Lanjutan dari
Materi 11
Kalau kamu jalan-jalan ke toko buku, coba kamu lihat jenis buku anak yang ditulis oleh anak semacam KKPK, PCPK, CCPK, dan yang semacamnya. Apakah ada kesamaan? Ya, kebanyakan dari buku-buku tersebut berjenis karangan fiksi. Karangan fiksi adalah tulisan yang berisi kisah rekaan hasil imajinasi penulisnya yang di dalamnya memuat tema tertentu, para tokoh beserta karakternya, alur cerita (plot), latar (setting) dan konflik sehingga nampak seperti kejadian nyata.
Jenis-jenis karangan fiksi antara lain cerpen, novel, komik dan puisi. Namun, karangan fiksi yang saat ini banyak diminati oleh anak-anak adalah cerpen (cerita pendek) dan novel. Meskipun begitu ada juga lho, teman-temanmu yang sudah pandai bikin komik dan puisi. Mereka itu adalah Fia dengan komikya KKPK Adventure in Magic World dan Dewa dengan buku kumpulan puisinya KKPK Suara Hati Dewa.
Cerpen (Cerita Pendek)
Cerpen adalah karangan fiksi yang disampaikan secara singkat dan padat dari suatu kejadian dan memuat pesan yang mudah dipahami.
Panjang cerpen bermacam-macam. Penerbit ada yang mensyaratkan cerpen dalam hitungan kata, karakter, karakter plus spasi atau halaman.
Contoh: Majalah Bobo mensyaratkan cerpennya terdiri dari 250-500 kata untuk cerita satu halaman. Majalah Mombi menerima cerpen dengan panjang maksimal 500 karakter. Majalah Story menerima cerpen sepanjang 13.000-14.000 karakter + spasi. Penerbit Tiga Ananda menerima kumpulan cerpen, satu cerpennya terdiri dari 3-4 halaman.
Menulis cerpen bisa menjadi pilihan buat para penulis cilik yang masih dalam proses latihan menulis. Meski bukan berarti yang suka membuat cerpen itu pasti penulis pemula, lho. Kok jadi pilihan penulis pemula, sih? Memang menulis cerpen itu lebih mudah ya? Mungkin ada yang berpendapat, ah lebih mudah bikin novel. Lebih bebas untuk menuliskan semuanya, tidak ada batasan. Tapi… untuk sebagian dari kalian, mungkin ada yang belum bisa menulis cerita panjang-panjang. Memikirkan cerita dari awal sampai akhir sebanyak 35-60 halaman, bingungnya bukan main. Oleh karena itu, menulis cerpen bisa menjadi solusinya.
Menulis cerpen atau novel sama saja. Kita harus menentukan tema, karakter, alur, konflik dan latar. Tapi karena di cerpen hanya menyorot kejadian pendek, jadi penggambaran tema, tokoh, karakter, alur, konflik dan latar pun dibuat singkat dan padat. Oleh karena itu, ada lho orang-orang yang pandai membuat novel tapi kesulitan pada saat harus membuat cerpen. Jadi, sebenarnya lebih sulit membuat cerpen atau novel sih? Hahaha… mudahnya, lebih baik kamu baca cerpen atau novel anak sebanyak-banyaknya. Setelah itu pasti kamu dapat gambaran yang lebih jelas tentang cerpen dan novel. Nah, baru kamu putuskan mau menulis cerpen atau novel.
Novel
Novel adalah karangan fiksi yang disampaikan secara lebih mendetail dengan konflik yang lebih rumit, latar yang lebih bervariasi dan memiliki alur cerita panjang yang dibangun dari beberapa sub alur. Baik novel maupun cerpen, di dalam alurnya memuat pengenalan tokoh, penggambaran suasana dan waktu, penampilan masalah, dialog, puncak konflik (klimaks) dan penyelesaian (antiklimaks).
Di dalam novel, kamu punya kesempatan yang cukup luas untuk mengenalkan tokoh-tokohnya serta menggambarkan waktu dan suasana (setting) cerita. Meskipun begitu menggambarkan tokoh maupun setting bukan berarti harus dalam satu waktu. Akan lebih menarik kalau dikenalkan kepada para pembaca dengan dicicil melalui aktifitas sang tokoh.
Coba kamu lihat saat Ayunda menggambarkan sosok Rindu di novel KKPK Rindu Purnama.
Tiba-tiba, seorang gadis kecil berambut sebahu dan sebaya dengan keempat anak jalanan tadi, berlari menuju mereka dari arah belakang. Dari tampilannnya, sudah dapat ditebak bahwa gadis itu anak jalanan seperti Slamet dan ketiga temannya. “Dorrr!” Gadis berkulit kecoklatan itu mengagetkan teman-temannya dari belakang. Gadis itu bernama Rindu, seorang anak jalanan berumur Sembilan tahun yang sudah berteman lama dengan Slamet, Andi, Farhan dan Akbar. Mereka tinggal di rumah singgah yang sama. Rindu sudah tinggal di rumah singgah yang dipimpin Pak Bondan itu sejak tiga tahun yang lalu.
Nah, kalimat-kalimat yang menjelaskan sosok Rindu itu tidak ditulis dalam satu tempat. Melainkan tersebar di berbagai paragrap melengkapi alur cerita.
Untuk memudahkan pembuatan novel, sebaiknya kamu menulis dulu kerangka karangan (outline). Outline akan menjadi pemandu saat kamu menulis nanti sehingga bisa menghindarkanmu dari kebuntuan saat menulis dan tulisanmu pun lebih terarah.
Genre Cerita Fiksi untuk Anak
Setiap anak memiliki kesukaannya sendiri dalam memilih jenis buku bacaannya. Kamu juga mungkin pecinta buku dengan genre tertentu. Atau… jenis apapun dibaca? Hahaha… buat si ‘maniak’ buku memang everything is OK, ya.
Nih, beberapa genre yang biasa dipakai dalam penulisan fiksi anak dan remaja:
Realis
Genre realis diangkat dari tema-tema sosial seperti romance, hubungan persahabatan dan kisah keluarga. Tema romance atau romantis biasa dipakai dalam penulisan cerpen atau novel remaja. Tapi, ada beberapa penerbit yang tidak menerima tulisan dari subgenre ini meskipun untuk remaja. Contohnya Pink Berry Club (PBC) dari Penerbit DAR!Mizan. Salah satu contoh dari novel yang bergenre realis adalah novel Inilah Kelas Paling Ajaib Karangan Benny Rhamdani.
Fantasi
Genre fantasi biasanya memiliki tokoh, alur cerita atau setting yang tidak ada dalam dunia nyata. Kejadian-kejadian yang diceritakan benar-benar hasil imajinasi dari pengarangnya. Contohnya cerita The Chronicles of Narnia karangan C.S. Lewis dan dunia penyihir dalam serial Harry Potter karangan J.K. Rowling.
Dalam genre fantasi ini ada subgenre science fiction atau fiksi ilmiah yang mengangkat tema sains dan teknologi seperti novel PCPK Math Garden karangan Maryam Muthmainnah. Selain itu, ada juga subgenre yang mengangkat tema sejarah yang menyajikan cerita dilengkapi referensi-referensi sejarah contohnya Serial 3 Sahabat, Misteri Pharao Matahari karangan Kusumastuti.
Misteri
Genre misteri biasanya memiliki alur cerita yang menegangkan dan memancing rasa ingin tahu yang kuat dari pembacanya untuk mengetahui jalan keluar dari masalah yang dihadapi sang tokoh. Untuk anak-anak biasanya tema yang diangkat dalam genre misteri ini adalah tema detektif seperti serial Lima Sekawan karangan Enid Blyton.
Sedangkan untuk tema yang lainnya adalah tema horor. Untuk anak-anak, walaupun ada, tema horor ini jarang dipakai. Contohnya buku bertema horor ini misalnya serial Ghostbumps karangan R.L. Stine.
Humor
Bagi kamu yang suka cerita-cerita lucu yang membuat kamu tertawa ngakak, kamu bisa pilih buku yang memiliki genre humor. Contoh buku yang memiliki genre humor adalah kumpulan cerpen Detektif Sok Tau! yang dikeluarkan oleh Forum Penulis Bacaan Anak, dan komik-komik karangan Eka Wardhana yang dikeluarkan Penerbit DAR!Mizan.
Karangan Non-fiksi
Jenis tulisan selain karangan fiksi adalah karangan non-fiksi. Berbeda dengan fiksi, tulisan non-fiksi berisi keterangan-keterangan nyata yang sungguh-sungguh terjadi dalam kehidupan. Jadi, tidak boleh dibumbu oleh imajinasi atau rekaan penulis.
Dalam tulisan non-fiksi biasanya harus memuat unsur-unsur yang disebut 5W+1H yaitu What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (di mana), Why (mengapa) dan How (bagaimana). Sedangkan jenis-jenis tulisan non-fiksi antara lain seperti laporan berita (jurnalistik), tulisan ilmiah, biografi, esai, dan feature.
Berlanjut ke Materi 13
Jangan sampai nggak baca buku ini ya....
|
PCPK Mysterious Egypt, karya Husna Salsabila |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^