Satu
waktu mungkin kamu tidak bisa melanjutkan ceritamu. Kamu merasa tidak
ada yang bisa dituliskan lagi. Pokoknya, ceritanya mentok abis!
Yakin?
Cobalah ini:
Tetap Menulis
Tetap
usahakan mengerahkan seluruh yang ada di benakmu meskipun kamu merasa
apa yang kamu tulis ‘garing banget’. Nikmatilah selama menulis,
mudah-mudahan saja tulisan yang ‘garing’ itu menjadi pembuka ide yang
lebih bagus.
Cari Bahan
Bisa
jadi tulisanmu mentok karena memang kamu kekurangan bahan tulisan. Coba
kamu baca lagi hasil tulisanmu. Adakah satu tulisan yang bisa
dikembangkan? Kalau ada, kamu tinggal mencari dan membaca referensi
supaya idemu kembali menggelembung. Contohnya seperti tulisan Husna di
atas (Petualangan Joanna). Husna mengembangkan ide baru dari kata ‘ubi
jalar’ yang sudah dituliskan sebelumnya.
Istirahat
Betul,
pikiran kamu buntu mungkin karena memang kamu harus istirahat. Kamu
bisa tidur, mengerjakan hal-hal yang ringan seperti duduk di teras,
bercanda dengan adik atau telpon sahabat. Nah, setelah badan dan
pikiranmu ‘fresh’ lagi, kamu bisa lanjutin nulis.
Membongkar/Mengganti Kerangka Karangan
Sebenarnya,
ini jalan terakhir lho. Kalau kamu merasa nggak maju-maju dengan
kerangka karangan/outline yang kamu miliki sekarang, mungkin kamu memang
tidak berminat atau tidak menguasai bahannya. Yah, mungkin kamu sudah
berusaha mencari bahan-bahan tulisan dengan browsing, tanya sana-sini,
diskusi dan sebagainya tapi bahannya memang sulit, tak ada pilihan
selain membelokkan alur ceritanya. Tapi, alur yang tadi sebaiknya jangan
dibuang ya. Simpan saja untuk tabungan ide. Mudah-mudahan ke depannya
kamu bisa mendapat bahan-bahan yang mendukung ceritamu itu. Kan, lumayan
nggak perlu bikin outline baru lagi.
Kok, jumlah halamannya kurang?
Setelah
kamu menyelesaikan seluruh ceritamu dari bab pertama sampai bab
terakhir, dari mulai opening sampai ending, ternyata kok jumlah
halamannya tidak mencapai target. Apa yang harus kamu lakukan?
Jangan sedih dulu ah!
Bergembiralah
karena kamu sudah menyelesaikan sebuah karya tulis. Berhasil
menyambungkan alur cerita dari awal sampai akhir. Coba baca dari awal
secara perlahan. Perhatikan bagian-bagian yang bisa kamu kembangkan.
Misalnya,
kamu membuat adegan sang tokoh pergi ke toko buku. Nah, coba perjalanan
ke toko bukunya jangan dibuat mulus-mulus saja. Kamu bisa membuat
kejadian sang tokoh baru sadar kalau dompetnya hilang saat di jalan
sehingga sang tokoh harus mencari-cari dulu dompetnya itu. Sang tokoh
kembali menelusuri jalan yang tadi dilewatinya. Dia juga menyibakkan
tanaman-tanaman yang berjejer di sepanjang jalan. Saat dia bertanya pada
orang yang dia temui, orang itu malah tertawa dan menunjuk dompet yang
sedari tadi ternyata dikepit oleh ketiak sang tokoh. Sambil menahan
malu, sang tokoh mengucapkan terima kasih dan pergi menuju toko yang
dituju.
Kamu
lihat, adegan sang tokoh pergi ke toko lebih panjang bukan? Selain itu,
kamu juga bisa membuat pembaca tertawa. Padahal peristiwa hilangnya
dompet mungkin tidak nyambung secara langsung dengan tema cerita. Tapi
tidak apa-apa. Toh, dalam kehidupan nyata pun, perjalanan hidup kita
tidak pernah selalu mulus bukan?
Nah,
itu baru dikembangkan di satu titik saja. Kalau kamu terus melanjutkan
membaca ceritamu, kamu akan menemukan titik-titik yang lain untuk
dikembangkan. Jadi, target jumlah halaman ceritamu, pasti bisa tercapai.
Dicoba yah…
Berlanjut ke materi 24
Berlanjut ke materi 24
PCPK Piza Pizi Veronica, karya Maryam Muthmainnah |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^