KARANGAN: FATIMAH HUSNA SALSABILA (10 th.)
Sang mentari bersinar dengan teriknya. Hari ini hari pertama musim panas. Sebentar lagi teman-temanku datang. Sekolahku sedang libur musim panas, jadi kami berencana main di ladang gandum ayahku.
Hmm..waktu-nya teman-temanku datang di ladang ayah.
Ow..ladang gandum ayahku hilang sebagian! dan bentuknya bunga matahari!
Aku pun berlari ke rumah dan menceritakannya pada ayahku. Ayahku segera menelpon polisi. Aku sangat ketakutan, tubuhku menggigil, bulu kudukku merinding. Aku takut dimarahi ayahku
Polisi berdatangan disertai wartawan dari berbagai stasiun televisi, radio dan koran. Mereka mewawancarai ayahku. Selain itu para ilmuwan datang. Mereka datang untuk membuktikan keberadaan UFO.
Namaku Joe, Joe Harvest. Umurku 10 tahun pada bulan Januari lalu. Aku tinggal di Perm, sebuah kawasan pertanian di negara Rusia . Selain itu, aku adalah anak dari petani gandum yang cukup kaya. Ladang ayahku di mana-mana.
Di sekitar tempat tinggalku ini, aku punya 4 sahabat yaitu; Linda Milian, Chili Traviolta, Victor Vaughn dan Dwayne Thurman. Kami biasa disebut 5 sekawan, karena kami sangat akrab sekali dan selalu bermain bersama-sama.
Setelah datang kejadian yang menghebohkan itu, akhirnya kami sepakat untuk mengisi liburan musim panas ini dengan melakukan penyelidikan. Kami penasaran sekali ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kami membagi-bagi tugas untuk mencari petunjuk. Aku mencari di bagian timur, Linda di barat, Chili di selatan, Victor di utara dan Dwayne di tenggara.
Ibuku menyediakan lima gelas sirup dan biskuit keju dengan krim lembut diatasnya. Kami mencari terus-menerus dalam 2 jam tapi tidak ada petunjuk. Akhirnya Chili menemukan sepotong umbi yang digoreng dan terlihat renyah. Mungkin karena memakai tepung goreng.
“Mengapa alien suka umbi yang digoreng ya?” pikirku dalam hati. “Ah…biarlah kalau mereka suka. Toh berarti mereka tak akan makan kita, bangsa manusia”.
Keesokan harinya, saat ayah-ibuku pergi ke rumah nenek yang sakit, para alien mendarat lagi di ladang milik ayahku dan kebetulan aku melihatnya mendarat.
Aku keluar dari rumah dengan mengendap-endap dan aku mendengar suara alien berkata “indopritingused” dan pintu itu terbuka. Setelah para alien keluar semua terdengar suara lagi yaitu “kuinusedboiku”.
Para alien yang bentuknya aneh seperti cumi-cumi dengan badan kambing berwarna polkadot hijau tua plus merah muda membuatku muak juga mual.
Setelah mereka pergi, aku mengucapkan kata kunci untuk membuka pintu. Dan agar mereka tidak curiga aku menutupnya kembali.
Disana aku melihat-lihat kapal. Pertama aku mengunjungi kokpit pesawat. Duh, aduh bikin pusing saja tombol-tombolnya. Ada yang lingkaran merah besar yang dibawahnya ada tulisan “blaprito” kecil. Ada segitiga kuning dan yang paling banyak persegi hijau. Aku terus berjalan. Makin aku terus berjalan. Makin bayak benda aneh. Aku menyadari aku telah berada di tengah-tengah pesawat.
Tapi tiba-tiba……
“Oh tidak! Pesawatnya jalan” kataku setengah berteriak.
“Ah, tapi sudahlah. Toh aku tak bisa berbuat apa-apa lagi.”
Rasa penasaranku yang kuat membuat aku tidak berfikir jauh. Aku melanjutkan “jalan-jalanku” di pesawat itu. Aku memasuki sebuah pintu dan ternyata di dalamnya ada anak laki-laki seumuranku yang sedang tidur di atas ranjang yang tampaknya amat empuk dan dengan seprai bergambar Ben 10.
Saat aku membuka pintu, pintu itu berdecit sehingga orang itu bangun.
“Hmm, tampaknya orang itu orang ….orang……oh iya orang Asia. Dari…dari mana ya? Ouw aku ingat salah satu negara di Asia Tenggara, mungkinkah dari Indonesia? Di internet dikabarkan, Indonesia itu banyak pejabatnya suka korupsi!” pikirku mengingat-ingat.
“Hei kok bengong sih?” tanya anak itu setengah teriak yang membuatku kaget dan membuat jantungku hampir copot.
“Eeh, aku tidak apa-apa kok!” kataku yang kaget setengah mati.
Anak itu tiba-tiba memperkenalkan diri.
“Hai! Namaku Toni, lengkapnya Toni Hartono aku dari kota Bandung, Indonesia”.
“Tuh kan benar. Dia dari Indonesia,” pikirku.
“Lho kok bengong lagi sih?” teriaknya sambil mengguncang-guncang tubuhku.
“Iya…iya aku Joe Harvest dari Perm, Rusia,” keluhku masih bingung.
“Eh…ngomong-ngomong bagaimana caranya kamu sampai di sini?” tanyanya sambil menarikku ke kasur.
“Kalau kamu?” aku malah balik tanya. Sebenarnya aku tak peduli pertanyaannya karena aku sibuk melihat ke seluruh bagian kamar.
“Hmm…arsitektur kamarnya bagus sekali. Padahal ini roket,” ujarku masih tak peduli sedikit pun.
“HEEI..! KALAU ORANG NANYA, JAWAB DONG!!!!!” bentaknya jengkel.
Tapi aku tetap tak peduli (he..he..he).
“DENGAR GAK SEEH!!!” bentaknya lagi, tapi yang ini lebih lebiiihhh keras.
“Iya..iya..aku dengar kok!” keluhku sambil terkekeh.
“Nyebelin! Bikin serak saja sih!” umpatnya kesal.
“Biarin…week!” ejekku.
Tapi tiba-tiba…..PLEETAK!!!.
“Aduuh, kok kepalaku kamu pukul sih!?. Sakit tauk!!!!” keluhku manja.
“Jangan main-main ya, aku pemilik sabuk merah taekwondo tauk!” bangganya menyombongkan diri.
“Huu.. sombong, sombong,” soraiku.
“Eeh mengejek lagi! Mau aku pukul lagi?!!!” marahnya tampak tak terbendung lagi.
Ooh tidak…., dia benar-benar akan memukulku.
“Eee… iya iya jangan pukul aku. Maaf ya..? ya..? ya?!, please…….,”pintaku.
“Tidak..tidak! kau sudah keterlaluan. Kau harus diberi pelajaran. Akan tetap ku pukul kamu,” katanya gusar, sambil pasang kuda-kuda.
Tapi tiba-tiba…..
“Eitts ada apa ini Ton?” cegah mahkluk kepala cumi cumi itu, muncul tanpa sepengetahuanku.
“Ini nih ada orang yang kurang ajar. Sebaiknya kita beri pelajaran. Kau mau ikut beri dia pelajaran Gop?”
“Jangan Ton! kita ajak saja dia ke planet tujuan kita, planet Torteklo, planet tercinta.”
Makhluk yang dipanggil Gop itu mencoba mengalihkan perhatian Toni. Dan aku merasa tertolong olehnya. Walaupun aku merasa kurang suka melihat rupanya, tapi dia pahlawanku hari ini. Pahlawan dari kemarahan Toni. Aku berhutang budi pada mahkluk itu.
Mereka pun membawaku ke planet mereka, planet Torteklo. Aku ikut saja dengan mereka karena mereka tampaknya baik dan tidak akan menyakitiku sama sekali.
“Tapiii, mungkin gak ya mereka jahat dan ini sebelumnya sudah mereka rencanakan untuk menipu diriku? Aah…itu kan cuma pikiranku saja, tidak mungkin mereka jahat dan akan menipuku, lagipula ada Toni dan perasaanku mengatakan Toni pasti tidak jahat,” pikirku dalam hati.
Aku ingin menghilangkan firasat buruk itu. Namun, rasanya tetap ada yang mengganjal di hatiku. Rasanya membuat jantungku berdebar-debar. Sulit sekali dihilangkan untuk anak kecil sepertiku.
Memang sih, aku ini menurut teman-temanku agak-agak cengeng juga penakut. Tapi, aku tak pernah percaya omongan mereka tentang hal itu. Aku menganggapnya hanya sebagai lelucon murahan dari teman-temanku yang ngiri padaku. Aku hanya merasa, aku memang lebih sensitive dan selalu terlalu memikirkan sesuatu hal. Tapi bagiku, itu adalah kelebihanku, you know! Namun ternyata, kenyataannya sekarang aku benar-benar takut. Aku termenung di dek pesawat lama sekali hingga tiba-tiba ada yang berteriak.
“Horeee…. sampai! Aku rindu planet ini. Horeeee…..!” katanya kegirangan.
“Tenanglah, Pros…tenang!” kata yang satu lagi mengingatkan.
Di antara mereka tak ada Toni.
“Sungguh aneh!” heranku.
Aku segera berlari ke kamar Toni tapi ia tak ada.
“Biarlah. Kalau malah mencari dia, nanti aku tak bisa lihat planet ini. Aku ingin tahu seperti apa planet ini,” pikirku.
Aku pun keluar dan melihat suatu pemandangan yang sangat baru dan cukup ganjil bagiku. Ternyata planet iniiii….
“Wah, aneh sekali planet ini!” kataku.
Planet ini penuh tanaman umbi.
“Menakjubkan!” kataku dengan mata terbelalak.
Planet ini seluruhnya berasal dari umbi-umbian. Mobilnya dari umbi dan mengeluarkan bau gas Amoniak yang samar-samar. Tapi, anehnya gas itu tidak membuatku pusing. Selain itu, rumahnya juga sama yaitu; sama-sama dari umbi dan mengeluarkan bau gas amoniak juga. Dan tetap aneh, gas itu tidak membuatku pusing sama sekali. Sepertinya tubuh dan penciuman kami langsung bisa menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Mungkin karena gas yang dihasilkan berasal dari bahan alami atau
mungkin udara yang kami hisap mengandung zat yang bisa menetralisir. Tak tahu lah, pokoknya semua serba aneh!
Aku tinggal di sebuah rumah kosong di pinggir kota. Walaupun itu rumah kosong, rumah itu masih bagus.
Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara. Tampaknya itu suara pintu karena suaranya “kreek”berdecit keras Aku mengintip dari balik tembok. Ternyata . mahkluk kepala cumi itu. “Siapa ya dia?” pikirku bingung.
Sementara itu di bumi,
“ Eeh, Joe mana ya?”Tanya Dwayne bingung.
“ Kita ke rumah Joe saja yuk!” ajak Linda.
“yuk!!” kata yang lain.
Tetapi, saat Chili memencet bel, tidak ada yang membuka pintu. “tok,tok,tok ada orang di dalam?” kata Victor. (belum selesai............)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^