Selasa, 23 April 2013

Link Postingan Nominator 50 Srikandi Blogger 2013


01. Ade Anita => http://adeanita-adi.blogspot.com/2013/04/srikandi-kesempatan-yang-terbuka-untuk.html


02. Alaika Abdullah => http://www.alaikaabdullah.com/2013/04/srikandi-blogger-di-mataku.html


03. Anazkia => http://www.anazkia.com/2013/04/srikandi-blogger-dan-sebuah-mimpi.html


04. D. Laraswati H =>  http://laraswati.com/2013/04/15/apresiasi-di-dunia-maya-prestasi-di-dunia-nyata/


05. Dewi Rieke => http://www.dewirieka.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-semangat-berbagi.html


06. Dina Begum => http://dinabegum.wordpress.com/2013/04/12/emak-ingin-jadi-srikandi-blogger/


07. Eka Mayya => http://www.morningraindrops.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-turning-pain-into.html


08. Enny Mamito => http://ennymamito.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-berbagi-dan.html


09. Esti Sulistyawan => http://www.estisulistyawan.com/2013/04/menjadi-blogger-setangguh-srikandi.html


10. Ety Handayaningsih => http://fayzahealth.wordpress.com/2013/04/13/lompatan-tinggi-srikandi-blogger-2013/


11. Fadlun Arifin => http://blogfarissa.blogspot.com/2013/04/srikandi-yang-harus-terus-semangat-dan_16.html


12. Fita Chakra => http://fita-chakra.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-menuju-impian.html


13. Hana Sugiharti => http://kinzihana.blogspot.ae/2013/04/srikandi-blogger-2013-blogger-shalihah.html


14. Haya Aliya Zaki => http://www.hayaaliyazaki.com/2013/04/srikandi-blogger-srikandi-di-era-digital.html

15. Heni Prasetyorini => http://heniprasetyorini.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-mencetak-emak-blogger.html


16. Ila Rizky Nidiana => http://ilarizky.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-ajang-aktualisasi.html


17. Kiky Harahap => http://whileinkl.blogspot.com/2013/04/menjadi-seorang-srikandi.html


18. Leyla Imtichanah => http://leylahana.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-ajang-eksis-emak.html


19. Liany Hendrawati => http://liannyhendrawati.blogdetik.com/srikandi-blogger-2013-aktualitas-perempuan-di-era-digital/


20. Lidya Fitriani  =>  http://www.fitrian.net/2013/04/srikandi-blogger-berbagi-di-dunia-maya.html


21. Maya Siswadi => http://bunda3f.blogspot.com/2013/04/teruslah-menulis-srikandi-blogger-2013.html


22.Meta Hanindita


23.Meti Meidya => http://tips-dunia-anak.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-cetak-emak-melek.html

24. Mugniar => http://mugniarm.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-ada-semangat-dan_14.html


25. Murtiyarini => http://asacinta.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-blogging-as.html


26. Myra Anastasia => http://www.kekenaima.com/2013/04/srikandi-di-era-netizen.html


27. Nchie Hanie : http://www.nchiehanie.com/andai-aku-srikandi-blogger-2013.html


28. Nia Nurdiansyah => http://www.brama-sole.com/2013/04/rumah-untuk-menyepi-dan-srikandi.html


29. Octaviani Nurhasanah => http://octavianinurhasanah.net/?p=3328


30. Caroline Adenan => http://catatanoline.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-blog-is-my-life.html


31. Olyvia Bendon => http://obendon.wordpress.com/2013/04/17/srikandi-blogger-2013-strive-for-better-through-courage/

32. Pipitta (Fitria Adiarti) => http://pipitta.com/2013/04/10-besar-srikandi-blogger-2013-bisa/


33. Rahmah Usman => http://chemistrahmah.com/saya-dan-srikandi-blogger-2013.html


34. Ratna Amalia => http://mydairynote.blogspot.com/2013/04/kartini-millenium.html


35. Retno Kristianti => http://www.masrafa.org/2013/04/12/srikandi-blogger-2013/


36. Rina Shelomita => http://cutecoconut.com/bahasa/?p=46


37. Rina To (Rina Susanti) => http://beingmomandhappy.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-dan-sebuah-gagasan.html


38. Rinrin Indrianie => http://rindrianie.wordpress.com/2013/04/17/menjadi-seorang-srikandi/


39. Rizky Damayanti=> http://catatankiki.wordpress.com/2013/04/17/menjadi-perempuan-produktif-melalui-ajang-srikandi-blogger-2013/


40. Rohani Syawaliah => http://www.honeylizious.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-angkat-papan.html


41. Shinta Ries  =>  http://shintaries.com/ajang-srikandi-blogger-2013-saatnya-blogger-wanita-berkarya/


42. Sri Wahyuti => http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-dan-eksistensi-seorang.html


43. Sri Widiyastuti =>http://rahasianyabunda.blogspot.com/2013/04/srikandiblogger-2013-hadiah-untuk.html


44. Sumarni Bayu Anita  => http://nitastory.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-2013-dan-nita.html


45. Tutut Indah Widyawati => http://tiwwidy.wordpress.com/2013/04/16/srikandi-blogger-2013-mem-perempuan-kan-perempuan-blogger-indonesia/


46. Wina Azzam => http://www.dwina.net/2013/04/menuju-srikandi-blogger-2013.html


47. Winda Krisnadefa => http://catatankecil-winda.blogspot.com/2013/04/emak-gaoel-menuju-srikandi-blogger-2013.html


48.Windi Widiyastuti => http://windiland.blogspot.com/2013/04/srikandi-blogger-perempuan-era-digital.html


49. Yas Marina => http://dewiyasmarina.blogspot.com/2013/04/berbagi-inspirasi-melalui-srikandi.html



50. Yaty Rachmat  => http://goodcrab-personal.blogspot.com/2013/04/arti-srikandi-blogger-buatku.html


Pengumuman 10 Finalis Srikandi Blogger 2013. 
Inilah 10 finalis tersebut: 1. Alaika Abdullah 2. Anazkia Aja 3. Dina Begum 4. Diadjeng Laraswati H 5. Eka Putri 6. Nchie Hanie 7. Myra Anastasia 8. Octaviani Nur Hasanah 9. Shinta Ries 10. Winda Krisnadefa

Rabu, 17 April 2013

Berbagi Inspirasi Melalui Srikandi Blogger 2013




Motivasi membuat blog pertama kali pada tahun 2009, murni karena ingin berbagi. Bukan merasa lebih hebat, sih. Tapi karena merasa bersyukur saja telah bisa melewati satu demi satu hal yang selama ini kuanggap tidak mungkin.

Minat saya dari kecil memang di dunia penulisan. Sehingga, keterbatasan apapun yang saya miliki, saya selalu menulis. Perasaan yang menggelora, ide yang muncul selalu memaksa saya untuk menuliskannya. Dulu, mungkin hanya sebatas tulisan tangan di diari, membuat puisi dan cerpen untuk dibaca sendiri. Begitu pula ketika era komputer datang. File-file tulisan saya hanya ada di komputer saya sendiri. Namun, begitu mengenal internet, keinginan berbagi saya langsung muncul dan tersalurkan.

Lalu mengapa dulu saya tidak mengirimnya ke media supaya tulisan saya dibaca orang lain? Sebenarnya saya pernah mengirim ke media. Tapi tidak pernah ada kabar dimuat. Saya kira banyak hal yang membuat tulisan saya tidak dimuat. Saya memang tidak tahu cara membuat tulisan yang layak muat. Saya juga tidak tahu bagaimana saya harus mencari tahu teknik menulis. Seorang ibu rumah tangga dengan beberapa balita cukup mengikat saya untuk tidak keluar rumah. Keterbatasan ekonomi keluarga muda pun turut berperan di dalamnya.

Berbeda ketika saya telah mengenal internet. Meskipun saya ada di rumah, saya bisa mengembangkan diri. Saya bisa mendapat ilmu menulis, mengenal berbagai media, dan informasi-informasi lain mengenai dunia penulisan dengan mudah. Untuk itu, saya berterima kasih kepada orang-orang yang sudah memposting tulisan-tulisannya di internet. Dalam 5 tahun saja, saya merasakan betul diri saya berkembang lebih cepat dari yang saya bayangkan. Saya bersama putra-putri saya sudah menerbitkan belasan buku dalam kurun waktu tersebut.

Lantas apakah saya akan berhenti menulis di blog setelah tulisan-tulisan saya diterbitkan dalam berbagai buku. Tentu saja tidak. Justru dengan menulis di blog, memposting ilmu menulis yang saya dapatkan, membagi  pengalaman menulis yang saya alami dari mulai praktek menulis sampai menerima berbagai undangan mengisi acara penulisan, peluang-peluang di dunia penulisan, dan sebagainya, saya berharap orang-orang yang memiliki minat menulis merasa terinspirasi. Mudah-mudahan dari perjalanan hidup saya mereka yang sedang mengalami kebingungan, bisa mendapatkan pencerahan dan semangat untuk lebih maju.

Saya membuat dan menulis di blog memang otodidak. Hanya mengikuti intruksi yang tertera pada platform blog. Sayangnya, setelah saya berhasil membuat blog, saya tidak pernah bergabung dalam komunitas para blogger. Saya memang sering membaca tulisan blog teman saya yang menceritakan ia kopdar dengan para blogger. Saya salut pada dia dan ingin juga mengenal sesama blogger. Tapi lagi-lagi keterbatasan waktu dan ruang sebagai ibu rumah tangga belum mengizinkan melakukan hal itu. Hal ini menyebabkan saya kurang menguasai istilah-istilah atau idiom-idiom yang sering dipakai oleh para blogger. Tulisan blog saya, original hanya dari apa yang saya pikirkan.

Untuk berinteraksi dengan para blogger senior melalui internet pun, saya terlalu malu. Saya merasa, saya hanyalah emak-emak. Saya bukan siapa-siapa dan saya tidak tahu apa-apa. Duh, betapa naifnya saya.

Namun pemikiran itu berubah sejak saya mengenal Kumpulan Emak Blogger (KEB) yang digagas oleh emak blogger Mira Sahid pada 18 Januari 2012. Di KEB, saya mengenal para emak (ibu) yang memiliki kesamaan kehidupan seperti saya dan mereka memiliki dedikasi tinggi untuk berbagi ilmu dan pengalaman melalui media digital. Penemuan ini membuat saya merasa memiliki landasan berpijak atas apa yang saya lakukan selama ini. Saya merasa diakui. Saya merasa bagian dari orang-orang yang sama dengan saya.

Tentang apa yang disebutkan barusan, saya pernah punya pengalaman kurang enak. Waktu itu saya sedang di warnet. Seorang ibu tetangga datang ke warnet mencari anaknya yang sedang bermain games. Ketika ia menemukan saya, ibu tersebut memandang saya dengan aneh seakan-akan berkata, kok bisa ada ibu-ibu di warnet? Bukankah warnet tempat anak-anak main games? Saat itu juga, saya merasa seorang emak yang aneh, yang berbeda dari emak-emak pada umumnya. Hehe… tapi itu dulu.

Baiklah kita kembali ke soal KEB. Saat ini KEB menggelar sebuah kompetisi yang bertajuk Pemilihan Srikandi Blogger 2013. Kompetisi ini ditujukan untuk memilih para emak yang selama ini telah mengaktualisasikan dirinya melalui media blog. Tentu saja saya memandang aktifitas ini sebagai hal positif. Kompetisi bila disikapi dengan benar oleh para pesertanya akan menghasilkan gairah dan semangat untuk melakukan lebih baik lagi dari sebelumnya.

Kalau selama ini, para emak melakukan aktifitas blognya hanya sebatas jalan saja, maka dengan kompetisi, ia akan berusaha berlari mengejar prestasi. Nah, bukankah itu bagus?

Namun bagi saya pribadi, kompetisi adalah bukti apresiasi dari para penyelenggaranya. Itulah alasannya mengapa saya ikut kompetisi ini. Saya ingin apresiasi dari pihak yang kompeten. Karena tanpa apresiasi itu, saya tidak pernah tahu apakah yang saya lakukan selama ini sudah sesuai dengan yang seharusnya. Sampai sejauh ini, saya merasa bangga karena saya lolos di 50 besar dari 150 emak blogger yang mendaftar. Artinya, penyelenggara telah melakukan penilaian pada blog saya dan melihat ada nilai di dalamnya.

Selanjutnya, tentu saya berharap bisa masuk ke 10 besar Srikandi Blogger 2013. Mengapa? Saya pikir, yang namanya perjalanan itu harus dituntaskan. Saya tidak boleh merasa cukup dengan apa yang saya dapat selama ini. Hari esok harus lebih baik dari hari ini, itu motto yang saya terapkan.

Lalu apa yang saya harapkan kalau seandainya saya terpilih menjadi Srikandi Blogger 2013? Saya berharap publikasi yang lebih luas untuk blog saya dan pembaca memiliki keyakinan terhadap kualitas tulisan saya. Tentang hal itu, kadang saya merasa greget ketika melihat seseorang ingin tahu satu hal, padahal saya sudah memposting informasi itu di blog saya. Mungkin karena blog saya kurang ‘keren’ atau penulisnya tidak meyakinkan, orang itu tidak merasa tergerak untuk mencarinya di blog saya.

Kemudian kalau kita melihat salah satu misi dari KEB, yaitu menularkan semangat menulis, saya merasa keberadaan blog saya yang bertemakan mengajak belajar menulis pada penulis pemula ini, akan bisa mendukung pada misi tersebut. Jadi, mudah-mudahan dengan bimbingan para ahli blog yang menjadi panitia dari Srikandi Blogger 2013 ini, blog saya akan lebih bisa maksimal melakukan tugasnya.

Hmm… panjang juga tulisan saya ya hehe…

Begitulah kalau emak-emak sudah curhat dan banyak keinginan. Semuanya ngocor tanpa kendali. Ya, sudah, saya akhiri sampai di sini. Hormat saya untuk para juri dan panitia ajang Pemilihan Srikandi Blogger 2013. Juga, salam sayang dan rasa salut yang sangat besar untuk para emak blogger di mana pun berada. Hidup Emak Blogger!

Senin, 15 April 2013

“Bu, Aku Mau Sustagen Yummy lagi!”



“Ibu, aku mau lagi!” Itu kalimat yang terucap dari bibir Yahya, putra saya yang berusia 3 tahun. Yahya baru saja minum satu cup Sustagen coklat yang ditawarkan mbak-mbak ramah di depan pintu masuk tempat acara Sustagen Yummy Milk Bar berlangsung.
Saya pun memutuskan mengajak Yahya masuk ke area acara tersebut karena penasaran dengan kata ‘bar’ yang disandingkan dengan kata ‘milk’. Biasanya kan bar itu tempat untuk orang dewasa. Tapi ini diselenggarakan oleh Sustagen, yang jelas-jelas merupakan susu pertumbuhan yang diperuntukan bagi anak-anak.
Ternyata benar saja. Di dalamnya ada sebuah tempat mirip dapur dengan berbagai perlengkapan dapur seperti shaker, blender, kompor, panci dan lain-lain. Selain itu ada pula freezer tempat menyimpan berbagai toping mulai dari coklat, wafel, sampai buah-buahan.

Setelah membeli Sustagen dalam jumlah tertentu, saya mendapat kupon yang bisa ditukarkan dengan berbagai fasilitas yang ada di sana. Yang paling utama tentu saja menukarkan kupon di Sustagen Yummy Milk Bar.
Ada dua milk bar yang tersedia yaitu Sustagen My Way dan Sustagen Yummy Creations. Di Sustagen My Way, kita bersama anak bisa memilih tiga toping yang paling disukai. Pilihan topingnya antara lain mesis, potongan coklat bar, wafel, cereal, jeli, almond, buah stroberi, buah peach, dan lain-lain. Yahya yang suka buah-buahan langsung menunjuk-nunjuk stroberi.

“Yahya boleh pilih tiga macam toping,” ujarku meniru ucapan mbak yang menjaga freezer toping tersebut.
“Stroberi sama apa aja,” jawab Yahya.

Aku pun memilihkan stroberi, peach dan potongan coklat.
Pertama Yahya mencicipi stoberinya dulu. Mata dia langsung terpejam begitu merasakan asamnya stroberi. Cepat-cepat dia meneguk susunya untuk menetralkan rasa asam di lidahnya. Hihi… ekspresi wajah Yahya nampak lucu sekali.

“Yahya mau lagi?” tawar saya setelah susunya tandas.
“Mau,” jawab Yahya.
“Yuk kita ke bar satunya lagi,” ajak saya.

Nah, sekarang saya mengajak Yahya ke Sustagen Yummy Creation. Di bar itu kita bisa memilih 10 kreasi susu Sustagen yang sudah disulap oleh para chef menjadi sajian yang menarik dengan nama yang menarik pula. Di antaranya adalah Blueberry Fantasi Sustasmoothies, Banana Aloha Sustasmoothies, Fantastic Four Sustasmoothies dan lain-lain.

Selain itu ada juga dua macam minuman Sustagen berdasar resep pemenang Junior Master Chef Australia, Isabella dan Sofia Bliss. Nama minuman Sustagen kreasi mereka adalah Mango Tango Banana Smoothies dan Choc-ado Smoothies. Yuhuuu… bikin tambah penasaran aja, nih.


Oya, kupon tersebut berlaku juga sebagai tiket bagi bermacam-macam permainan simulasi untuk anak dan juga sesi foto booth.

Sementara saya tengah menukarkan kupon untuk minuman, tiba-tiba bergema musik Harlem Shake yang tengah popular saat ini. Saat itu juga, semua chef yang ada di area dapur melakukan atraksi dengan memukul-mukul berbagai properti dapur secara berirama dan dengan gaya yang menarik. Hihi… awalnya saya kaget, tapi akhirnya menikmati juga. Rasanya jadi semangat sekali.

Setelah itu, naik ke panggung dua orang host bernama Errol dan Inga untuk memandu talkshow tentang gizi anak bersama dr. Firmansyah, seorang ahli gizi anak dan bintang tamu Mbak Vivi Novidia. Tentu saja saya tidak melewatkan kesempatan ini. Saya pun ikut mengajukan pertanyaan yang menjadi masalah selama ini tentang kebiasaan makan Yahya.

Maka lengkaplah yang saya dapat hari itu. Yahya senang karena bisa bermain dan mendapat susu enak. Saya juga begitu. Dapat segudang ilmu tentang gizi anak dan dapat inspirasi menyajikan susu dengan lebih menyenangkan buat Yahya.

“Bu, aku mau Sustagen yummy lagi,” bisik Yahya saat saya mengajaknya pulang.
“Betul, Yahya mau lagi?” tanya saya sambil tersenyum.
”Iya, susunya enak kayak yang tadi lagi ya.”
“Nanti di rumah kita bikin lagi ya. Ibu kan sudah beli Sustagennya. Kita bikin Sustagen Yummy Milk Bar seperti tadi ya,” bujuk saya.
Yahya mengangguk senang.

Tanpa buang waktu, setiba di rumah saya langsung mengolah Sustagen menjadi minuman dengan toping wafel dan semangka. Yahya memang suka dua jenis makanan tersebut. Saat itu saya merasa menjadi ibu yang paling hebat hehe…
 

Eh, ternyata bukan saya saja yang melakukan hal demikian. Ibu-ibu lain pun melakukan hal yang sama. Rupanya mereka merasa terinspirasi juga setelah mendapat sharing dari Sustagen Yummy Milk Bar. Hal itu saya ketahui saat saya mengunjungi facebook Sustagen Club di https://www.facebook.com/sustagenclub  dan twitter Sustagen Club di https://twitter.com/SustagenClub.

https://twitter.com/SustagenClub
https://www.facebook.com/sustagenclub

Selain tahu berbagai pengalaman ibu-ibu lain saat menyajikan Sustagen pada anak-anaknya, Sustagen Club juga kerap memberikan berbagai tips tentang seputar gizi dan pengasuhan anak. Mudah-mudahan sih dengan sharing dari para ahli gizi dan membaca berbagai pengalaman ibu lainnya, saya tidak pernah kehabisan ide dalam menyajikan asupan gizi buat Yahya.

Selasa, 09 April 2013

Lomba Mengarang Kodomo: Bukan Kualitas tapi Motivasi


Beberapa hari lalu, Ovi menerima paket. Ternyata itu kiriman dari Tim Kreatif Kodomo sebagai hadiah karena Ovi termasuk 10 pengirim pertama karangan berjudul Liburan Bersama Kodomo.

Beberapa bulan sebelumnya, Ovi memang bilang pada saya bahwa ia ingin ikut lomba menulis yang diselenggarakan oleh Perusahaan Toiletris Anak Kodomo. Ovi tahu pengumuman itu dari majalah Bobo.

Saya hanya membacanya sekilas atau tidak fokus ya... Yang pasti saya membaca kalimat terakhir yang menyebutkan bahwa ada bingkisan untuk 10 pengirim pertama. Saya pikir, kalaupun Ovi tidak menang jadi juara, setidaknya kalau naskahnya dikirim cepat, Ovi bisa dapat hadiah sebagai pengirim pertama. Dan memang, saya melihat sepertinya Ovi ingin sekali mengirimkan cepat-cepat. Tanpa disuruh apalagi dipaksa, Ovi sudah nongkrong di depan komputer dan menyelesaikan tulisan dengan cepat.

Selesai menulis Ovi minta saya mengedit dan mengeprintnya. Setelah itu saya pun mengirimkan naskah tersebut melalui pos.

Sepulang dari kantor pos, saya baru ingat bahwa naskah tersebut harus disertai kemasan produk. Ya udah, akhirnya saya kirim ulang lagi deh...hihi... Itulah gara-gara gak fokus baca persyaratannya :D

Belakangan setelah nerima hadiah, saya baca-baca lagi pengumumannya di Majalah Bobo. Ternyata memang lomba ini tidak ada juaranya. Yang diberi hadiah hanyalah 10 pengirim pertama saja. (Kenapa saya bisa gak fokus banget ya baca tuh pengumuman. Mungkin karena Ovi yang pengen, bukan saya yang pengen :D ) Balik lagi ke bahasan. Sepertinya, Kodomo hanya ingin menguji motivasi anak. Apakah dengan pengumuman tersebut, anak termotivasi menulis. Dan, bagi Ovi rupanya, ya. 

Saya salut dengan itikad Tim Kreatif Kodomo. Karena persyaratannya pun gampang. Untuk anak kelas 1-3 SD, membuat cerita sebanyak 150 kata. Tanpa penilaian pada kualitas tapi lebih kepada motivasi.


Mudah-mudahan sih ada pihak-pihak lain juga yang menyelenggarakan kegiatan serupa ini. Supaya anak tidak mundur dulu karena merasa tidak bisa. 
Terima kasih Kodomo...

Senin, 08 April 2013

Jadikan Rendang Sebagai Buah Tangan dari Indonesia

gambar diambil dari sini


Apa yang kita bayangkan tentang rendang

Bagi yang sudah tahu, mungkin akan membayangkan potongan daging sapi berlumur bumbu matang, berwarna coklat kehitaman. Saat dicicipi… akan terasa sensasi gurih dan begitu spicy. Cukup dimakan dengan nasi putih panas, hmmm... tak terkatakan nikmatnya.

Ya, rendang memang sarat dengan bumbu tradisional khas Indonesia, seperti bawang merah, bawang putih, cabe, serai, daun kunyit dan lain-lain. Sudah itu, dicampur pula santan kental yang bikin alamak nyuuus… gurihnya.

Tidak salah kalau pada tahun 2011, rendang pernah dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World’s 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN International. Hebat sekali, bukan?

Masyarakat Indonesia mengenal makanan tradisional ini sebagai makanan khas Suku Minang di Sumatera Barat. Di Sumatera Barat sendiri, rendang berasal dari berbagai kota seperti Kota Padang, Bukittinggi, Solok, Padang Pariaman, Payakumbuh dan lain-lain. Namun, sepertinya peranan rumah makan masakan Padang turun andil dalam mengenalkan jenis makanan ini. Sehingga, meskipun rendang bukan hanya milik masyarakat Kota Padang, tapi kita sudah biasa menyebutnya dengan rendang padang.

Menurut sumber yang pernah saya baca, ternyata rendang tidak hanya sekedar santapan. Melainkan juga memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Minangkabau. Hal ini tergambar dalam empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang.

Bahan pokok pertama, yaitu daging melambangkan para pemimpin suku adat. Bahan pokok kedua, kelapa merupakan lambang kaum intelektual. Sedangkan bahan ketiga yaitu cabai melambangkan alim ulama. Terakhir, bumbu melambangkan keseluruhan masyarakat Minangkabau. Haaa… saya baru tahu hal itu.

Sepertinya ketidaktahuan saya itu bisa dimaklumi. Saya memang terlahir dari orang keturunan suku Sunda. Namun, sejak bersuamikan orang Minang, saya jadi dekat dengan berbagai masakan khas Sumatera Barat, termasuk rendang padang.


Ya, demi menyenangkan suami, saya mencoba belajar mengolah masakan-masakan Padang. Untunglah, suami mau mendampingi saya saat mengolahnya sehingga saya merasa bersemangat melakukannya. Namun, entahlah… Untuk masakan rendang padang, saya tidak pernah benar-benar berhasil membuatnya. Dagingnya masih alot lah, bumbunya kurang kental lah, warnanya pucat lah dan lain-lain.

Akhirnya, untuk tidak mengecewakan suami dan anak-anak yang sudah ketagihan makan rendang padang ini, saya memutuskan untuk membelinya di rumah makan padang. Lumayan menolong sih, tapi sepertinya rendang padang di Bandung ini, taste-nya memang sudah disesuaikan dengan lidah orang Sunda.

Sampai suatu ketika, seorang teman mengenalkan rendang kemasan. Mereknya Randang Padang Restu Mande. Mulanya, saya heran. Saya kira, teman saya itu menjual bumbu rendang.


“Bukan bumbu rendang. Ini rendang asli,” ujar teman saya itu.
“Asli rendang? Ada dagingnya?” tanya saya sangsi.
“Iya. Di dalamnya daging rendang matang. Tinggal disantap. Atau kalau ingin hangat, ya tinggal dipanaskan,” tegas teman saya lagi.


Saya pun memutuskan untuk mencobanya. Soalnya penasaran. Pikir saya, sesuatu yang dikemas itukan biasanya makanan ringan atau yang bersifat instan. Ini kok rendang, makanan berat, kok bisa-bisanya sih dikemas. Saat itu saya hanya membeli satu kotak saja yaitu rendang daging sapi spicy (hot) taste.

Agak deg-degan sih. Khawatirnya, belum-belum, suami sudah mencela. Haha… sebenarnya, ini perasaan saya saja yang tidak pede. Makanya saya bawa rendang tersebut ke dapur dengan diam-diam. Saya buka kotak kardusnya. Di dalamnya benar saja terdapat daging rendang matang berbungkus plastik kedap udara.

Sesuai petunjuk yang tertera dalam kemasan, saya pun mendidihkan air dan merendam bungkusan plastik foodgrade yang berisi rendang tersebut selama 3 menit. Setelah itu, plastiknya saya buka dan saya sajikan di piring.


Saya panggil suami untuk mencicipi rendang tersebut. Apa coba komentarnya?
“Rendang dari mana, Bu? Rasanya, Padang asli,” kata suami saya tersebut.
Mendengar ucapan suami, anak-anak pun berebut untuk mencobanya.
“Eh, rasanya mirip rendang buatan nenek ya,” komentar anakku.
“Iya. Kayak yang waktu kita makan saat lebaran itu,” komentar anakku yang lainnya.

Hihi… terus terang hati saya berbunga-bunga mendengarnya. Barulah setelah itu, saya berani memperlihatkan bungkus dari rendang kemasan tersebut.

Ah, itu sih hanya sekedar pengalaman pribadi saya saja sebenarnya. Secara pribadi, saya memang benar-benar tertolong dengan keberadaan rendang kemasan. Bayangkan saja, rendang, makanan yang diakui kelezatannya nomor satu secara internasional, ternyata begitu mudah didapatkan. Bisa disimpan dalam waktu cukup lama. Bisa dimakan kapan saja tanpa kita perlu ribet memasaknya. Tinggal rebus dengan air mendidih selama 3 menit, maka kita sudah bisa menyantapnya. Benar-benar luar biasa!

Namun lebih dari itu, saya sebenarnya salut pada inovasi yang dibuat oleh Randang Padang Restu Mande.



Saya harap sih dengan inovasi ini, rendang bisa menjadi ikon bangsa Indonesia dalam bidang kuliner di kancah internasional seperti halnya kimchi untuk bangsa Korea. Untuk itu, kita perlu mendukungnya dengan mengenalkan rendang pada setiap orang dengan cara menjadikannya sebagai buah tangan untuk teman atau saudara di berbagai belahan dunia.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...