Judul: Alice-Miranda Takes The Lead
Penulis: Jacqueline Harvey
Penerjemah: Reni Indardini
Penyunting: Herlina Sitorus
Cetakan: I, September 2011
Tebal: 284 halaman
Ini adalah buku ke 3 dari seri
Alice-Miranda. Meskipun begitu, ceritanya tetap dapat dinikmati tanpa harus
membaca buku sebelumnya.
Di buku ini diceritakan bahwa Winchesterfield
Downsfordvale, sekolah asrama Alice-Miranda akan mengadakan pementasan drama.
Para pemainnya diambil dari murid-murid
Winchesterfield Downsfordvale digabung dengan murid-murid dari sekolah asrama Fayle
untuk Anak Laki-Laki. Supaya bisa menemukan pemeran yang tepat, murid-murid
dipersilahkan untuk mengikuti audisi.
Di akhir acara pengumuman
pementasan drama, muncul seorang murid baru bernama Sloane Sykes dan ibunya,
September Sykes. Prilaku ibunya Sloane ini benar-benar menyebalkan. Di hari
pertamanya saja, ia menggeledah lemari Jacinta, teman sekamar Sloane, untuk
mengetahui barang-barang mewah apa saja yang dimiliki Jacinta yang merupakan
putri seorang model ternama.
September memang sangat terobsesi
menjadi orang kaya atau menjadi temannya orang kaya yang akan mengundangnya ke
pesta-pesta orang kaya. Dia merasa beruntung anak-anaknya bisa sekolah di
sekolah asrama bergengsi yang kebanyakan muridnya adalah anak orang kaya dan
terkenal. Sloane bisa sekolah di sekolah asrama tersebut karena dibiayai oleh
Henrietta, nenek tirinya.
Sloane punya kakak bernama Septimus
yang dimasukkan ke sekolah asrama Fayle oleh nenek Henrietta juga. Berbeda
dengan adik dan ibunya, Septimus mempunyai perangai yang baik. Di Fayle ia
sekamar dengan Lucas, anak dari Lawrence Ridley seorang bintang film tampan
yang sangat terkenal. Lawrence sendiri merupakan tunangan bibi Charlotte,
adiknya Cecelia, ibunya Alice Miranda.
Cerita semakin menegangkan ketika
Fayle hendak ditutup dan dijual oleh September Sykes. Kok bisa? Justru bagian
inilah yang membuat buku ini semakin menarik untuk terus dibaca. Alice-Miranda
sebagai anak yang istimewa tentu tidak bisa berdiam diri saja melihat
kemungkinan Fayle akan ditutup. Ia bekerja sama dengan sahabtnya, Millie serta
Jacinta, Septimus dan Lucas untuk menyelesaikan masalah ini. Atas bantuan Hepzibah seorang wanita tua
buruk rupa yang dianggap penyihir di hutan, mereka bisa menyelamatkan Fayle.
Dari beberapa sisi buku ini punyak
banyak kelebihan. Gaya penceritaannya begitu sempurna. Enak dibaca. Penerjemaahan
yang berkualitas tentu saja mampu menyampaikan pesan cerita hingga mendekati
cerita aslinya. Meskipun begitu, secara isi cerita kadang-kadang kita merasa
diherankan karena tokoh-tokohnya begitu menguasai seluruh peranan penting di
sekolahnya. Teristimewa Alice-Miranda, sang tokoh utama, seakan-akan tidak
punya kekurangan sama sekali.
Mulai dari seri pertama,
Alice-Miranda memang digambarkan sebagai sosok anak yang berprilaku sempurna. Dalam
kenyataannya, jangankan anak-anak, orang dewasa pun tidak mungkin bisa
sempurna. Namun, ini adalah cerita. Just
fiction. Sebagai tokoh utama yang tentu akan menjadi idola bagi pembacanya,
bagus-bagus saja sebenarnya. Yang namanya contoh memang harus “perfect”. Sehingga buku ini betul-betul
direkomendasikan untuk anak-anak tingkatan SD, meskipun cukup menarik untuk
dibaca semua usia. Pengarangnya,
Jacqueline Harvey, yang merupakan guru di sekolah asrama untuk perempuan, salah
satu yang menjadi alasan bahwa bacaan ini adalah bacaan yang aman buat
anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^