Seorang penulis tidak bisa hanya mengurung diri saja di kamar, duduk manis di depan komputer. Seorang penulis harus berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya. Mereka harus menemukan kehidupan nyata yang akan menjadi bahan penulisannya.
Kalau seorang penulis mempunyai sifat cuek (tidak peduli) pada apa pun, maka dia tidak akan punya kepekaan lagi dalam menangkap ide.
Manusia
Lihat, orang-orang di sekelilingmu. Ayah, ibu, kakak atau adikmu. Mereka punya sifat dan kebiasaan masing-masing bukan?
Perhatikan adikmu. Dia anak berumur satu tahun. Kulitnya halus dan pipinya montok membuat kamu ingin menjawil atau menciumnya. Tingkahnya pun lucu dan menggemaskan. Adikmu sedang belajar berjalan. Kakinya belum menapak dengan benar. Sering sekali dia jatuh saat berjalan. Tapi dia selalu bangun dan kembali berjalan. Mulutnya bergumam mengatakan ta..ta..ta..ta.. atau ma..ma..ma..ma..
Bagaimana dengan kakakmu?
Tubuh Kakak… wow, tinggi! Kakak senang olah raga dan makannya banyak sekali. Ya, menurut Ibu, Kakak memang sedang tumbuh menginjak masa remaja. Di sekolah, Kakak mempunyai banyak prestasi yang membanggakan. Teman-temannya pun banyak dan sering main ke rumah.
Dengan memperhatikan seseorang, kamu bisa menggambarkan hal-hal yang menyangkut orang tersebut. Hal ini berguna saat kamu harus menggambarkan karakter tokoh saat kamu menulis sebuah cerita. Tokoh dalam cerita fiksi memang khayalan. Tapi, karakter-karakter orang-orang di sekelilingmu akan menjadi bahan untuk membentuk karakter tokohmu.
Untuk menambah bahan, kamu juga bisa mengamati tetanggamu, orang yang bertandang ke rumahmu (tamu), orang yang kamu temui di kendaraan umum atau di mall. Tapi, ingat, kalian tidak boleh terlalu menampakkan diri sedang memandang mereka lama-lama ya. Siapa pun pasti akan merasa risih atau heran kalau dipandang orang lain terlalu lama. Mungkin saja kamu didatangi dan ditanya, “Hei, kenapa ngeliatin saya terus? Ada yang salah?” Hihihi…
Menggambarkan karakter seseorang dan menuangkannya dalam bentuk tulisan akan melatihmu dalam menciptakan karakter-karakter tokohmu senyata mungkin sehingga pembaca bisa membayangkan seakan-akan tokoh ciptaanmu memang ada.
Perhatikan cuplikan dari buku PCPK Cool Skool karangan Putri Salsa ini:
“Gen sangat girly, rambut pirangnya yang panjang diikat dua. Gadis cilik itu memakai baju pink bertuliskan “love life” dan rok berwarna biru.”
Bisakah kamu membayangkan sosok dari tokoh Gen yang diciptakan oleh Putri Salsa ini? Ya, karena Putri Salsa pandai menggambarkan karakter tokoh ciptaannya ke dalam bentuk tulisan, kita jadi bisa membentuk sosok itu dalam pikiran kita. Kita pun jadi merasa penasaran tentang kisah selanjutnya dari tokoh Gen ini.
Sekarang untuk tugasmu, siapkan buku catatan kecilmu. Coba gambarkan karakter dari sahabat dekatmu dan salah seorang guru di sekolahmu. Setelah itu, buat juga karakter dari tokoh ciptaanmu. Selamat berlatih, ya!
Alam
Di dunia ini, Tuhan tidak hanya menciptakan manusia. Dia menciptakan juga perangkatnya untuk mencukupi kebutuhan manusia seperti hutan, gunung-gunung, langit, matahari, bulan dan lain-lain.
Saat kamu menulis sebuah cerita, kamu tidak bisa hanya menceritakan manusianya saja tanpa menghiraukan keadaan di sekeliling manusia itu. Untuk menjadikan sebuah cerita itu lebih hidup, kamu harus menggambarkan keadaan yang melatari sang tokoh atau yang disebut latar cerita (setting).
Oleh karena itu, kamu juga harus rajin memperhatikan alam sekitarmu. Pergilah ke berbagai tempat, perhatikan keadaannya dan rasakan suasananya.
Bagi seorang penulis, pergi ke tempat wisata alam seperti perkebunan yang luas, pegunungan, danau, air terjun, pantai, itu sangat penting. Selain bisa menambah wawasanmu tentang alam, melihat kekuasaan Tuhan dalam keadaan tenang akan membuat perasaanmu lebih halus dan lebih peka.
Coba kalian perhatikan cuplikan di bawah ini:
“Di permukaan tanah, mengelilingi lapangan rumput yang tenggelam itu, terdapat taman yang sangat indah oleh bunga mawar dan berbagai bunga lainnya. Di antara petak-petak bunga itu terdapat pula petak-petak rumput yang menghijau.”
Lihat juga cuplikan yang ini:
“Salah satu yang paling disukai Darrell adalah kolam renang besar yang terletak di pinggir pantai. Kolam tersebut digali di batu-batu karang tepi pantai dan dasarnya dibiarkan tetap berbatu-batu karang tidak rata. Juga tepinya berlumut, bahkan kadang-kadang bagian dasarnya licin pula oleh lumut. Tapi tiap hari bila air pasang, air laut menyerbu masuk ke dalam kolam tersebut, membuat air kolam bergelombang. Sungguh menyenangkan berenang-renang di tempat itu.”
Apa yang kamu rasakan saat membaca cuplikan pertama dan kedua di atas. Tidakkah kamu merasa berada di taman bunga mawar yang berumput hijau? Atau sedang berada di kolam renang di tepi pantai yang indah dengan airnya yang hangat terkena sinar matahari? Lalu saat kakimu menginjak dasar kolam, kamu merasakan ada beberapa bagiannya yang licin karena lumut?
Enid Blyton, sang pengarang buku seri Malory Towers ini memang sangat piawai menggambarkan suasana yang melatari sang tokoh (Darrell). Sehingga kita, para pembacanya seakan-akan menyaksikan sendiri keadaan yang ada di situ.
Nah, sekarang giliranmu. Cobalah gambarkan sebuah tempat yang berkesan buatmu dalam bentuk tulisan.
Misalnya apa? Mall? Pasar?
Kamu mau menggambarkan tempat ramai itu?
Hehehe… tentu tidak masalah.
Gambarkan lalu-lalang orang-orangnya ya.
Pasti banyak sekali yang bisa kamu ceritakan dari tempat seramai itu.
Oke, enjoy it!
Hewan, Tumbuhan dan Lingkungan Sekitar
Sering memperhatikan hewan, tumbuhan dan lingkungan di sekitarmu, akan lebih memperkaya imajinasimu. Kamu tahu film-film yang tokohnya bukan manusia semacam Mickey Mouse (hewan), Veggietales (tumbuhan), dan Spongebob Squarepants (busa atau spons)?
Kamu bisa bayangkan, betapa hebatnya pencipta karakter-karakter dari film itu. Contohnya karakter Spongebob Squarepants. Sang pembuat karakter mampu menjadikan busa sebagai seorang tokoh yang bisa melakukan berbagai hal yang biasa dilakukan manusia. Saking kuatnya karakter yang dihidupkan pada tokoh Spongebob, dibarengi alur cerita yang menarik, penonton tidak peduli lagi bahwa tokohnya adalah sebuah busa (catat, sebuah busa, bukan manusia!) yang dalam kehidupan nyata, busa mungkin hanyalah benda biasa.
Begitu pula dengan tokoh-tokoh yang ada di film Veggietales. Film yang ‘dibintangi’ oleh berbagai macam sayuran seperti brokoli, tomat, seledri dan lain-lainnya itu, betul-betul muncul dari kreatifitas tinggi sang pencipta karakter. Kamu bayangkan saja, bagaimana mungkin sebatang seledri mampu berjalan, main bola atau memegang pensil. Tapi nyatanya, film Vegetales tetap asyik buat ditonton.
Bagaimana pula dengan tokoh-tokoh di film Mickey Mouse, Winnie The Pooh, Nemo, Ice Age, Happy Feet, Toys Story, Cars dan lain-lainnya? Yah, semuanya menunjukkan betapa para pencipta tokoh itu sangat hebat memanfaatkan karakter-karakter selain manusia yang ada di sekitarnya menjadi tokoh-tokoh cerita.
Kalau menurutmu, cerita yang tokohnya dari manusia itu sudah terlalu biasa. Cobalah, seperti para pencipta karakter tadi. Ciptakanlah karakter-karaktermu sendiri yang bukan berwujud manusia. Lalu perankan dalam cerita karanganmu.
Rain Rora karangan Diella (Seri KKPK Erlie Sang Penyelamat) dan Boni, Beruang Cilik yang Nakal karangan Salma Izzatunnuha (Seri PCPK Cakes Party) adalah contoh cerita yang menggunakan karakter hewan sebagai tokoh utama. Cerita yang menggunakan hewan sebagai tokohnya disebut juga cerita fabel.
Dilanjutkan ke Materi 11
Jangan lupa baca buku ini ya...
PCPK Math Garden, karya Maryam Muthmainnah |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^