Sabtu, 28 Januari 2012

Proses Kreatif Penulisan Buku Antologi Nonfiksi Girls Rule


Waktu itu, Husna dan Maryam nunjukkin ke aku, katanya mereka diminta Mbak Icha (Editor PCPK, Lingkar Pena) untuk memilih 2 judul dari 10 judul yang ditawarkan untuk buku Girls Rule. FYI, Girls Rule adalah buku seri PCPK tapi bersifat non fiksi. Jadi mereka diminta membuat artikel berdasarkan judul tersebut. Kalo nggak salah, ada pilihan tulisan tentang orang tua, internet, idola, cinta monyet, fashion, dan lain-lain.

Kaget juga sih waktu Husna milih cinta monyet dan ortu. Tapi, ya...tidak semata-mata dia milih kaan..., berarti di kepalanya memang dia udah punya bahan. Nah, kalau Maryam milih tema idola dan gank.

Karena diberi dedlen, maka anak-anak pun langsung bekerja. Terutama Maryam, dia langsung menuliskan artikelnya. Kalau Husna, sepertinya dia bingung dari mana harus mulai. Selalu seperti itu, pikirku.

Ya, Husna memang luas wawasannya. Tapi karena saking luasnya, dia suka tidak tahu harus mulai dari mana dulu atau apa dulu yang harus ditulis. Wajarlah. Namanya anak-anak, sistematika berpikirnya belum sempurna.

Lain dengan Maryam. Setengah jam dia menyelesaikan satu tulisan dengan panjang sekitar 5 halaman. "Bu, tolong edit," katanya. Waktu aku baca, aku malah bingung, mana yang harus diperbaikinya. Syukur deh, dia udah bisa nyelesein tugasnya sendiri.

Melihat Husna bengong di depan komputer, aku putar otak. Akhirnya aku tanya, kenapa dia milih judul tersebut, misalnya cinta monyet. Aku minta supaya dia menceritakan hal apa saja yang dia kuasai tentang judul tersebut. Maka dia pun dengan lancar menceritakan tentang kisah teman-temannya di kelas yang mulai mengalami cinta monyet.

Ooo, jadi begitu toh, kenapa Husna ingin milih judul tersebut. Aku pun ternganga-nganga mendengar 'sisi lain' dari kehidupan teman-teman Husna di kelasnya.

Akhirnya, setelah dia selesai menceritakan semuanya, aku membantunya membuat sistematika penulisan. Caranya, aku membuat daftar pertanyaan berdasarkan bahan yang aku dengar tadi dari Husna. Jadi pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya sama dengan outline. Hanya aku yang menentukan mana yang harus ditulis duluan dan mana yang selanjutnya dan selanjutnya.

Karena Husna memang menguasai bahannya, ia menulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu dengan lancar. Setelah selesai, aku bilang, "Tuh, kamu lihat urutannya kan? Dari pertanyaan nomor 1, sampai terakhir? Itu menunjukkan urutan tulisan yang harus kamu tulis. Sekarang tinggal kamu pindahkan ke dalam bentuk cerita."

Rupanya Husna mengerti, dia menuliskan dengan lancar paragrap per paragrap. Dan, taraaa... jadilah sebuah artikel yang siap dikirim.

Sinopsisnya bisa dibaca di sini

MENUMPAS KEKACAUAN DI RED CITY



Judul: Lucky Luke VS Pat Poker
Penulis: Morris
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tebal: 46 halaman
Lucky Luke diperintah oleh pemerintah untuk menjabat sebagai sheriff di kota Red City. Selama ini tidak pernah ada sheriff yang bertahan lama di sana karena gugur dalam tugas.
Saat di perjalanan menuju Red City, Lucky melihat sungai dan berenang. Setelah selesai berenang, alangkah kagetnya Lucky karena baju dan kudanya hilang.
Lucky tidak tahu kalau yang mencurinya adalah Pat, seorang pemimpin penjahat di kota Red City. Pat sudah tahu kalau Lucky akan menjadi sheriff di kotanya dari surat kabar yang ia baca. Tentu saja, Pat tidak mau ada sheriff di Red City karena ia tidak bebas melakukan kejahatan.
Bagaimana nasib Lucky? Untunglah seorang ibu yang lewat memberi baju anak perempuannya kepada Lucky Luke karena khawatir Lucky Luke sakit. Akhirnya Lucky memakainya meskipun saat tiba di kota ia ditertawakan.
Ketika Lucky Luke beraksi dan berhasil mengalahkan Pat, Si Penjahat, seluruh penduduk Red City pun akhirnya mengaguminya. Ya, Lucky Luke memang hebat. Makanya ia diberi julukan Penembak-Dua-Kali-Lebih-Cepat-dari-Bayangannya.
Biodata Peresensi:
  • Hamzah Muhammad
  • Kelas 4
  • SD Zakaria III
  • Jl. Cijawura Girang V
  • Sukarno-Hatta, Bandung
  • Telp. 022-7564934

99% CASSH (Cantik, Sehat dan Shalihah), Buku Ketigaku


Waktu itu aku ikut audisi kisah ringan tentang kesehatan. PJ-nya Mbak Riawani Elyta. Tadinya sih, aku nggak kebayang mau nulis apa. O,ya lomba tersebut meminta peserta untuk memposting ceritanya di notes facebook dan mentag beberapa teman. Jadi, aku bisa baca dong cerita peserta lain yang mentag fb-ku. Setiap membaca postingan peserta yang lain, aku selalu merasa keduluan. Yah, sudahlah. Aku gak jadi ikutan saja, begitu pikirku saat itu.

Tapi ketika udah mepet dedlen, hatiku berontak! Jiyahhahahha....bahasanya! Yah, waktu itu memang masa mencari identitas (hihihi...), aku selalu panas setiap melihat audisi antologi. Aku merasa harus ikut! Dengan tanpa mempertimbangkan kompensasi apa yang bakal aku dapat. Bagiku saat itu, bisa lolos dan karyaku diterbitkan saja, gembiranya bukan main. Ga papa kan, memang ada masa-masanya kok harus ngelewatin moment itu. Gak merasa rugi kaleee...

Aku pun berpikir keras. Mencoba mengingat-ingat peristiwa unik apa yang pernah terjadi. Biasanya aku mencari ide sambil merem-merem menunggu kantuk. Dan... cling! Muncullah ingatan pada peristiwa itu. Tanpa berpanjang-panjang waktu, aku langsung bangkit dan aku tuliskan ceritanya dengan judul:

"Ngesot Gara-gara Pengobatan Alternatif"

Gimana? Keren kan? Wakakakak....... :)))

Ya, itulah judul yang aku dapatkan dari cerita yang aku buat. Ini adalah pengalaman dari.... ehm! gak usah aku sebut ya... pokoknya seseorang yang mencoba suatu pengobatan alternatif tanpa ilmu yang memadai yang akhirnya berdampak buruk pada dirinya. Alhasil dia malah tidak bisa jalan alias ngesot (harap jangan ketawa).

Suatu hari di pagi yang cerah....
Aku menyodorkan secangkir teh manis pada suamiku yang sedang buka-buka kompie. Aku bilang, "Pak, kenapa ibu gak nulis-nulis yah... malah sibuk bikin antologi ini-antologi itu. Kalau gitu terus, kapan ibu punya buku sendiri? Mulai saat ini, ibu bakal ngurangin buka pesbuk ah. Soalnya ibu selalu tergoda untuk ikut berbagai antologi."

Suamiku. Entah ia mendengarkan keluh kesahku atau sambil lalu. Sambil matanya terus menatap layar, dia bilang, "Antologi kisah ringan tentang kesehatan punya Ibu, lolos nih. Ada pengumumannya di wall Ibu..."

Sontak aku mengambil alih komputer. "Mana, Pak?! Mana? Sini pesbuknya bagian Ibu yah...yah..." Hihi... akhirnya pengumuman tersebut malah tidak membuatku kapok ikut antologi dan tidak kapok juga mantengin pesbuk.

Ternyata, kumpulan kisah ringan dari para pemenang dikumpulkan dalam sebuah buku berwarna merah cantik bersama informasi-informasi kesehatan dari para kontributor. Dan jadilah buku berjudul 99% CASSH (Cantik, Sehat dan Shalihah) yang berisi panduan untuk muslimah tampil cantik, sehat dan shalihah.

Kamis, 26 Januari 2012

PENULIS CILIK-Tulis Ceritamu, Mainkan Tokohmu (Materi 20)



Lanjutan dari Materi 19 
Sekarang saatnya kamu menuliskan ceritamu. Kamu sudah punya bekal yaitu ide yang sudah kamu tuangkan di tulisan awalmu (yang minimal satu lembar itu, lho…). Kamu juga sudah mempelajari dan menentukan genre, tema, latar, alur, konflik, ending beserta outline-nya untuk ceritamu.

Buat Opening yang ‘Hidup’
Coba periksa lagi tulisan awalmu. Sudahkah memakai kalimat pembuka atau opening yang tepat? Opening atau Kalimat Pembuka dalam sebuah tulisan bisa menentukan reaksi pembaca dalam memutuskan untuk menghentikan bacaanya atau melanjutkan. Oleh karena itu, penting buat kamu untuk membuat opening yang semenarik mungkin. Jadi, kalau opening ceritamu masih biasa-biasa saja, saatnya kamu mengedit tulisan itu.
Lihat, beberapa contoh opening di bawah ini:

Opening dialog: “Woiii, ada yang tahu enggak, kelas kita akan ada anak baru, lho,” seru Dewa si cowok Botak. (PCPK 3G karangan Serenada Langit)
Opening deskriptif: Wajah lonjong, kulit putih, mata bulat. Kepalanya hampir botak. Hanya ada jambul di bagian depan. Kalau jalan masih bergoyang-goyang, tapi selalu saja tertawa. Arjuna, bagaimana aku bisa lupa? (Arjuna, KKPK Permen-permen Cinta Untukmu karangan Faiz)
Opening pertanyaan: Apakah kalian membenci menulis? Kalau jawabannya ya, kamu sama denganku. Aku tak bisa menulis. Apa pun yang aku tulis, pasti hasilnya kacau. (KKPK Mimpi Aiko karangan Iza)
Opening perkenalan: Nama lengkap dara kembar yang namanya sedang naik awan (ups) ini adalah Cassidy Izzi Wilson dan Cannidy Izzi Norina. (PCPK The Twins Stars karangan Dias Nuryamsi)
Opening suasana: Pagi itu, di kelas 6A SD Tunas Bangsa… (PCPK Paris, I’m Coming! Karangan Alif Aqsha)
Opening bunyi-bunyian: “Klukuk! Klukuk!” (Cerpen Suara-suara Aneh Karangan Tethy Ezokanzo dalam Buku Kumpulan Cerpen Bayangan Penari Kecil)
Nah, dari contoh opening-opening di atas, kamu bisa memilih dan menilai, opening mana yang paling menarik untuk menjadi opening ceritamu. Pada intinya opening itu harus mampu membuat pembaca penasaran sehingga ingin mengetahui lebih lanjut alur dari cerita kita.


Berlanjut ke materi 21

Buat yang lagi belajar nulis, baca deh novel karya Kak Yas Marina ini. Saranghae, Bluemoon!

Saranghae Bluemoon, karya Yas Marina
 

PENULIS CILIK-Membangun Kerangka (Outline) (Materi 19)

Sambungan Materi 18


Jadi, kalau kamu melihat alur cerita Petualangan Joanna di atas, Husna tidak membuatnya sekaligus selesai. Walaupun 10 halaman pertama ditulis dalam sehari, selanjutnya mengalami tahap ‘bongkar pasang’ yaitu menuliskan, tidak cocok, hapus, ganti lagi, menuliskan lagi, tidak cocok, hapus lagi.
Sampai akhirnya, Husna membuat alur ceritanya yang disempurnakan dalam sebuah kerangka karangan (outline) lengkap dengan ending cerita, tulisannya jadi lebih terarah dan cepat selesai.
Dalam semua proses pembuatan novel ini, supaya mendapat banyak masukan, Husna banyak berdiskusi dengan orang-orang di sekitarnya dan suka sekali membuka-buka internet untuk mencari bahan. Tidak heran kalau Petualangan Joanna ini selesai dalam jangka waktu 6 bulan. Tapi, masih termasuk sebentar dibanding novel keduanya, Mysterious Egypt yang digarap sampai 1 tahun J.
Balik ke masalah kerangka karangan. Kerangka karangan dibuat berdasarkan pokok-pokok pikiran yang ingin kamu tuangkan dalam tulisanmu nanti. Sebagai contohnya, yuk, kita lihat kerangka karangan bab 1 sampai bab 3 dari novel Petualangan Joanna.

Outline
Bab 1: Membahas tentang penemuan circle crop
  • Pengenalan tokoh: nama panggilan, umur, tempat tinggal, bentuk fisik, sifat tomboy Joanna, pekerjaan orang tua, nama teman-teman dekatnya (bagian pengenalan ini sebaiknya disimpan setelah klimaks circle crop di bab 1 mereda)
  • (Untuk menghentak pembaca, bagian ini didahulukan) Pagi-pagi Joanna naik sepeda pergi piknik ke bukit dekat ladang gandum ayahnya
  • Teman-temannya belum datang karena bangun kesiangan gara-gara alarm jam listrik mati disebabkan semalam mati listrik
  • Saat duduk menghadap ladang, Joanna melihat circle crop
  • Joanna memasuki area circle crop dan seperti teraliri listrik
  • Joanna takut lalu segera pulang dan melapor pada ayahnya
  • Ayahnya menelepon polisi dan wartawan berdatangan
  • Lokasi circle crop ditutup untuk umum karena sedang diselidiki ilmuwan
  • Menurut ayahnya, di Wiltshire, Inggris sering ada circle crop
  • Jeda (*****)
  • Pengenalan tokoh
  • Dua minggu kemudian Joanna dan teman-temannya melakukan penyelidikan di tempat bekas circle crop, teman Joanna yang bernama Charlie menemukan potongan ubi jalar.
  • Joanna dan teman-temannya menyangka umbi tersebut dibawa oleh alien yang membuat circle crop
  • Joanna dan teman-temannya sepakat untuk bertemu lagi esok harinya pukul 8 pagi di kamar Joanna (bagian ini untuk menyambungkan dengan bab berikutnya)
Bab 2 Mencari data circle crop di internet
  • (Petualangan di buku ini akan dimulai, jadi cerita harus di-setting: Ayah dan ibu Joanna menginap di rumah nenek yang sakit, kira-kira 2-3 hari)
  • (Neneknya bukan petani ladang tapi punya peternakan dan kebun sayur-sayuran)
  • (Ayah Joanna punya penjaga ladang namanya Matt)
  • Sore hari Joanna duduk sendirian di kamar membuka internet mencari data circle crop
  • (gambarkan letak kamar Joanna, untuk mempersiapkan adegan pendaratan alien dan kebiasaan teman-temannya masuk lewat jendela dengan menaiki pohon. Ide pohon elm dari buku Anak-anak di Desa Bullerbyn, Astrid Lindgren dan tali berbuhul dari Lima Sekawan, Di Pulau Kirin)
  • (gambarkan pula kursi komputer Joanna yang nyaman untuk menyambungkan ke adegan di bab akhir)
  • Tulis data-data circle crop dari internet sesingkat mungkin untuk mendasari pengetahuan pembaca dengan setting seakan-akan Joanna sedang membaca data tersebut
  • Joanna melihat ke luar jendela yang belum ditutup dan melihat piring terbang mendarat di halaman samping kamarnya
  • Joanna mengintip dan melihat alien keluar dari piring terbang lalu alien tersebut menghilang
Bab 3 Perjalanan Joanna ke Planet Torteklo
  • Joanna menyelinap masuk ke piring terbang itu supaya bisa ikut dengan mereka karena ingin menyelidiki asal usul circle crop
  • Sebelum pergi Joanna menulis surat untuk teman-temannya yang besok akan datang ke kamarnya
  • Gambarkan isi piring terbang itu sedetil mungkin (pesawat yang banyak tombolnya seperti di film-film luar angkasa)
  • Di piring terbang berkenalan dengan seorang anak laki-laki bernama Toni
  • Karena Joanna atau Jo terlalu cuek, Toni marah dan menantang berkelahi (Toni tidak menyangka kalau Joanna atau Jo itu anak perempuan)
  • Datang alien baik yang bernama Gop memisahkan mereka
  • Joanna sampai ke Planet Torteklo yang penuh dengan tanaman umbi ajaib
  • Joanna ingat ubi jalar yang ditemukan Charlie di ladang gandum sehingga menyimpulkan ubi itu pasti datang dari Planet Torteklo
Keterangan: kalimat yang memakai tanda kurung disisipkan menyusul saat proses penulisan novel

Apakah menurutmu sulit membuat outline seperti di atas?
Hmm… ya, mungkin juga.
Apakah menurutmu sangat sulit mengerahkan daya imajinasimu untuk membayangkan suatu alur cerita yang menarik?
Tunggu. Jangan kecewa dulu, kalau kamu tetap menjawab: sulit!
Pernahkah kamu membaca buku atau menonton film, lalu kamu bilang, buku atau film ini nggak menarik, coba kalau ceritanya begini…begini…begini…
Nah, berarti sebenarnya, masih ada harapan untukmu untuk menjadi seorang penulis cilik.
Kenapa tidak kau wujudkan keinginanmu menulis cerita yang lebih menarik, di bukumu sendiri?
Jadi, lanjutkan ya, mempelajari buku ini.
Mudah-mudahan di akhir bab dari buku ini, kamu bisa mewujudkan impianmu untuk menulis bukumu sendiri. Keep fighting!

Menetukan POV (Point of View/Sudut Pandang)
Saat kamu menulis cerita, kamu boleh menentukan POV yang kamu sukai. POV cerita ada yang berdasarkan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
Sudut pandang orang pertama ditandai dengan penyebutan ‘aku’ atau ‘saya’ pada sang tokoh utama dalam cerita. Sedangkan sudut pandang orang ketiga ditandai dengan penyebutan nama sang tokoh utama cerita atau diselang-seling dengan kata gantinya seperti ‘ia’, ‘dia’ atau ‘mereka’.
POV apapun yang kamu pakai, kamu harus konsisten dari awal sampai akhir cerita. Jangan sampai di awal cerita kamu menyebut ‘aku’ pada sang tokoh utama, lalu di tengah cerita, kamu malah menyebut sang tokoh utama dengan sebutan ‘dia’.
Lihat, contoh cerita dengan POV orang pertama di bawah ini. ‘Aku’ di cerita tersebut adalah sang tokoh utama:
“Aku merasa bête di sini,” kataku sambil mengelus-elus rambut hitamku.
“Masak, sih?”Lenna sepertinya tak percaya.
“Ya, benar. Gimana, ya? Aduh, rasanya enggak punya teman. Enggak ada anak yang sebaya dengan aku. Satu pun tak ada,” keluhku.
“Yang benar saja, Ky!” Lenna tidak percaya, lagi-lagi.
(Dikutip dari PCPK Secret Friend karangan Diajeng Ayu)
Contoh cerita dengan POV orang ketiga dengan menggunakan penyebutan nama dan kata ganti ‘dia’:
“Charlize!”
Charlize keluar dari pintu kelasnya, lalu berlari sepanjang koridor sekolah yang ramai itu sambil menenteng kamera pocket-nya. Sebenarnya, dia ditahan oleh guru di Detention Class karena kembali berbuat onar. Tetapi, dia kabur. Ada janji.
POV orang ketiga dengan penyebutan nama lebih dari satu orang atau dengan kata ganti ‘mereka’:
“Bunga dan Billa tinggal di Panti An-Nasyir. Mereka tak mempunyai bapak dan ibu. Mereka yatim piatu. Walaupun yatim piatu, mereka anak terpandai di Desa Karang Tengah. Bunga pernah meraih juara satu lomba melukis, menari, mengarang puisi, dan menghafal surah-surah pendek. Billa pernah mendapat juara satu lomba akting, membuat prakarya, dan mengarang surat. Mereka masih kelas enam, tapi sudah seperti anak SMP kelas dua.”
(Dikutip dari KKPK Beautiful Days karangan Bella)

Berlanjut ke Materi 20

Eitsss..... jangan lupa baca buku super keren ini ya.....

PCPK Me VS My Twin, karya Husna Salsabila
 

PENULIS CILIK-Konflik (Materi 18)

Sambungan dari Materi 17


Sebuah cerita menjadi menarik, salah satunya karena adanya konflik yang dialami sang tokoh. Pembaca biasanya menunggu-nunggu bagian konflik ini. Mereka ingin tahu reaksi sang tokoh menghadapi konflik ini dan usaha apa yang dilakukannya untuk keluar dari konflik yang dialaminya.
Seorang penulis yang baik, mampu membuat dan menggambarkan konflik semenarik mungkin sehingga membuat pembaca merasa terlibat dalam konflik itu. Pembaca akan ikut marah, sedih, kesal atau lega saat sang tokoh sedang bergelut dengan konfliknya.
Untuk membuat konflik yang menarik, cobalah bayangkan kalau kamu menghadapi masalah-masalah yang berat dan unik. Tapi, bukan berharap dapat masalah berat, ya. Ini hanya berandai-andai saja lho. Lalu, bayangkan pula, kira-kira bagaimana pemecahannya supaya kamu bisa keluar dari masalah itu. Tapi keluar dari masalahnya, jangan mulus begitu saja ya. Bayangkan juga, misalnya ada hambatan-hambatan yang mempersulit. Sehingga kamu harus berjuang menyingkirkan atau mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Tentang konflik ini kamu juga bisa mengambil pengalaman teman-temanmu atau barangkali kamu pernah baca di majalah atau nonton di televisi saat seseorang punya suatu masalah dan cara dia mengatasi masalah tersebut.
Nah, kalau kamu sudah dapat gambaran konflik, suasana dan solusinya, pindahkan gambaran itu pada sang tokoh cerita dengan selengkap-lengkapnya.
Oke, sekarang kita lihat saja yuk, konflik di novel Petualangan Joanna. Konflik di novel Petualangan Joanna sudah dimunculkan sejak awal yaitu kepenasaran Joanna dan teman-temannya terhadap crop circle. Resiko konflik dimunculkan dari awal, novel akan jadi sangat membosankan kalau sepanjang cerita hanya berkutat pada penyelesaian konflik. Jadi, jangan sampai karena masalah crop circle dimunculkan sejak awal, terus nanti sepanjang ceritanya membahas crop circle saja. Kecuali, kita bisa memunculkan hal-hal menarik, yang diluar dugaan pembaca tentang crop circle itu.
Rencana awalnya, bisa jadi Husna memang hendak menjadikan ide crop circle itu sebagai konflik utama. Ketika awal menulis, Husna begitu menggebu-gebu di sekitar ide itu. Ketika sampai pada halaman 10, Husna mulai berpikir, kalau seandainya tokoh Joanna sampai ke Planet Torteklo, lalu selesai mendapatkan penjelasan tentang fenoma crop circle, setelah itu apa lagi?
Seperti disinggung di atas, kecuali Husna bisa memunculkan hal-hal menarik seputar crop circle yang lebih dalam lagi. Masalahnya, Husna merasa pengetahuannya tentang crop circle juga terbatas ditambah kekhawatiran kalau novelnya ‘terlalu mengada-ada’.
Berkaitan dengan novel yang dianggap seperti ‘mengada-ada’, kamu bisa simak nasihat dari Kak Koko Nata, seorang penulis dan pengurus komunitas penulis Forum Lingkar Pena: “Tidak perlu ragu-ragu membuat cerita fantasi. Karena negeri fantasi, baik yang menyisip dalam kehidupan manusia (seperti Harry Potter dan Narnia) atau full dunia imajinatif murni (seperti Lord of The Ring) punya aturan tersendiri. Meskipun sebagian orang bilang cerita fantasi itu nggak mungkin atau mengkhayal banget, tapi menulisnya juga butuh pengetahuan agar menjadi cerita yang menarik.”
Kembali ke kisah pembuatan Novel Petualangan Joanna. Akhirnya Husna memutuskan untuk membuat konflik baru dan klimaksnya yaitu penculikan dan penyelamatan teman-temannya di Planet Gregunio. Sedangkan bahasan tentang crop circlenya diselesaikan sejak Joanna ada di Planet Torteklo.
Hasilnya, Husna tidak menjadikan ide crop circle itu sebagai konflik utama. Crop circle hanya dijadikan pengantar untuk memancing rasa penasaran pembaca supaya mau mengikuti alur cerita.

Ending Cerita
Sekarang lanjut ke soal ending cerita. Ending cerita dibutuhkan supaya kita mendapat gambaran dan arahan kemana cerita kita akan sampai. Jadi, saat menulis cerita, walaupun kita membumbuinya kesana-kemari, akhirnya tetap menuju ending cerita yang sudah kita rencanakan.
Demikian pula saat Husna belum membuat ending cerita dari Petualangan Joanna. Waktu itu, Husna sudah menulis sampai 35 halaman dan belum menentukan ending dari ceritanya. Hasilnya, tulisan Husna tidak terarah karena kebanyakan ide. Husna ingin tokoh Joanna melakukan ini, melakukan itu, pergi ke sana, pergi ke sini. Padahal untuk bisa dibukukan, target menulis Husna cukup 45 halaman saja dan paling banyak 60 halaman.
Masih mending kalau Husna bisa menyambungkan semua alur ceritanya di ujung halaman. Kalau tidak, bukankah pembaca malah bingung karena diajak jalan-jalan ke berbagai arah yang tidak jelas ujungnya? Padahal, pembaca pasti mengharapkan ujung cerita itu mengerucut, membentuk kesimpulan dari berbagai kejadian yang ada di tengah-tengah cerita.

Berlanjut ke Materi 19

Ini adalah buku keren dari Husna Salsabila. Dibaca ya... Pasti kamu suka!

PCPK Me VS My Twin, karya Husna Salsabila
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...