Hari Jumat, 17 Juli 2009 sekitar pukul 7.00 pagi terjadi ledakan bom di hotel JW Marriott dan hotel Ritz Carlton, kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Yang pertama diketahui tewas adalah Presdir PT Holcim Indonesia Tbk., Timothy MacKay. Namun hingga sore menjelang malam, menurut keterangan sudah ada 9 orang yang meninggal. Dan yang mengalami luka-luka tercatat 59 orang.
Ternyata ledakan keras ini terjadi pula di pintu tol Muara Angke, Jakarta Utara. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 10.30 WIB. Menurut informasi, ledakan berasal dari sebuah mobil dan diketahui 2 orang tewas. Namun Polisi membantah bahwa ledakan ini dari bom, dilaporkan bahwa ledakan tersebut hanya dari korsleting saja.
Dalam hal ini juga, Presiden SBY dalam konferensi persnya mengemukakan bahwa menurut data intelejen, rencana pengacauan ini sudah tercium sejak pileg dan pilpres 2009. Bahkan KPU pernah akan diduduki, namun kabar ini tidak pernah dipublikasikan demi kelancaran Pemilu 2009. Presiden SBY juga memperlihatkan foto-foto para teroris yang sedang berlatih tembak dengan sasaran foto dirinya. Foto-foto tersebut dibuat sekitar bulan Mei 2009, jadi masih disekitar saat-saat pileg dan pilpres. Dengan ekspresi yang gundah, Presiden pun bersumpah akan dengan segera menangkap otak kejadian dan para pelakunya sampai tuntas.
Kalau kita perhatikan dalam 7 tahun terakhir ini, Indonesia tidak pernah berhenti mendapat teror bom dalam tiap tahunnya. Dan yang paling miris adalah selalu umat Islam yang menjadi kambing hitam dari setiap kejadian ini. Dan dalam kejadian ini pun pengamat Australia sudah menuduh Jamaah Islamiyah yang mendalanginya.
Namun bersebrangan dengan pendapat pengamat Australia, pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Abu Bakar Baasyir justru menuduh bahwa Amerikalah yang ada di belakang kejadian ini. Apalagi dalam sebuah kabar terbaru melalui saksi seorang pegawai Ritz Carlton dan dapat dilihat melalui kamera CCTV, ada seorang pria berpostur warga asing bertingkah laku mencurigakan. Pria tersebut memakai topi, kacamata hitam dan jas hitam serta menyeret sebuah travel bag dan tas ransel yang dipasang di depan. Sesaat setelah pria itu masuk loby restoran hotel, maka terjadilah ledakan tersebut.
Peledakan di dua hotel ini pun diwarnai ketersinggungan Megawati-Prabowo, sehingga mereka dengan tim suksesnya segera melakukan konferensi pers. Hal ini terjadi karena ada ungkapan dari Presiden SBY bahwa ada pihak yang kecewa dengan ‘hasil’ pilpres dan tidak rela kalau SBY jadi dilantik sebagai presiden RI. Megawati sendiri mengungkapkan kenapa peledakan bom ini harus dikaitkan dengan pilpres 2009, kalau seandainya sudah tahu dari awal, kenapa tidak segera ditangkap saja.
Melihat simpang siurnya berita-berita yang berkenaan dengan teror bom tersebut karena memang dilihat dari berbagai sudut pandang dan kepentingan yang berbeda-beda, sebenarnya tentu saja sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Yang ada hanyalah memperkeruh dan membuat masyarakat semakin bingung dan waswas. Dalam hal ini dibutuhkan kejernihan pikiran dari semua pihak. Mengedepankan penyelesaian masalah secara cermat melalui prosedur yang benar, tentunya lebih dibutuhkan. Sehingga bisa segera membongkar otak dan pelaku teror bom yang sebenarnya untuk segera dihentikan keberlanjutan tragedi ini. Yang pada akhirnya peledakan bom tidak sampai menjadi agenda rutin tahunan dari para teroris tersebut. (Dewi Yasmarina, diambil dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^