Kamis, 27 September 2012

Membuat Komik Sebagai Alternatif Cara Anak Mengekspresikan Diri



Contoh komik hasil karya anak yang diterbitkan (karya Chaca di Komik KKPK Next G)


Beberapa hari lalu, aku nerima kontrak penerbitan naskah dan gambar komik Hamzah dan Ovi. Pastilah aku gembira sekali. Satu hal yang aku tidak pernah bayangkan sebelumnya adalah ternyata gambar-gambar mereka  layak terbit.

Selama ini, pikiranku sempit. Untuk bisa diterbitkan, anak harus bisa nulis cerita, minimal cerpen. Namun untuk anak seumur Ovi  (9 tahun) dan anak cowok seperti Hamzah (11 tahun), pasti sulit sekali duduk menulis meskipun hanya satu halaman . Mungkin mereka bisa dengan dorongan full aku. Tapi, selain aku nggak tega, sepertinya untuk sekarang ini aku tidak punya banyak waktu lagi.
Berbeda dengan kakak-kakaknya dulu. Aku masih bisa fokus ke mereka. Sekarang sih, Si Kakak-kakak sudah ku lepas. Aku merasa sudah menurunkan ilmu-ilmuku pada mereka (jiyyaaah...sombong banget sih punya ilmu dikit juga. *dilempar sendal hehe...). Lanjut deh. Kalaupun mereka sekarang kesulitan, aku bisa ngasih saran-saran yang lebih pas karena aku sudah tahu gaya mereka. Lagi pula merekanya juga sekarang banyak kesibukan ekskur.
Balik lagi ke naskah Hamzah dan Ovi ya.
Awalnya, Hamzah dan Ovi aku ikut sertakan workshop komik di sebuah penerbit. Biayanya sih sebenarnya relatif ya. Untuk yang tidak pernah ikut pelatihan, mungkin biaya untuk dua pertemuan itu dibilang mahal. Tapi, kalau menurutku sih, untuk sebuah ilmu dan pengalaman, harga itu tidak sebanding. Hamzah dan Ovi yang pada dasarnya memang senang membuat gambar-gambar bisa menyalurkan kesenangannya itu.
Etapi, jangan dibayangkan gambar mereka itu seperti gambar para pelukis profesional ya. Atau gambar yang diwarnai dengan gradasi warna ala lomba-lomba gambar dan mewarnai jaman sekarang. Tidak sama sekali. Menurutku, asal mereka mampu menggambarkan bentuk tubuh manusia dan benda-benda  hingga pembaca tahu gambar apa itu, itu sudah cukup. Intinya, gambar itu bisa menjadi alat komunikasi antara pembuat gambar dan pembaca gambar.
Nah, itu masalah gambar. Yang keduanya adalah alur cerita. Ini yang bikin aku terharu. Mereka membuat cerita dengan sebuah konflik walaupun sederhana tapi itu adalah gambaran imajinasi original mereka yang ingin mereka sampaikan kepada kita. Sungguh perasaan yang luar biasa bagi orang tua yang mengikuti perkembangan anaknya sejak kecil.
Mungkin sharing pengalaman ini bisa menjadi inspirasi buat anak-anak lain atau orang tua yang ingin anaknya memiliki kegiatan dan keterampilan positif. Yang terpenting adalah anak-anak tahu salah satu cara bagaimana mengekspresikan dirinya. Masalah ternyata naskah itu ternyata dibeli oleh penerbit dengan nilai di atas biaya workshop? Ya, seneng juga sih :D.

Syarat pengiriman naskah komik KKPK Next-G, ada di sini:

Komik buatan Ovi dg judul Hantuuu... ada di Komik KKPK Next G Muffin Girls

Senin, 17 September 2012

Saranghae Bluemoon, Novel Anak Pertamaku


Rasanya bahagia sekali melihat cover buku ini. Tentu saja, karena ini adalah buku solo pertamaku. Selama ini, yang terbit selalu saja buku kroyokan alias antologi. Kalau nggak, yang dipromosiin selalu saja buku solo anak-anakku... hiks...

Dan sekarang, alhamdulillah aku pun bisa menerbitkan novel anak. Sepertinya sih kedepannya aku ingin novel anak menjadi garapan utamaku. Aku ingin lebih mendalami bidang penulisan novel anak ini. Insya Allah ya, mudah-mudahan, Aamiin...

O,ya bocoran dikit. Buku ini menceritakan tentang sekelempok anak yang tergabung dalam girlband junior dari Korea. Aku suka banget nulisnya karena aku jadi lebih tahu budaya orang lain melalui browsing di internet. Selain itu, aku suka nulis novel anak karena aku ingin menyalurkan seluruh imajinasiku di masa kecil. Ya, masa kecil yang indah. Melalui novel anak, segala sesuatu yang indah memang menjadi mungkin. So, tunggu tanggal terbitnya dan happy reading :)

Jumat, 07 September 2012

Ketika Menulis Tidak Sekadar Hobi

Dulu, aku menulis hanya sekedar hobi. Sebagai media melepaskan ganjalan di hati. Aku menulis ketika aku mau. Pokoknya curhat abis deh...
Namun tidak itu saja. Ketika aku merasa harus menuangkan ide ke dalam bentuk cerpen, aku juga menulis. Ya, cukup dibaca dan dinikmati oleh sendiri saja. Belakangan, ketika anak-anakku sudah besar, mereka kerap mengobok-obok file-ku dan baca-baca.
Saat itu, pernah ada keinginan untuk mengirimkan hasil tulisanku ke media. Tapi, aku tidak tahu caranya. Entah harus mulai dari mana. Rasanya seperti jalan buntu saja.
Kini, semua jalan itu sudah terbuka. Aku seperti menemukan seribu jalan di hadapanku.
Lalu, apa yang aku rasakan sekarang?
Bingung.
Ya Tuhan... jangan sampai aku menjadi hambamu yang tidak bersyukur atas karuniamu :)
Ketika kesempatan menulis itu bagaikan air bah menghadangku, justru aku gelagapan. Rasanya seakan-akan aku ingin merangkul semuanya. Tapi, tentu saja tidak bisa. Yang bisa aku ambil pun pontang-panting aku kerjakan.

Ya, kini menulis bagiku bukan sekadar hobi lagi. Tapi seperti tugas, tugas dan tugas yang harus aku kerjakan.
Apakah menjadi beban?
Kadang ya, dan kadang juga tidak.
Tidak menjadi beban, karena bagiku menulis adalah passion. Aku merasa tidak mungkin melepaskan diri dari dunia menulis. Aku begitu bersemangat saat memikirkan tentang dunia menulis. Beberapa kasus dalam hidupku juga membuktikan, aku tetap saja menulis meskipun ada berbagai kendala.
Ada kalanya terasa menjadi beban saat aku dikejar deadline. Waktu menulisku begitu sedikit. Dan itu habis oleh waktu menulis writing by order. Aku betul-betul merindukan menulis karena aku ingin. Aku juga rindu membaca buku-buku untuk men-charge energiku.

Lantas, kenapa aku mau menerima writing by order?
Pertama, tentu saja kepastian honor :)
Yang kedua, dengan tengat waktu, aku jadi lebih disiplin.
Selain itu, adrenalin lebih bisa memaksa otakku untuk mengeluarkan seluruh kemampuanku.

Kalau begitu, kapan aku bisa menulis lagi sesuai dengan keinginanku sendiri?
Mmm... kapan ya?
Yang pasti harus bisa. Harus ada beberapa hal yang dipangkas.
Caranya, sementara tidak mengikuti proyek antologi apapun, cukuplah dulu :D
Kedua, fokus hanya di 2-3 grup penulisan (LA)
Ketiga, jangan memaksakan diri mengambil order yang tidak dikuasai

Lalu, bagaimana dengan interaksi jejaring sosialku?
Kayaknya harus setting facebook deh hehe...
Selanjutnya, twitter bisa via selular
Kemudian, lebih baik banyakin kelola blog (share ke fb)
O,ya kalau email sih gak masalah.

Mudah-mudahan setelah beres job yang sekarang ini, kehidupanku lebih lapang dan menyenangkan. Amiin... :)

Halal Bihalal IIDN Bandung, September 2012

Foto: Beta Kun Natapradja

Acara: Halal Bihalal IIDN Bandung
Waktu: Rabu, 5 September 2012
Tempat: Cafe & Resto Giggle Box, Jl. Progo Bandung
Dihadiri oleh: Indari Mastuti (Ketua IIDN Pusat), Madam Vivera Siregar (Ketua IIDN Bandung), Dydie Prameswarie, Honey Miftahul Jannah, Efi Fitriyah, Beta Kun Natapradja, dll.

Minggu, 02 September 2012

Yeaaay... antologi terbaruku: A Cup Of Tea for Writer


Kamu suka nulis? Jangan lewatkan buku ini.. :)

SEGERA BEREDAR PERTENGAHAN SEPTEMBER 2012

Judul: A Cup Of Tea for Writer

Penyusun: Triani Retno A & Herlina P. Dewi
...
Desain Cover: Ike Rosana & Felix Rubenta
Harga: 40.000
Tebal: xii + 195 halaman

Kontributor
Adnan Buchori, Haeriah Syamsuddin, Ina Inong, Juliana Wina Rome, Lalu Abdul Fatah, Monica Anggen, Mpok Mercy Sitanggang, Nuri Novita, Ririe Rengganis, Setiawan Chogah, Skylashtar Maryam, Whianyu Sanko, Widya R, Yas Marina

Penulis Tamu:
Reda Gaudiamo, Ika Natassa, Ollie & Dian Kristiani

SINOPSIS:
Belakangan ini, menulis terdengar sangat seksi. Begitu banyak orang yang ingin menjadi penulis. Motivasi mereka pun beragam. Dari mengisi waktu senggang, ingin terkenal, hingga mencari nafkah. Impian untuk menjadi seterkenal J.K Rowling pun melambung. Terkenal, royalti melimpah, tulisan difilmkan, diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan seterusnya.

Namun, jalan menuju dunia penuh pesona itu tak selalu mulus. Banyak kerikil tajam yang harus dilalui. Terkadang, ada air mata tertumpah. Ditolak berkali-kali oleh penerbit dan media massa, ditentang oleh orang-orang terdekat, dipandang sebelah mata, royalti minim, hingga ditipu penerbit. Ada yang menyalahkan keadaan, ada yang menyerah dan menggantung pena. Hanya mereka yang bertekad kuat yang mampu bertahan. Hanya mereka yang mampu menjaga pijar semangat yang dapat terus melangkah di jalan ini.

A Cup of Tea for Writer membagi semangat itu pada para pembaca. Semangat itu akan menyala di hati. Menerangi. Menghangatkan.

Tips menulis persembahan dari Mbak Reda Gaudiamo tentunya akan menjadi bonus yang mengasyikkan di halaman terakhir. Selamat membaca sambil menikmati secangkir teh Anda.

-----------

Tidak sabar nunggu di toko buku?
Lakukan PO ke penerbit Stiletto Book atau kontributor dengan harga spesial...:)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...