Sabtu, 12 September 2009

PIZZA-PIZZI VERONICA MANIA (cerita fiksi yg belum selesai...)

karangan: Maryam (11 th.)

Hujan mulai gerimis, mataku serasa buram, hujan semakin deras. Kulihat samar-samar bayangan hitam. Semakin besar, semakin besar, dan semakin besar. Tiba-tiba terlihat cahaya yang sangat terang. Aku merasa terserap oleh cahaya itu. Dan kemudian aku merasa melayang di udara. Ruangan di sekelilingku gelap dan hampa. Aku merasa akan jatuh, tetapi aku tidak bisa bergerak. Bahkan aku tidak melihat tubuhku sendiri. Aku merasakan buta. Tiba-tiba tubuhku terasa basah seluruhnya. Kemudian aku tak ingat apa-apa.

Aku membuka mata, kepalaku terasa pening. Kemudian aku sadar sepenuhnya. Aku berada di dataran yang tidak rata. Aku melihat ke atas bintang-bintang terasa sangat dekat. Aku melihat ke samping. Aku terhenyak, bulan terlihat sangaaat besar. Aku kemudian berdiri. Aku meninggalkan rompiku ditempat itu. Aku mencoba menyusuri tempat yang sama sekali tidak kukenal ini. Ditempat ini tidak ada yang istimewa. Kurasa aku akan mati kelaparan ditempat ini. Di sini Cuma ada bebatuan besar ataupun kecil. Kemudian aku menemukan rompiku kembali. Ah, aku telah kembali ke tempat tadi.
Aku pakai lagi rompiku dan tertunduk lesu. Kemudian aku mendengar derap kaki, kemudian aku menoleh ke segala penjuru. Tidak ada siapapun disana. Kemudian aku kembali termenung. Tiba-tiba ada yang memukul punggungku dengan keras. Dan aku tidak sadarkan diri.

Namaku Veronica Jean, teman-tmanku biasa memanggilku Veron. Aku duduk di kelas 6 sekolah dasar. Aku hidup di keluarga yang saling menyayangi. Ayahku bekerja disebuah percetakan, sehingga hidup kami bisa dibilang pas-pasan. Sebulan yang lalu datang seorang sales sepeda ke rumahku. Aku sangat ingin memiliki sepeda, tetapi aku mengerti kesulitan ekonomi keluargaku. Karena saking inginnya aku memutuskan bekerja di sebuah kedai pizza. Kedai itu cukup terkenal dan satu-satunya di kotaku. Aku bekerja sebagai pegantar pizza. Suatu hari seseorang memesan pizza dengan jumlah 4 kotak! Dengan semangat aku berangkat, dan saat itulah petualanganku dimulai.

Perlahan-lahan kubuka mataku aku melihat seberkas cahaya remang- remang. Ternyata cahaya itu berasal dari sebuah obor. Kemudian aku mencoba bergerak ternyata kaki dan tanganku diikat dengan kuat. Aku melihat ke sekeliling, ternyata aku berada di sebuah penjara! Di samping penjara ada mahluk yang menjaga. Bentuknya seperti gurita dengan mata sangat besar di dahinya dan memiliki 4 kaki. Warnanya ungu tua yang terlihat berlendir. Aku tidak mau melihatnya karena melihatnya membuatku ingin muntah. Mahluk itu menoleh dan menyadari bahwa aku sudah sadar sedari tadi. Ia membuka pintu penjara dengan menendangnya sehingga menimbulkan suara berdebam yang memekakkan telinga. Mahluk itu menggiringku melewati lorong-lorong yang gelap. Akhirnya tibalah kami di sebuah ruangan.

Ruangan itu sangat luas dan terang, ditengah ruangan itu ada singgasana yang tinggi dan diduduki oleh mahluk hijau seperti tokoh di film Shrek. Tubuhnya juga berlendir seperti para pengikutnya.

“Futredsajikhobfixu.”

Aku tak tahu apa yang mahluk itu katakan tetapi aku yakin ia bicara padaku. Kemudian ia berbisik pada pengawalnya, dan pengawalnya pun pergi. Tak berapa lama pengawal itu kembali membawa sebuah kantung.

“Hujrhfkojkaolt!”

Pengawal itu mendekatiku dan tanpa basa-basi ia memaksaku menelan benda aneh yang lembek. Akhirnya akupun menelannya.

Rasanya sama sekali tidak enak, seperti memakan roti yang telah dicelupkan ke teh dingin selama 1 jam. Rasanya juga tidak manis, seperti campuran pahit dan asam dengan lendir yang sangaaaat banyak tetapi sangat susah ditelan.

“Siapa namamu?”

Aku agak jengkel dengan bentakan itu. Aku hampir sekarat dengan makanan aneh itu, mereka malah membentakku?! Tapi, hei tunggu dulu, mengapa aku mengerti bahasa mereka?

Ternyata makanan menjijikan ini menerjemahkan bahasaku dengan bahasa mereka. Sekali lagi suara itu membentakku.

Akhirnya aku menjawab, “ Namaku Veronica!” jawabku tak kalah kerasnya.

“Dasar penyusup, tak tahu malu kamu! Beruntung kamu tidak kami bunuh!” salah satu dari pengawalnya bicara.

“Aku lebih baik mati dari pada melihat mahluk menjijikan seperti kalian!” balasku tak mau kalah.

Pemimpin mahluk itu terlihat sangat sebal dengan perkataan terakhirku.

“Baik kalau begitu…” ucap sang pemimpin. “Kalau itu maumu. Pengawal, masukkan saja dia ke penjara!”

Tentu saja aku terkejut, mereka akan membuat aku mendekam di penjara, dan aku tak dapat membayang seberapa menjijikan penjara di sini.

Kemudian para pengawal itu menggiringku melewati lorong-lorong. Dalam perjalanan aku tak dapat memikirkan apapun. Dan tiba-tiba saja dalam kepalaku muncul bayang-bayang ayahku. Ayahku pasti sangat sedih bila mengetahui keadaanku sekarang. Saat sampai di sebuah ruangan gelap aku melihat begitu menjijikan tempat itu. Banyak bangkai tikus dan lumut di pinggiran dinding. Tepat sebelum aku dimasukkan kedalam penjara, aku berkata pada para pengawal bahwa aku bersedia menjadi pengikut mereka. Maka aku pun kembali ke ruangan besar itu.

“Hei, mengapa kalian membawanya ke sini lagi!” kata sang raja saat kami sampai di ruangan itu lagi.

Kemudian salah satu pengawal membisikkan sesuatu kepada si raja.

“Mmm… baiklah, kalau begitu apakah kamu bisa memasak?” tanya si raja.

Kemudian aku teringat sesuatu, aku sangat sering melihat Annie, pembuat pizza saat ia sedang membuatnya. Tapi aku tidak yakin bisa membuatnya, aku belum pernah mencoba membuatnya. Tapi apa boleh buat dari pada aku dipenjara oleh mereka.

“Baiklah akan kucoba,” jawabku walau aku sendiri tak yakin.

Kemudian mereka membawaku melewati lorong-lorong lagi. Lorong itu penerangannya sangat kurang.
Tetapi saat kubuka pintu dapur, disana terang seperti di ruang tengah tadi. Lalu aku masuk dan melihat-lihat, ternyata alat masak yang ada di sini sangat modern. Aku baru melihat hal seperti itu, baru sekali saja saat ada festival memasak di hotel bintang lima di ibu kota.

Kemudian aku memulainya. Pertama, aku membuka lemari-lemari kecil yang berada di samping panggangan. Dan aku terkejut, semua bahan makanan ada di sini!

Aku mengambil sekantung terigu dan memasukkanya kedalam baskom, aku menambahkannya dengan air dan mengaduknya. Ketika semua adonan telah tercampur, aku mengeluarkan adonan itu dari baskom dan meratakannya dengan penggiling adonan. Setelah cukup rata aku memberikan topping diatasnya berupa saus, kemudian tomat, daging cincang, jamur, sayuran, dll. Aku memasukkan ke dalam oven dengan panas 37 derajat Fahrenheit. Kemudian dipanggang dalam waktu 30 menit. Tak berapa lama pizza itu matang, aku mewadahinya dengan piring besar dan menutupinya dengan tudung saji dari alumunium.

Saat aku keluar para penjaga telah menunggu, kami pergi lagi ke ruang tengah. Setelah sampai, aku menyimpannya diatas meja dan aku mundur beberapa langkah. Saat tudung dibuka menyeruaklah bau sedap yang dapat meneteskan air liur. Si raja sudah tidak sabar sehingga melompat dari singgasananya ke bawah. Ia langsung melahap makanan yang terhidang di meja dalam beberapa gigitan saja. Kemudian pada gigitan terakhirnya ia mencoba menikmatinya. Ia terdiam, semua orang menunggu, menunggu, dan menunggu.

“Hmm…rasanya, rasanya sangat luar biasa!” teriak si raja

“Apa nama makanan ini?” tanyanya lagi.

“Di tempatku itu disebut pizza” jawabku.

“Buatkan lagi untukku yang banyaaak, banyak sekali!”

“Pengawal!!. Bawakan seluruh bahan, oven, dan para juru masak kesini!” perintah raja kemudian.

Hah, menurut mereka masakanku enak. Aku tak percaya, dan ketika aku termangu sekitar 10 detik, apa yang diminta si raja telah ada di hadapanku.

“Tapi raja, aku ingin resep ini dirahasiakan, aku tidak ingin semuanya mengetahui resep ini.”

“Baiklah, nanti akan aku hilangkan pikiran mereka. Pengawal bawakan alat itu!”teriak si raja.

Pengawalpun mengambilkan alat yang diminta sang raja. Alat itu seperti pistol bentuknya.

Kamis, 10 September 2009

PETUALANGAN JOE HARVEST DI PLANET TORTEKLO (belum selesai...)

KARANGAN: FATIMAH HUSNA SALSABILA (10 th.)

Sang mentari bersinar dengan teriknya. Hari ini hari pertama musim panas. Sebentar lagi teman-temanku datang. Sekolahku sedang libur musim panas, jadi kami berencana main di ladang gandum ayahku.
Hmm..waktu-nya teman-temanku datang di ladang ayah.
Ow..ladang gandum ayahku hilang sebagian! dan bentuknya bunga matahari!
Aku pun berlari ke rumah dan menceritakannya pada ayahku. Ayahku segera menelpon polisi. Aku sangat ketakutan, tubuhku menggigil, bulu kudukku merinding. Aku takut dimarahi ayahku
Polisi berdatangan disertai wartawan dari berbagai stasiun televisi, radio dan koran. Mereka mewawancarai ayahku. Selain itu para ilmuwan datang. Mereka datang untuk membuktikan keberadaan UFO.
Namaku Joe, Joe Harvest. Umurku 10 tahun pada bulan Januari lalu. Aku tinggal di Perm, sebuah kawasan pertanian di negara Rusia . Selain itu, aku adalah anak dari petani gandum yang cukup kaya. Ladang ayahku di mana-mana.
Di sekitar tempat tinggalku ini, aku punya 4 sahabat yaitu; Linda Milian, Chili Traviolta, Victor Vaughn dan Dwayne Thurman. Kami biasa disebut 5 sekawan, karena kami sangat akrab sekali dan selalu bermain bersama-sama.
Setelah datang kejadian yang menghebohkan itu, akhirnya kami sepakat untuk mengisi liburan musim panas ini dengan melakukan penyelidikan. Kami penasaran sekali ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kami membagi-bagi tugas untuk mencari petunjuk. Aku mencari di bagian timur, Linda di barat, Chili di selatan, Victor di utara dan Dwayne di tenggara.
Ibuku menyediakan lima gelas sirup dan biskuit keju dengan krim lembut diatasnya. Kami mencari terus-menerus dalam 2 jam tapi tidak ada petunjuk. Akhirnya Chili menemukan sepotong umbi yang digoreng dan terlihat renyah. Mungkin karena memakai tepung goreng.
“Mengapa alien suka umbi yang digoreng ya?” pikirku dalam hati. “Ah…biarlah kalau mereka suka. Toh berarti mereka tak akan makan kita, bangsa manusia”.
Keesokan harinya, saat ayah-ibuku pergi ke rumah nenek yang sakit, para alien mendarat lagi di ladang milik ayahku dan kebetulan aku melihatnya mendarat.
Aku keluar dari rumah dengan mengendap-endap dan aku mendengar suara alien berkata “indopritingused” dan pintu itu terbuka. Setelah para alien keluar semua terdengar suara lagi yaitu “kuinusedboiku”.
Para alien yang bentuknya aneh seperti cumi-cumi dengan badan kambing berwarna polkadot hijau tua plus merah muda membuatku muak juga mual.
Setelah mereka pergi, aku mengucapkan kata kunci untuk membuka pintu. Dan agar mereka tidak curiga aku menutupnya kembali.
Disana aku melihat-lihat kapal. Pertama aku mengunjungi kokpit pesawat. Duh, aduh bikin pusing saja tombol-tombolnya. Ada yang lingkaran merah besar yang dibawahnya ada tulisan “blaprito” kecil. Ada segitiga kuning dan yang paling banyak persegi hijau. Aku terus berjalan. Makin aku terus berjalan. Makin bayak benda aneh. Aku menyadari aku telah berada di tengah-tengah pesawat.
Tapi tiba-tiba……
“Oh tidak! Pesawatnya jalan” kataku setengah berteriak.
“Ah, tapi sudahlah. Toh aku tak bisa berbuat apa-apa lagi.”
Rasa penasaranku yang kuat membuat aku tidak berfikir jauh. Aku melanjutkan “jalan-jalanku” di pesawat itu. Aku memasuki sebuah pintu dan ternyata di dalamnya ada anak laki-laki seumuranku yang sedang tidur di atas ranjang yang tampaknya amat empuk dan dengan seprai bergambar Ben 10.
Saat aku membuka pintu, pintu itu berdecit sehingga orang itu bangun.
“Hmm, tampaknya orang itu orang ….orang……oh iya orang Asia. Dari…dari mana ya? Ouw aku ingat salah satu negara di Asia Tenggara, mungkinkah dari Indonesia? Di internet dikabarkan, Indonesia itu banyak pejabatnya suka korupsi!” pikirku mengingat-ingat.
“Hei kok bengong sih?” tanya anak itu setengah teriak yang membuatku kaget dan membuat jantungku hampir copot.
“Eeh, aku tidak apa-apa kok!” kataku yang kaget setengah mati.
Anak itu tiba-tiba memperkenalkan diri.
“Hai! Namaku Toni, lengkapnya Toni Hartono aku dari kota Bandung, Indonesia”.
“Tuh kan benar. Dia dari Indonesia,” pikirku.
“Lho kok bengong lagi sih?” teriaknya sambil mengguncang-guncang tubuhku.
“Iya…iya aku Joe Harvest dari Perm, Rusia,” keluhku masih bingung.
“Eh…ngomong-ngomong bagaimana caranya kamu sampai di sini?” tanyanya sambil menarikku ke kasur.
“Kalau kamu?” aku malah balik tanya. Sebenarnya aku tak peduli pertanyaannya karena aku sibuk melihat ke seluruh bagian kamar.
“Hmm…arsitektur kamarnya bagus sekali. Padahal ini roket,” ujarku masih tak peduli sedikit pun.
“HEEI..! KALAU ORANG NANYA, JAWAB DONG!!!!!” bentaknya jengkel.
Tapi aku tetap tak peduli (he..he..he).
“DENGAR GAK SEEH!!!” bentaknya lagi, tapi yang ini lebih lebiiihhh keras.
“Iya..iya..aku dengar kok!” keluhku sambil terkekeh.
“Nyebelin! Bikin serak saja sih!” umpatnya kesal.
“Biarin…week!” ejekku.
Tapi tiba-tiba…..PLEETAK!!!.
“Aduuh, kok kepalaku kamu pukul sih!?. Sakit tauk!!!!” keluhku manja.
“Jangan main-main ya, aku pemilik sabuk merah taekwondo tauk!” bangganya menyombongkan diri.
“Huu.. sombong, sombong,” soraiku.
“Eeh mengejek lagi! Mau aku pukul lagi?!!!” marahnya tampak tak terbendung lagi.
Ooh tidak…., dia benar-benar akan memukulku.
“Eee… iya iya jangan pukul aku. Maaf ya..? ya..? ya?!, please…….,”pintaku.
“Tidak..tidak! kau sudah keterlaluan. Kau harus diberi pelajaran. Akan tetap ku pukul kamu,” katanya gusar, sambil pasang kuda-kuda.
Tapi tiba-tiba…..
“Eitts ada apa ini Ton?” cegah mahkluk kepala cumi cumi itu, muncul tanpa sepengetahuanku.
“Ini nih ada orang yang kurang ajar. Sebaiknya kita beri pelajaran. Kau mau ikut beri dia pelajaran Gop?”
“Jangan Ton! kita ajak saja dia ke planet tujuan kita, planet Torteklo, planet tercinta.”
Makhluk yang dipanggil Gop itu mencoba mengalihkan perhatian Toni. Dan aku merasa tertolong olehnya. Walaupun aku merasa kurang suka melihat rupanya, tapi dia pahlawanku hari ini. Pahlawan dari kemarahan Toni. Aku berhutang budi pada mahkluk itu.
Mereka pun membawaku ke planet mereka, planet Torteklo. Aku ikut saja dengan mereka karena mereka tampaknya baik dan tidak akan menyakitiku sama sekali.
“Tapiii, mungkin gak ya mereka jahat dan ini sebelumnya sudah mereka rencanakan untuk menipu diriku? Aah…itu kan cuma pikiranku saja, tidak mungkin mereka jahat dan akan menipuku, lagipula ada Toni dan perasaanku mengatakan Toni pasti tidak jahat,” pikirku dalam hati.
Aku ingin menghilangkan firasat buruk itu. Namun, rasanya tetap ada yang mengganjal di hatiku. Rasanya membuat jantungku berdebar-debar. Sulit sekali dihilangkan untuk anak kecil sepertiku.
Memang sih, aku ini menurut teman-temanku agak-agak cengeng juga penakut. Tapi, aku tak pernah percaya omongan mereka tentang hal itu. Aku menganggapnya hanya sebagai lelucon murahan dari teman-temanku yang ngiri padaku. Aku hanya merasa, aku memang lebih sensitive dan selalu terlalu memikirkan sesuatu hal. Tapi bagiku, itu adalah kelebihanku, you know! Namun ternyata, kenyataannya sekarang aku benar-benar takut. Aku termenung di dek pesawat lama sekali hingga tiba-tiba ada yang berteriak.
“Horeee…. sampai! Aku rindu planet ini. Horeeee…..!” katanya kegirangan.
“Tenanglah, Pros…tenang!” kata yang satu lagi mengingatkan.
Di antara mereka tak ada Toni.
“Sungguh aneh!” heranku.
Aku segera berlari ke kamar Toni tapi ia tak ada.
“Biarlah. Kalau malah mencari dia, nanti aku tak bisa lihat planet ini. Aku ingin tahu seperti apa planet ini,” pikirku.
Aku pun keluar dan melihat suatu pemandangan yang sangat baru dan cukup ganjil bagiku. Ternyata planet iniiii….
“Wah, aneh sekali planet ini!” kataku.
Planet ini penuh tanaman umbi.
“Menakjubkan!” kataku dengan mata terbelalak.
Planet ini seluruhnya berasal dari umbi-umbian. Mobilnya dari umbi dan mengeluarkan bau gas Amoniak yang samar-samar. Tapi, anehnya gas itu tidak membuatku pusing. Selain itu, rumahnya juga sama yaitu; sama-sama dari umbi dan mengeluarkan bau gas amoniak juga. Dan tetap aneh, gas itu tidak membuatku pusing sama sekali. Sepertinya tubuh dan penciuman kami langsung bisa menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Mungkin karena gas yang dihasilkan berasal dari bahan alami atau
mungkin udara yang kami hisap mengandung zat yang bisa menetralisir. Tak tahu lah, pokoknya semua serba aneh!
Aku tinggal di sebuah rumah kosong di pinggir kota. Walaupun itu rumah kosong, rumah itu masih bagus.
Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara. Tampaknya itu suara pintu karena suaranya “kreek”berdecit keras Aku mengintip dari balik tembok. Ternyata . mahkluk kepala cumi itu. “Siapa ya dia?” pikirku bingung.
Sementara itu di bumi,
“ Eeh, Joe mana ya?”Tanya Dwayne bingung.
“ Kita ke rumah Joe saja yuk!” ajak Linda.
“yuk!!” kata yang lain.
Tetapi, saat Chili memencet bel, tidak ada yang membuka pintu. “tok,tok,tok ada orang di dalam?” kata Victor. (belum selesai............)

Jumat, 17 Juli 2009

TEROR BOM DI JAKARTA, 17 JULI 2009

Hari Jumat, 17 Juli 2009 sekitar pukul 7.00 pagi terjadi ledakan bom di hotel JW Marriott dan hotel Ritz Carlton, kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Yang pertama diketahui tewas adalah Presdir PT Holcim Indonesia Tbk., Timothy MacKay. Namun hingga sore menjelang malam, menurut keterangan sudah ada 9 orang yang meninggal. Dan yang mengalami luka-luka tercatat 59 orang.
Ternyata ledakan keras ini terjadi pula di pintu tol Muara Angke, Jakarta Utara. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 10.30 WIB. Menurut informasi, ledakan berasal dari sebuah mobil dan diketahui 2 orang tewas. Namun Polisi membantah bahwa ledakan ini dari bom, dilaporkan bahwa ledakan tersebut hanya dari korsleting saja.
Dalam hal ini juga, Presiden SBY dalam konferensi persnya mengemukakan bahwa menurut data intelejen, rencana pengacauan ini sudah tercium sejak pileg dan pilpres 2009. Bahkan KPU pernah akan diduduki, namun kabar ini tidak pernah dipublikasikan demi kelancaran Pemilu 2009. Presiden SBY juga memperlihatkan foto-foto para teroris yang sedang berlatih tembak dengan sasaran foto dirinya. Foto-foto tersebut dibuat sekitar bulan Mei 2009, jadi masih disekitar saat-saat pileg dan pilpres. Dengan ekspresi yang gundah, Presiden pun bersumpah akan dengan segera menangkap otak kejadian dan para pelakunya sampai tuntas.
Kalau kita perhatikan dalam 7 tahun terakhir ini, Indonesia tidak pernah berhenti mendapat teror bom dalam tiap tahunnya. Dan yang paling miris adalah selalu umat Islam yang menjadi kambing hitam dari setiap kejadian ini. Dan dalam kejadian ini pun pengamat Australia sudah menuduh Jamaah Islamiyah yang mendalanginya.
Namun bersebrangan dengan pendapat pengamat Australia, pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Abu Bakar Baasyir justru menuduh bahwa Amerikalah yang ada di belakang kejadian ini. Apalagi dalam sebuah kabar terbaru melalui saksi seorang pegawai Ritz Carlton dan dapat dilihat melalui kamera CCTV, ada seorang pria berpostur warga asing bertingkah laku mencurigakan. Pria tersebut memakai topi, kacamata hitam dan jas hitam serta menyeret sebuah travel bag dan tas ransel yang dipasang di depan. Sesaat setelah pria itu masuk loby restoran hotel, maka terjadilah ledakan tersebut.

Peledakan di dua hotel ini pun diwarnai ketersinggungan Megawati-Prabowo, sehingga mereka dengan tim suksesnya segera melakukan konferensi pers. Hal ini terjadi karena ada ungkapan dari Presiden SBY bahwa ada pihak yang kecewa dengan ‘hasil’ pilpres dan tidak rela kalau SBY jadi dilantik sebagai presiden RI. Megawati sendiri mengungkapkan kenapa peledakan bom ini harus dikaitkan dengan pilpres 2009, kalau seandainya sudah tahu dari awal, kenapa tidak segera ditangkap saja.

Melihat simpang siurnya berita-berita yang berkenaan dengan teror bom tersebut karena memang dilihat dari berbagai sudut pandang dan kepentingan yang berbeda-beda, sebenarnya tentu saja sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Yang ada hanyalah memperkeruh dan membuat masyarakat semakin bingung dan waswas. Dalam hal ini dibutuhkan kejernihan pikiran dari semua pihak. Mengedepankan penyelesaian masalah secara cermat melalui prosedur yang benar, tentunya lebih dibutuhkan. Sehingga bisa segera membongkar otak dan pelaku teror bom yang sebenarnya untuk segera dihentikan keberlanjutan tragedi ini. Yang pada akhirnya peledakan bom tidak sampai menjadi agenda rutin tahunan dari para teroris tersebut. (Dewi Yasmarina, diambil dari berbagai sumber)

Sabtu, 04 Juli 2009

BATITAKU BISA MEMBACA



Ternyata saya bisa mengajari anak saya yang baru berumur 2 tahun membaca. Padahal semua itu saya lakukan tanpa sengaja. Pada mulanya, ketika anak saya masih bayi, setiap aktivitas yang saya lakukan yang memerlukan takaran hitungan, selalu saya lafalkan kata-kata urutan hitungannya supaya terdengar. Misalnya ketika sedang mengancingkan baju, menakar susu ke botol dotnya, mengisi ember dengan air untuk mandi, sampai menakar beras, saya ucapkan cukup keras. Satu!, dua!, tiga!, dan seterusnya. Sampai pada suatu hari di umurnya yang ke 2, dengan mengejutkan dia ikut melapalkan juga dengan berurutan walau dengan keterbatasan pengucapannya. Kejadian itu, memberitahu saya bahwa sesuatu yang diulang-ulang pada anak akan diingat oleh anak tersebut. Sehingga semakin banyak dan semakin sering kosa kata diperkenalkan kepada anak, maka anak akan semakin kaya kosa kata.

Pengalaman lainnya lagi adalah ketika dia melihat iklan suatu produk di TV, dia melapalkan merk produk itu lagi ketika menemukan tulisan merk tersebut di kemasan aslinya. Lalu saya coba merk tersebut saya tulis di selembar kertas. Ketika diperlihatkan pada anak saya, dia melapalkannya persis seperti ketika dia melihat iklan produk tersebut di TV atau ketika melihat kemasan aslinya.

Pada saat itu juga, anak saya lagi senang-senangnya mengenali orang-orang disekitarnya. Dia baru mengenali beberapa orang antara lain Bapak (ayahnya) dan Ovi (kakaknya). Jadi kalau ditanya, mana Ovi? Dia langsung menunjukkan jarinya ke Ovi, sambil tertawa-tawa. Lalu saya coba tulis kata OVI di kertas, dan saya perlihatkan ke dia sambil saya melapalkan kata OVI. Kebetulan di dekat kami juga ada majalah anak milik Ovi, dan disampulnya tertulis nama OVI. Dia langsung menunjuk tulisan di sampul majalah itu sambil melafalkan OVI. Dengan riangnya dia mengambil majalah itu dan dibawa lari untuk menemui kakaknya, Ovi. Sampai dihadapan Ovi, dengan tidak sabar dia menunjuk-nunjuk tulisan itu sambil berulang-ulang meneriakkan kata OVI,OVI,OVI….

Dari kejadian itu saya memahami bahwa mengajarkan membaca kepada anak akan lebih cepat apabila kita mengenalkan kata-kata yang telah diakrabi oleh anak dan akan lebih baik lagi kalau maknanya sudah dipahaminya juga. Sejak saat itu saya mengajarkan membaca kata-kata berdasarkan perkembangan pengetahuannya terhadap suatu kata.

Lihat contoh tahapan kata yang dikenal anak saya, di bawah ini:

1. Anak saya mengenal merk-merk produk. Misal: Dancow, Aqua, Indomie, dll.

2. Anak saya mengenal kata-kata angka 1 sampai dengan 10.

3. Anak saya mengenal nama atau sebutan bagi orang disekelilingnya. Misalnya: Bapak, IBU, KAKAK, OVI, dll.

4. Anak saya mengenal aktivitasnya. Misalnya: makan, minum, susu, bobo dll.

5. Anak saya mengenal anggota badannya. Misalnya: rambut, mata, tangan, kaki, dll.

6. Anak saya mengenal huruf-huruf dari A sampai dengan Z.

7. Anak saya mengenal mainannya. Misalnya: mobil, yoyo, bebek, guguk, dll.

8. Anak saya mengenal barang-barang disekitarnya. Misal: piring, lampu, jam, meja, dll.

9. Anak saya mengenal kata-kata yang sering terlihat. Misalnya: baru, Bandung, Indonesia, kita, dari, yang, dll.

Dan seterusnya sesuai dengan pertambahan kosa kata yang diketahui anak. Setiap tahapan diatas selanjutnya saya jadikan sebuah kelompok kata. Jadi, tahapan-tahapan tersebut merupakan jenis kelompok-kelompok kata.

Untuk memperkaya kosa kata anak, hendaklah kita rajin mengenalkan obyek-obyek yang ada disekitarnya, sehingga efeknya adalah mempercepat penambahan bahan ajar itu sendiri. Jadi intinya, jangan mengajarkan anak untuk membaca kata yang obyeknya belum dia kenal atau jarang dilihat/digunakan.


Bagaimana mulainya?

Sekarang kita melangkah kepada teknis pengajaran. Coba kenalkan cukup 1 kata dulu tiap harinya. Caranya tulis sebuah kata di selembar kertas dengan huruf yang cukup bisa dilihat anak. Ingat, kata tersebut harus sudah sangat akrab dengan anak. Tulis ejaannya sesuai dengan yang biasa dilihat anak. Misalnya, Dancow (terdiri dari huruf kapital D, dan huruf-huruf kecil a-n-c-o-w). Lalu perlihatkan kepada anak sambil dilapalkan. Setelah itu, ajak anak menemukan kata yang serupa di obyek yang nyata. Misalnya merk produk pada kemasannya/yellow page/iklan di surat kabar atau nama stasiun TV yang tercantum di sudut televisi atau nama kakaknya di sampul buku/seragam sekolahnya atau yang lainnya, boleh pilih salah satu. Lakukan hal itu minimal 1 kali sehari.

Keesokan harinya, kenalkan lagi 1 kata dan lakukan prosedur yang sama seperti kata sebelumnya. Diusahakan kata yang sekarang masih satu kelompok kata dengan yang sebelumnya. Misalnya kita mengambil kelompok kata dari nama-nama stasiun TV. Setelah anak hapal kata yang kedua, jangan lupa ingatkan lagi kata yang pertama. Begitu seterusnya sampai anak merasa ingin mengenal kata dari jenis kelompok kata yang lain, misalnya kelompok nama atau sebutan orang di keluarga.

Ketika kita melihat anak mulai jenuh dengan suatu kelompok kata yang kita ajarkan, berarti saat itulah kita harus segera memindahkan ke jenis kelompok kata yang lain. Kalau dibiarkan, dikhawatirkan anak keburu kehilangan minat belajar membacanya. Yang harus diingat pula, belajarlah dalam situasi yang menyenangkan. Buat seolah-olah sebagai sebuah permainan. Kita harus pandai-pandai melihat situasi pada saat kapan pelajaran itu disampaikan, sehingga keberlangsungan belajar tidak terabaikan. Dengan kegiatan belajar yang berkesinambungan, diharapkan anak tidak dengan mudah melupakan pelajaran-pelajaran yang sudah disampaikan. Karena dalam metode ini, cara pembelajaran yang diterapkan adalah dengan mengandalkan ingatan, sehingga harus terus-menerus diulang. Walau demikian, kita harus yakin bahwa ingatan seorang anak sangatlah kuat. Jadi jangan khawatir untuk mengenalkan kata-kata sebanyak mungkin.

Kalau tulisan kata-kata yang kita kenalkan itu belum pernah dilihat oleh anak sebelumnya, maka kita boleh memilih apakah akan menggunakan huruf-huruf kapital atau huruf-huruf kecil. Namun ada baiknya untuk nama-nama orang, kita menggunakan huruf kapital dan untuk nama-nama benda kita pakai huruf kecil. Untuk mengenalkan kata-kata dari kelompok benda seperti piring, lampu, meja, jam dll, selain kita menunjukkan bendanya coba didukung oleh buku-buku cerita yang memuat kata-kata tersebut. Pada saat kita melihat tulisan di sebuah buku, tunjukkan kata-kata yang pernah kita ajarkan. Kata-kata yang tercetak di sebuah media massa mungkin akan lebih menarik minat anak. Sehingga diharapkan akan semakin menguatkan ingatan anak terhadap sebuah tulisan kata.

Pada proses selanjutnya, ketika anak sudah memperlihatkan ketertarikan kepada belajar membaca, kita bisa menambah beban pelajarannya dengan mengenalkan 2 sampai 3 kata tiap harinya.


Anakku membaca sebuah kalimat...

Seperti sudah disinggung sebelumnya, bahwa metode belajar membaca ini adalah berdasarkan perkembangan pengetahuan anak akan kata-kata dan maknanya. Maka apabila anak sudah bisa berbicara dengan membuat kalimat sederhana biasanya baru terdiri dari 2 kata, misalnya baju ibu, nggak mau, Kakak sekolah dll, cobalah kita kembali ke langkah pertama. Yaitu, tulis tiap harinya 1 kalimat sederhana untuk dilapalkan. Setelah itu lakukan pula proses selanjutnya yaitu menunjukkan obyek nyata kepada anak. Jadi setelah kita mengenalkan tulisan ‘baju ibu’, kita langsung mengajak anak menunjuk baju ibunya. Ketika kakaknya akan berangkat sekolah, perlihatkan tulisan ‘kakak sekolah’. Demikian seterusnya, sampai anak mampu mengucapkan kalimat-kalimat yang lebih kompleks.


Dan dia, membaca sendiri buku ceritanya...

Terakhir, coba minta anak untuk membaca buku cerita yang terdiri dari kalimat-kalimat sederhana. Hal ini akan menambah kepercayaan dirinya bahwa dia mampu membaca dan mengerti sebuah cerita. Latihan-latihan seperti ini harus terus-menerus dilakukan untuk memperlancar keterampilan membacanya.

Betapa menyenangkannya apabila anak kita bisa membaca lebih awal. Baik bagi orang tua maupun anak itu sendiri. Bagi orang tua, berarti sudah terlewati satu kekhawatiran akan kemampuan anak dalam hal membaca. Sehingga anak punya persiapan lebih awal ketika memasuki sekolah dasar. Bagi anak, akan menjadi sebuah kegembiraan ketika dia bisa membaca buku cerita yang menarik hatinya. Selain itu dia juga akan punya kesempatan lebih cepat bertambah wawasan ilmu pengetahuannya. Karena di masa dia banyak ingin tahu, dia bisa mencari sendiri sumbernya dengan MEMBACA.

Bandung, 8 Juni 2009

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...