali saya selama hidup ini selain harus menarik hati Rasulullah dengan
menjalankan sunahnya, melakukan apa yang dicontohkannya, menegakkan apa yang
menjadi misinya, InsyaAllah.
Lokasi Raudhah di tandai dengan karpet warna hijau |
Setelah shalat dhuha saya bertekad memasuki raudhah
sendiri. Saya ingin bersyukur dengan petunjuk ini. Dan Allah Maha Baik. Saya
diberikan kemudahan saat masuk ke raudhah untuk kedua kalinya ini. Meski tepat
di depan mata saya orang berdesak-desakan, namun saya mendapat tempat luas.
Tidak ada orang yang mendekati saya. Seperti ada benteng tak terlihat berbentuk
setengah lingkaran dengan radius 1 m di hadapan saya. Saya bisa sholat dengan
tenang tanpa ada pembimbing yang menjaga kepala saya, bisa membaca satu per
satu doa titipan teman-teman yang saya list di buku sejak dari tanah air,
bahkan saya foto bukunya di atas karpet hijau raudhah. Alhamdulillah...
trimnaksih mbah tulisanya sangat bermanfaat dan memotifasi mbak
BalasHapusSama-sama ��
HapusAku baper, iri padamu Mbak 2x ke Raudhah juga krn cerita spiritualmu itu hehe. Doain ya moga2 aku bisa ke sana jg TFS yaaaa :D
BalasHapusSemoga baper dan irinya bikin makin kuat doa dan usahanya ya, Mba. InsyaAllah mudah2an Mba bisa segera ke tanah suci :)
Hapus