Sabtu, 29 Oktober 2016

[SPONSORED] GIZI TAMBAHAN UNTUK ANAK TIDAK SUKA NASI



Memiliki anak yang tidak suka nasi memang bikin deg-degan. Setiap ibu ingin anaknya sehat, makannya banyak, tidak pemilih makanan (picky eater). Kenyataannya Ade, anak bontot saya yang hampir menginjak usia 7 tahun ini tidak suka nasi. Tentunya keadaan seperti ini membuat saya pusing tujuh keliling. Padahal Ade, anaknya aktif sekali. Berbagai upaya dilakukan dari mulai membujuk, mengolah beras dalam bentuk lain, hingga konsultasi ke dokter ahli.

Ade anaknya aktif
Saya mulai mengenalkan nasi pada Ade di usia 1 tahun dan dia tidak menolak. Mulai umur 1 tahun itu, saya biasa menyuapi Ade dengan nasi yang dicampur kuah sup supaya mudah ditelan. Namun, ketika Ade menginjak usia 2 tahun, dia memuntahkan nasi dari mulutnya. Mula-mula Ade mengecap-ngecap tiap butiran nasi di lidahnya. Sesudah itu dia langsung mengeluarkan semuanya ke lantai. Sejak saat itu, Ade selalu menutup mulutnya jika saya menyodorkan nasi ke depan mulutnya.

Semakin besar, ketidaksukaan Ade pada nasi semakin parah. Dari yang awalnya tidak mau makan nasi, berkembang jadi takut dan jijik pada nasi. Jika di lantai ada nasi, maka Ade lebih baik berjalan memutar daripada harus berpapasan atau malah menginjak nasi. Jika kami sekeluarga makan di rumah makan, maka Ade akan memilih meja kosong menghindari meja kami yang pasti tersaji nasi. Dan jika Ade pulang ke rumah sedangkan asap penanak nasi sedang mengepul-ngepulnya karena sebentar lagi nasi di dalamnya akan matang, maka Ade akan berteriak, “bau apa, ini?!!!”

Saya pernah mengkonsultasikan masalah ini pada dokter. Namun dokter malah menegur saya. Dokter bilang, “Karbohidrat itu bermacam-macam, Bu. Tidak hanya nasi. Ibu jangan mau mudahnya saja. Cobalah kreatif mengolah bahan makanan lain yang gizinya setara dengan nasi.”

Weleh...weleh...malah ibunya dibilang nggak mau susah :D

Ade suka berbagai jenis makanan seperti pisang dan tahu, kecuali nasi
Melihat keadaan Ade, suamiku pernah bilang bahwa kasus Ade itu lebih gampang dibanding anak yang tidak suka sayur dan buah. Jika anak tidak mau nasi, maka masih banyak sumber karbohidrat dari makanan lain yang bisa diberikan pada anak. Tapi kalau anak tidak suka sayur dan buah, kita harus menggantinya dengan apa?

Mendengar ucapan suami, saya cukup terhibur dan kembali bersemangat. Ya, Ade memang tidak suka ‘cuma’ nasi. Tapi selain nasi, dia suka makan apa saja. Singkong, jagung, ubi, pasta, roti, mie, wortel, bunga kol, buncis, tahu, tempe, ikan, daging serta segala jenis buah seperti pisang, semangka, apel, nanas, nangka, dan banyak lagi. Jadi saya sebetulnya tidak perlu khawatir.

Sekarang Ade menginjak kelas 1 SD. Sekolahnya menerapkan sistem full day system. Masuk pukul 8.00 dan selesai pukul 16.00. Otomatis dia makan siang di sekolah. Nah, kondisi ini yang membuatku kembali khawatir. Sekolah tentu tidak mengistimewakan salah seorang yang berbeda. Kondisi anak dipukul rata. Makanan pokoknya semua nasi. Pada akhirnya Ade hanya memakan lauk, sayur dan buahnya saja.

Karbohidrat pengganti nasi: perkedel kentang, ubi dan jagung rebus
Saya berusaha membuatkan bekal untuk Ade supaya kebutuhan karbohidratnya terpenuhi. Namun mungkin karena penampilannya sudah tidak menarik atau sudah dingin, membuat Ade kehilangan selera untuk memakannya. Saya benar-benar kesulitan mengontrol makan Ade saat di sekolah. Pada akhirnya saya mencoba memaksimalkan asupan makanan Ade sebelum dia berangkat ke sekolah.

Menurut data yang saya baca, kebutuhan energi anak sekolah dasar (usia 7-12 tahun) berkisar antara 1800-2200 Kkal. Saya pun putar otak untuk mengakalinya. Saat bangun di pagi hari, Ade selalu minta dibuatkan susu. Ade suka sekali susu. Sehari bisa minum susu minimal 3 gelas. Saya beri Ade jenis susu dengan kandungan gizi yang sesuai usianya. Saya baca di kemasan susunya, setiap satu sajian mengandung energi 180 Kkal. Berarti jika Ade minum susu 3 sajian sehari, setidaknya 25% energi Ade sudah terpenuhi. Jika begitu, kini saya harus memikirkan bagaimana sisa yang 75%-nya bisa terpenuhi dari berbagai asupan bergizi lainnya.

Memang sih, bagusnya saya menghitung asupan gizi tidak berdasarkan kalori saja melainkan dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Tapi bagi saya yang bukan seorang ahli gizi, hal itu masih terasa rumit. Jadi, patokan saya untuk saat ini memastikan yang di makan Ade merupakan bahan-bahan makanan bergizi. Itu saja dulu.

Lanjut ya. Nah, setelah Ade mandi, saya biasa memberikan dia sarapan. Bisa setangkup roti bakar, jagung rebus, pasta, pisang goreng, tahu goreng, apa pun yang tersedia di rumah. Untuk lebih meyakinkan hati saya, saya melengkapi asupan gizi untuk Ade dengan memberinya madu. Saya termasuk orang yang percaya dengan khasiat madu. Saat ini saya memberikan Madu Suplemen Pertumbuhan Anak Grow n Health pada Ade.

Ade suka sekali madu Grow n Health
Ternyata Grow n Health tidak hanya berisi madu murni. Namun merupakan campuran zat-zat gizi yang dibutuhkan anak seperti ekstrak ikan gabus, ekstrak temu lawak dan ekstrak kulit manggis. Karena itu warna cairannya terlihat keruh. Namun rasanya...mmm, bikin Ade ketagihan!

Yuk, kita lihat satu persatu manfaat dari zat-zat yang terkandung dalam Madu Suplemen Pertumbuhan Anak Grow n Health ini.

Madu

foto dari Wikipedia
Madu memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap mulai dari karbohidrat, protein, zat besi, magnesium dan berbagai mineral lainnya. Menurut wikipedia, dalam 100 gr madu terkandung 304 Kkal. Setiap 1 sendok makan madu, itu kira-kira 15 ml atau 23,2 gr. Artinya setiap saya memberikan 1 sendok makan madu pada Ade, berarti kalori yang masuk sekitar 75 kkal. Untuk mendapatkan manfaat maksimal, sebaiknya madu dikonsumsi 3 X 1 sendok makan setiap sehari.

Ekstrak Ikan Gabus (Albumin)

Ikan gabus (foto dari Wikipedia)
Setelah Ade mengkonsumsi Grow n Health, saya baru tahu lho tentang kandungan gizi dari ikan gabus. Ternyata ikan gabus itu memiliki kadar protein yang sangat tinggi. Untuk 100 gram ikan gabus terdapat 25,2 gram protein. Dalam jumlah yang sama (100 gram), kandungan protein pada daging ayam hanya 18,2 gram, pada daging sapi 18,8 gram dan pada telur 12,8 gram.

Salah satu jenis protein yang banyak terdapat pada ikan gabus yaitu albumin. Albumin bermanfaat dalam proses penyembuhan luka dan menjaga kestabilan kadar cairan dalam tubuh. Wuiiih...penting banget ya fungsi ‘Si Albumin’ ini.

Ekstrak Temulawak

Temulawak (foto dari Wikipedia)
Khasiat temulawak sudah dikenal sejak dahulu. Para orang tua kita sering memberikannya pada anak-anak supaya menambah nafsu makan. Kini para ahli sudah melakukan penelitian dan menemukan bahwa pada temulawak terdapat satu zat penting bernama curcumin. Curcumin ini memiliki beragam manfaat seperti membantu melindungi kerusakan sel-sel, menyembuhkan peradangan dan membantu fungsi pencernaan. Di dunia medis sendiri, curcumin ini diketahui memiliki efek analgesik, antioksidan dan antiinflamasi sehingga dapat membantu penyembuhan penyakit liver.

Ekstrak Kulit Manggis

Manggis (foto dari Wikipedia)
Beberapa waktu lalu booming sekali soal kulit manggis ini. Menurut penelitian, ternyata dalam kulit manggis terdapat kandungan zat xanthone yang berguna mencegah perkembangan sel kanker. Kanker memang merupakan salah satu penyakit yang menakutkan. Bisa datang pada siapa saja, kapan saja dan di usia berapa pun. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika kita rutin meminum ekstrak kulit manggis ini dalam kadar yang tepat. Selain itu, kulit manggis juga bermanfaat mencegah diare dan merawat kulit.

Nah, itu ternyata kandungan dari madu Grow n Health. Oya, seperti yang tertulis di kemasannya, semua bahan baku Grow n Health sudah melalui proses seleksi dan melalui proses sertifikasi halal dan keamanan pangan. Jadi saya merasa lebih yakin menggunakannya. Kini, Ade sudah menghabiskan setengah botol Grow n Health. Alhamdulillah, dia suka dan kesehatannya pun terjaga bahkan di cuaca buruk seperti sekarang ini.

Bagi bunda yang ingin mengetahui penjelasan lebih lengkap tentang madu Grow n Health ini, bisa melalui:


Instagram: grownhealth


Facebook Page: GrowNHealth

Twitter: GrowNHealth

Sedangkan bagi yang berminat memesan produknya dan ingin mendapatkan harga diskon 10%, bisa melalui:

WA: 087834464222

BBM: D29550E4 (0=nol)

Jangan lupa menyertakan kode: KBGNH19


Sabtu, 22 Oktober 2016

Motivasi Mencari Syafaat Rasulullah SAW dari Raudhah


Lokasi: depan masjid nabawi (dok.pribadi)

 Tidak tahu kenapa, jika ada sesuatu yang tidak tepat dalam pikiran, perasaan saya suka berontak. Kayaknya ada sesuatu deh...tapi apa ya? Itu yang ada di pikiran saya ketika keluar dari area raudhah pertama kali. Raudhah terletak di kawasan Masjid Nabawi. Lokasi raudhah merupakan tempat favorit Rasulullah saat membina para sahabatnya atau menerima tamu-tamunya. Di sebelah kiri raudhah terletak rumah Aisyah yang sekarang jadi makam Rasulullah saw. dan kedua sahabatnya. Sedangkan di sebelah depan tengah raudhah merupakan letak mimbar nabi.
Antrian menuju Raudhah
Hampir semua peziarah ingin mengunjungi raudhah karena percaya doa di sana mustajab. Buktinya Rasulullah saja memfavoritkan tempat tersebut dan menyebutkan bahwa raudhah itu taman surganya. Namun karena area yang sempit, hasilnya ya berdesak-desakan. Desak-desakannya tidak bisa dianggap main-main. Nafas saya sampai megap-megap saking terjepit dari semua arah. Bagi saya waktu itu, masuk kesana seperti perjuangan hidup dan mati. Dan kabarnya di lokasi itu memang sering jatuh korban jamaah haji yang meninggal. Suasana haru sekaligus panik dan bingung terlihat menghinggapi wajah-wajah jamaah Indonesia yang tubuhnya kecil-kecil. Saat saya sholat sunat pun, pembimbing (muthawif) menjaga kepala saya supaya tidak terinjak. Selesai sholat saya langsung disuruh keluar. Sebetulnya saya masih ingin berlama-lama di situ tapi pembimbing menegur saya karena dianggap tidak memberikan kesempatan pada yang lain. Karena jalan keluar juga sulit, akhirnya saya memanfaatkan waktu berdesak-desakan itu sambil berdoa. Saya berhasil keluar dari raudhah sekitar pukul 01.00 malam.
Keluar dari area raudhah hingga sampai hotel saya masih setengah bingung. Kepala terasa goyang sisa tangis selama di raudhah. Akhirnya saya pun tertidur kelelahan tanpa bermimpi apapun. Padahal saya berharap bermimpi bertemu Rasulullah. Di penghujung malam, sekitar pukul 03.00 saya terbangun dengan hati hampa. Di situ saya meratap, ya Allah sebetulnya saya dapat apa dari raudhah? Dapat apa saya dengan berdesak-desakan dan melintas makam rasul yang hanya sekejap itu? Dapat apa saya yang shalat pun dilakukan dengan perasaan panik dan terburu-buru takut terinjak? Saya pun shalat malam dan subuh di masjid nabawi dengan hati merana.
Mubarak Hotel, tempat saya menginap selama di Madinah
Selepas makan pagi, saya beristirahat di kamar hotel. Dan pada saat itulah seolah malaikat berbisik, "Hmm... mengunjungi makam Rasulullah saw. saja sulit, bukan? Karena semua orang ingin kesana. Lalu bagaimana di alam mahsyar saat kita butuh syafaat Rasulullah? Bisakah kita berdesak-desakan bersaing bersama umat manusia seluruh dunia untuk mendekati dan berbicara dengan beliau s.a.w? Kenal dan pedulikah rasul pada kita? Siapa kita?"
MasyaAllah... saya langsung tersentak. Air mata saya langsung bercucuran tak tertahan. Alhamdulillah ya Allah, ini ternyata yang dicari batin saya. Ternyata ke raudhah itu bukan sekadar tempat menangis dan berdoa di makam Rasulullah. Tapi yang lebih penting adalah raudhah menjadi motivasi bagi saya supaya sepulang ke tanah air saya bisa mempersiapkan diri berdesak-desakan di alam mahsyar. Bagaimana supaya Rasulullah melambai pada saya untuk memberikan syafaatnya, subhanallah...
Kalau begitu, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan kecuali saya selama hidup ini selain harus menarik hati Rasulullah dengan menjalankan sunahnya, melakukan apa yang dicontohkannya, menegakkan apa yang menjadi misinya, InsyaAllah.
Lokasi Raudhah di tandai dengan karpet warna hijau
Setelah shalat dhuha saya bertekad memasuki raudhah sendiri. Saya ingin bersyukur dengan petunjuk ini. Dan Allah Maha Baik. Saya diberikan kemudahan saat masuk ke raudhah untuk kedua kalinya ini. Meski tepat di depan mata saya orang berdesak-desakan, namun saya mendapat tempat luas. Tidak ada orang yang mendekati saya. Seperti ada benteng tak terlihat berbentuk setengah lingkaran dengan radius 1 m di hadapan saya. Saya bisa sholat dengan tenang tanpa ada pembimbing yang menjaga kepala saya, bisa membaca satu per satu doa titipan teman-teman yang saya list di buku sejak dari tanah air, bahkan saya foto bukunya di atas karpet hijau raudhah. Alhamdulillah...

Jumat, 14 Oktober 2016

Karena Waktu Tidak Dapat Kembali





Beberapa waktu lalu saya pernah dirawat di rumah sakit selama 5 hari karena gangguan pencernaan. Gejala yang saya rasakan waktu itu perut terasa sakit melilit, muntah-muntah hingga diare. Akibatnya tubuh saya lemas dan detak nadi pun melemah. Untunglah suami segera membawa saya ke ICU rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.
 Sebagai ibu rumah tangga, kebayang dong meninggalkan rutinitas rumah tangga yang biasanya tidak pernah absen walaupun hanya sehari. Ini malah sampai 5 hari. Awalnya bingung juga, karena anak yang bontot saja baru berumur 3 tahun. Bisakah anak-anak saya tinggalkan? Untunglah ibu dan ayah saya segera datang membantu menjaga dan merawat anak-anak. Meskipun demikian, sedihnya... selama sakit ternyata ada momen penting anak-anak yang saya lewatkan, hiks...

Pertama, momen saat Uni, anak perempuan saya berangkat ke Pangandaran untuk mengikuti olimpiade fisika SMP tingkat provinsi. Sebelumnya Uni berhasil lolos juara 1 olimpiade fisika di tingkat kota sehingga berhak maju ke tingkat provinsi. Syukurlah, di tingkat provinsi pun ternyata Uni berhasil meraih juara 1.

Kedua, momen ketika Abang, anak laki-laki saya mendapat kepercayaan dari sekolah untuk berpidato di acara perpisahan sekolah TK-nya. Padahal sebelum saya sakit, saya-lah yang melatih dia pidato sampai dia bisa tampil hebat. Huhuhu...saya hanya bisa melihat foto-fotonya saja.
 Waktu itu, rasanya saya ingin lari dan kabur dari rumah sakit untuk mendampingi anak-anak saya. Tapi bagaimana mungkin dengan tangan berbalut infus. Walaupun kalau saya lihat di film-film sih bisa-bisa saja :D

Alhamdulillah, setelah kondisi saya membaik, dokter mengijinkan saya pulang. Namun saya harus tetap melakukan kontrol ke rumah sakit sesuai jadwal dari dokter.

Kondisi tubuh lesu
Ada satu hal yang saya rasakan berbeda sepulangnya saya dirawat di rumah sakit. Entah kenapa saya merasa kondisi tubuh saya tidak se-fit dulu lagi. Padahal sebelum sakit, banyak teman yang bilang kalau saya itu orangnya kelebihan energi. Selalu bersemangat melakukan aktivitas apapun. Tapi sekarang, kenapa saya jadi gampang capek ya? Kalau saya tidur agak malam saja, besoknya saya pasti merasa lesu. Kalau bepergian pun saya jadi gampang masuk angin. Akhirnya, larinya saya kalau enggak kerokan ya manggil tukang pijat deh :D
 Hadeuh...apa yang salah ya? Padahal sekeluarnya saya dari rumah sakit, saya banyak makan lho. Saya ingin energi saya kembali dan bisa melalukan aktivitas seperti biasanya. Kalau orang sunda bilang, keadaan saya setelah sakit itu ‘mamayu’, yang artinya makan dalam porsi besar akibat dari rasa lapar yang intens setelah masa sakit berakhir. Namun sepertinya makan banyak tidak membawa dampak yang saya inginkan. Saya bertanya-tanya, apakah pencernaan saya masih bermasalah sehingga tidak bisa mencerna makanan dengan baik dan tidak dapat menghasilkan energi secara optimal?
Banyak makan belum tentu bermanfaat bagi tubuh
 Akhirnya saya kembali konsultasi ke dokter. Menurut dokter, fungsi pencernaan saya sebenarnya sudah membaik. Dokter mengingatkan bahwa selama saya sakit, tubuh saya banyak kehilangan unsur-unsur zat gizi mikro (mikronutrien) seperti vitamin dan mineral. Hal inilah yang mungkin menjadikan tubuh saya terasa lemah. Jadi saya harus benar-benar memperhatikan asupan gizi selengkap mungkin supaya kebutuhan tubuh akan nutrisi terpenuhi dan tubuh bisa berfungsi dengan sebaik-baiknya.

Ooh...begitu, saya mulai paham.

Dokter menambahkan, meskipun mikronutrien tidak menghasilkan energi untuk tubuh seperti halnya makronutrien (karbohidrat, protein dan lemak), namun berkat peran mikronutrien-lah, zat-zat gizi makronutrien bisa berubah menjadi energi. Jadi tidak mungkin makronutrien bisa jadi energi kalau dalam tubuh kita tidak ada mikronutrien (vitamin dan mineral). Kesimpulannya, makronutrien dan mikronutrien itu sama-sama penting. 


Pantas saja, dok. Biarpun saya sudah banyak makan, tetapi tubuh saya tetap lemas ya. Rupanya saya kurang memperhatikan asupan mikronutrien ini.

Sebetulnya, zat-zat gizi mikro itu bisa kita dapatkan dari berbagai bahan makanan. Namun gaya hidup mengkonsumsi junk food, pengolahan makanan yang salah dan kurang memahaminya kita terhadap ilmu gizi menjadikan kita tidak memberikan asupan yang selayaknya bagi tubuh. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga tubuh kita sehat dan terpenuhi asupan zat gizi seimbang, dibutuhkan suplemen yang menunjang gaya hidup praktis manusia masa kini.
Suplemen Theragran® - M membantu memulihkan kondisi tubuh setelah sakit

Simpel dan sehat, itu yang saya nilai dari suplemen kesehatan Theragran® - M. Kemasannya praktis, cukup dikonsumsi 1 tablet setiap hari, tidak pahit di lidah dan memiliki kandungan mikronutrient yang amat lengkap.

Cari tahu tentang kandungan mikronutrient dalam Theragran® - M, di sini.


Logo Halal di kemasan Theragran-M
Theragran® - M dikeluarkan oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia yang memiliki misi “Dedikasi pada Kualitas Hidup Manusia yang lebih baik”. Hal ini dibuktikan melalui produk-produk yang berkualitas dan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia seperti produk Tempra dan Counterpain. Selain itu, suplemen Theragran® - M ini sudah mendapat sertifikat halal dari MUI.

Jadi untuk kualitas hidup lebih baik, jangan abaikan makronutrient dan mikronutrient untuk tubuh kita. Hidup akan terus berlangsung, maka nikmatilah tiap momennya dengan tubuh yang sehat bersama Theragran® - M. Niscaya setiap detiknya akan menjadi “The Precious Moment”. Karena kita tahu, waktu tidak akan kembali ke belakang.

 Blog competition ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...