Senin, 14 Mei 2012

Writing Company

Entah tepat atau tidak untuk judul yang kuberikan pada tulisan ini. Yang pasti aku hanya ingin menceritakan pengalamanku ketika menerima order menulis dari sebuah agensi penulisan.

Waktu itu akhir bulan November. Agen memberikan tugas menulis empat buah novel anak bertemakan profesi. Tadinya, novel tersebut akan digarap penulis lain. Namun berhubung penulis yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugasnya, akhirnya tugas tersebut dipindahtangankan padaku.

Waktunya satu bulan! Begitulah tengat waktu yang diberikan. Berarti, satu novel setebal 50 halaman harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Aduuh... mampu nggak ya? pikirku bimbang. Tapi melihat honornya yang senilai motor Mio itu membuat saya tergiur. Apalagi ada uang mukanya.

"Sanggup tidak?" tanya suara di ponselku.
"Ya. Saya sanggup." Akhirnya aku memutuskan.

Hal pertama yang aku lakukan adalah aku menelepon suamiku untuk meminta restu. Apa jawaban suamiku?
"Terserah kamu. Asal tidak stress dan jadi marah-marah sama anak-anak."
Ups! Berat juga sih. Tapi aku akan lakukan semaksimal mungkin. Aku coba beri tahu anak-anakku bahwa aku mendapat tugas dan aku minta pengertian mereka supaya mereka tidak banyak merecokiku dengan hal-hal yang bisa diatasi oleh mereka sendiri.

Selanjutnya, aku menghubungi orang tuaku. Apih dan Mamah. Beliau berdua hanya tinggal berdua saja di kampung karena anak-anaknya sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari mereka. Aku minta mereka datang ke rumahku. Aku minta tolong Mamah supaya bersedia menjadi koki keluarga kami. Aku juga minta tolong Apih untuk menemani dua balitaku bermain. Masalah pekerjaan rumah tangga yang lain, untungnya aku punya asisten rumah tangga.

Beberapa saat setelah aku menyelesaikan proyek ini, aku cerita pada temanku mengenai betapa hebohnya saat aku dikejar deadline. Dia bilang, kenapa kamu tidak membagi tugas juga dengan aku sebagai pencari data?

Dari ucapannya, aku jadi ingat sharing pengalaman Nia K. Haryanto. Menurut Nia, untuk menyelesaikan sebuah buku, ia punya tim. Jadi, walaupun buku itu atas namanya, namun yang bekerja dibalik sebuah buku belum tentu sendirian.

Hal yang menarik, pikirku. -Inilah salah satu alasan kenapa aku menuliskannya di sini-. Sebuah buku muncul dari kerja tim. Penulis utama menjadi manajernya. Apakah ini suatu keprofesionalan dalam bidang penulisan. Entah ya. Aku bukan siapa-siapa di dunia penulisan. Jadi, aku merasa belum layak untuk memberikan penilaian. 

Aku ingin melihat dari sisi positifnya saja. Seorang penulis yang baik tentu harus membuat karya tulis yang bermutu. Keproduktifannya menulis jangan menjadi alasan dia mengabaikan standar mutu ini. Nah, dengan dia membuat tim, mudah-mudahan dia terbantu dalam proses penulisannya sehingga kualitas tulisannya tetap terjaga. Meskipun dikejar tengat waktu, dia tetap bisa menghasilkan tulisan-tulisan yang bermutu dan bermanfaat bagi para pembacanya.

Kembali ke judul tulisanku di atas. Jadi, 'writing company' yang aku maksud adalah usaha penulisan sebuah buku yang digarap oleh beberapa orang dengan penulis utama sebagai pengaturnya. Adapun honor para pekerja tersebut tentu dibayar oleh penulis utamanya. Seperti yang terjadi padaku. Meskipun orang tua dan anak-anakku tidak secara langsung membantuku dalam penulisan. Namun atas dukungan dan pengertian mereka, honor yang aku terima tidak aku simpan sendiri. Aku membeli printer yang sangat diinginkan puteriku, aku juga membeli sepeda untuk anak laki-lakiku, membeli sepatu untuk suamiku, membelikan recorder yang diidam-idamkan ayahku untuk merekam pengajian dan uang cash untuk mamahku yang suka belanja.

Dari situ, aku mendapat pengalaman. Mungkin aku tidak harus takut menerima order-order menulis. Dengan kemampuan dasarku yang aku miliki di bidang penulisan, sepertinya aku bakal sanggup.Tinggal bangaimana aku bisa pandai-pandai me-manage-nya saja. Betul tidak?

O,ya omong-omong tentang hasil tulisanku yang empat novel itu. Menurut editornya, ternyata bukunya tidak dicetak masal karena langsung diikutsertakan penilaian proyek pemerintah untuk pengadaan buku nonteks. Gak papa sih, resiko dijual putus memang begitu. Aku sih berharap pengalaman menerima order menulis kemarin akan berdampak baik padaku untuk ke depannya. Amiin... :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...