Sabtu, 04 Juli 2009

BATITAKU BISA MEMBACA



Ternyata saya bisa mengajari anak saya yang baru berumur 2 tahun membaca. Padahal semua itu saya lakukan tanpa sengaja. Pada mulanya, ketika anak saya masih bayi, setiap aktivitas yang saya lakukan yang memerlukan takaran hitungan, selalu saya lafalkan kata-kata urutan hitungannya supaya terdengar. Misalnya ketika sedang mengancingkan baju, menakar susu ke botol dotnya, mengisi ember dengan air untuk mandi, sampai menakar beras, saya ucapkan cukup keras. Satu!, dua!, tiga!, dan seterusnya. Sampai pada suatu hari di umurnya yang ke 2, dengan mengejutkan dia ikut melapalkan juga dengan berurutan walau dengan keterbatasan pengucapannya. Kejadian itu, memberitahu saya bahwa sesuatu yang diulang-ulang pada anak akan diingat oleh anak tersebut. Sehingga semakin banyak dan semakin sering kosa kata diperkenalkan kepada anak, maka anak akan semakin kaya kosa kata.

Pengalaman lainnya lagi adalah ketika dia melihat iklan suatu produk di TV, dia melapalkan merk produk itu lagi ketika menemukan tulisan merk tersebut di kemasan aslinya. Lalu saya coba merk tersebut saya tulis di selembar kertas. Ketika diperlihatkan pada anak saya, dia melapalkannya persis seperti ketika dia melihat iklan produk tersebut di TV atau ketika melihat kemasan aslinya.

Pada saat itu juga, anak saya lagi senang-senangnya mengenali orang-orang disekitarnya. Dia baru mengenali beberapa orang antara lain Bapak (ayahnya) dan Ovi (kakaknya). Jadi kalau ditanya, mana Ovi? Dia langsung menunjukkan jarinya ke Ovi, sambil tertawa-tawa. Lalu saya coba tulis kata OVI di kertas, dan saya perlihatkan ke dia sambil saya melapalkan kata OVI. Kebetulan di dekat kami juga ada majalah anak milik Ovi, dan disampulnya tertulis nama OVI. Dia langsung menunjuk tulisan di sampul majalah itu sambil melafalkan OVI. Dengan riangnya dia mengambil majalah itu dan dibawa lari untuk menemui kakaknya, Ovi. Sampai dihadapan Ovi, dengan tidak sabar dia menunjuk-nunjuk tulisan itu sambil berulang-ulang meneriakkan kata OVI,OVI,OVI….

Dari kejadian itu saya memahami bahwa mengajarkan membaca kepada anak akan lebih cepat apabila kita mengenalkan kata-kata yang telah diakrabi oleh anak dan akan lebih baik lagi kalau maknanya sudah dipahaminya juga. Sejak saat itu saya mengajarkan membaca kata-kata berdasarkan perkembangan pengetahuannya terhadap suatu kata.

Lihat contoh tahapan kata yang dikenal anak saya, di bawah ini:

1. Anak saya mengenal merk-merk produk. Misal: Dancow, Aqua, Indomie, dll.

2. Anak saya mengenal kata-kata angka 1 sampai dengan 10.

3. Anak saya mengenal nama atau sebutan bagi orang disekelilingnya. Misalnya: Bapak, IBU, KAKAK, OVI, dll.

4. Anak saya mengenal aktivitasnya. Misalnya: makan, minum, susu, bobo dll.

5. Anak saya mengenal anggota badannya. Misalnya: rambut, mata, tangan, kaki, dll.

6. Anak saya mengenal huruf-huruf dari A sampai dengan Z.

7. Anak saya mengenal mainannya. Misalnya: mobil, yoyo, bebek, guguk, dll.

8. Anak saya mengenal barang-barang disekitarnya. Misal: piring, lampu, jam, meja, dll.

9. Anak saya mengenal kata-kata yang sering terlihat. Misalnya: baru, Bandung, Indonesia, kita, dari, yang, dll.

Dan seterusnya sesuai dengan pertambahan kosa kata yang diketahui anak. Setiap tahapan diatas selanjutnya saya jadikan sebuah kelompok kata. Jadi, tahapan-tahapan tersebut merupakan jenis kelompok-kelompok kata.

Untuk memperkaya kosa kata anak, hendaklah kita rajin mengenalkan obyek-obyek yang ada disekitarnya, sehingga efeknya adalah mempercepat penambahan bahan ajar itu sendiri. Jadi intinya, jangan mengajarkan anak untuk membaca kata yang obyeknya belum dia kenal atau jarang dilihat/digunakan.


Bagaimana mulainya?

Sekarang kita melangkah kepada teknis pengajaran. Coba kenalkan cukup 1 kata dulu tiap harinya. Caranya tulis sebuah kata di selembar kertas dengan huruf yang cukup bisa dilihat anak. Ingat, kata tersebut harus sudah sangat akrab dengan anak. Tulis ejaannya sesuai dengan yang biasa dilihat anak. Misalnya, Dancow (terdiri dari huruf kapital D, dan huruf-huruf kecil a-n-c-o-w). Lalu perlihatkan kepada anak sambil dilapalkan. Setelah itu, ajak anak menemukan kata yang serupa di obyek yang nyata. Misalnya merk produk pada kemasannya/yellow page/iklan di surat kabar atau nama stasiun TV yang tercantum di sudut televisi atau nama kakaknya di sampul buku/seragam sekolahnya atau yang lainnya, boleh pilih salah satu. Lakukan hal itu minimal 1 kali sehari.

Keesokan harinya, kenalkan lagi 1 kata dan lakukan prosedur yang sama seperti kata sebelumnya. Diusahakan kata yang sekarang masih satu kelompok kata dengan yang sebelumnya. Misalnya kita mengambil kelompok kata dari nama-nama stasiun TV. Setelah anak hapal kata yang kedua, jangan lupa ingatkan lagi kata yang pertama. Begitu seterusnya sampai anak merasa ingin mengenal kata dari jenis kelompok kata yang lain, misalnya kelompok nama atau sebutan orang di keluarga.

Ketika kita melihat anak mulai jenuh dengan suatu kelompok kata yang kita ajarkan, berarti saat itulah kita harus segera memindahkan ke jenis kelompok kata yang lain. Kalau dibiarkan, dikhawatirkan anak keburu kehilangan minat belajar membacanya. Yang harus diingat pula, belajarlah dalam situasi yang menyenangkan. Buat seolah-olah sebagai sebuah permainan. Kita harus pandai-pandai melihat situasi pada saat kapan pelajaran itu disampaikan, sehingga keberlangsungan belajar tidak terabaikan. Dengan kegiatan belajar yang berkesinambungan, diharapkan anak tidak dengan mudah melupakan pelajaran-pelajaran yang sudah disampaikan. Karena dalam metode ini, cara pembelajaran yang diterapkan adalah dengan mengandalkan ingatan, sehingga harus terus-menerus diulang. Walau demikian, kita harus yakin bahwa ingatan seorang anak sangatlah kuat. Jadi jangan khawatir untuk mengenalkan kata-kata sebanyak mungkin.

Kalau tulisan kata-kata yang kita kenalkan itu belum pernah dilihat oleh anak sebelumnya, maka kita boleh memilih apakah akan menggunakan huruf-huruf kapital atau huruf-huruf kecil. Namun ada baiknya untuk nama-nama orang, kita menggunakan huruf kapital dan untuk nama-nama benda kita pakai huruf kecil. Untuk mengenalkan kata-kata dari kelompok benda seperti piring, lampu, meja, jam dll, selain kita menunjukkan bendanya coba didukung oleh buku-buku cerita yang memuat kata-kata tersebut. Pada saat kita melihat tulisan di sebuah buku, tunjukkan kata-kata yang pernah kita ajarkan. Kata-kata yang tercetak di sebuah media massa mungkin akan lebih menarik minat anak. Sehingga diharapkan akan semakin menguatkan ingatan anak terhadap sebuah tulisan kata.

Pada proses selanjutnya, ketika anak sudah memperlihatkan ketertarikan kepada belajar membaca, kita bisa menambah beban pelajarannya dengan mengenalkan 2 sampai 3 kata tiap harinya.


Anakku membaca sebuah kalimat...

Seperti sudah disinggung sebelumnya, bahwa metode belajar membaca ini adalah berdasarkan perkembangan pengetahuan anak akan kata-kata dan maknanya. Maka apabila anak sudah bisa berbicara dengan membuat kalimat sederhana biasanya baru terdiri dari 2 kata, misalnya baju ibu, nggak mau, Kakak sekolah dll, cobalah kita kembali ke langkah pertama. Yaitu, tulis tiap harinya 1 kalimat sederhana untuk dilapalkan. Setelah itu lakukan pula proses selanjutnya yaitu menunjukkan obyek nyata kepada anak. Jadi setelah kita mengenalkan tulisan ‘baju ibu’, kita langsung mengajak anak menunjuk baju ibunya. Ketika kakaknya akan berangkat sekolah, perlihatkan tulisan ‘kakak sekolah’. Demikian seterusnya, sampai anak mampu mengucapkan kalimat-kalimat yang lebih kompleks.


Dan dia, membaca sendiri buku ceritanya...

Terakhir, coba minta anak untuk membaca buku cerita yang terdiri dari kalimat-kalimat sederhana. Hal ini akan menambah kepercayaan dirinya bahwa dia mampu membaca dan mengerti sebuah cerita. Latihan-latihan seperti ini harus terus-menerus dilakukan untuk memperlancar keterampilan membacanya.

Betapa menyenangkannya apabila anak kita bisa membaca lebih awal. Baik bagi orang tua maupun anak itu sendiri. Bagi orang tua, berarti sudah terlewati satu kekhawatiran akan kemampuan anak dalam hal membaca. Sehingga anak punya persiapan lebih awal ketika memasuki sekolah dasar. Bagi anak, akan menjadi sebuah kegembiraan ketika dia bisa membaca buku cerita yang menarik hatinya. Selain itu dia juga akan punya kesempatan lebih cepat bertambah wawasan ilmu pengetahuannya. Karena di masa dia banyak ingin tahu, dia bisa mencari sendiri sumbernya dengan MEMBACA.

Bandung, 8 Juni 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...