Pertama saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Bambang Trim, yang telah menyusun buku berjudul APA & BAGAIMANA MENERBITKAN BUKU,
Sebuah Pengalaman Bersama IKAPI. Saya bersyukur bisa mendapatkan buku yang benar-benar
dapat membuka wawasan saya selaku pecinta dunia literasi Indonesia. Buku yang
diterbitkan oleh IKAPI ini mengulas dari A-Z tentang dunia buku dan penerbitan.
Meski begitu isinya cukup ringkas dan mudah dipahami. Izinkan saya mengutip
sedikit isinya untuk ditulis di blog ini ya, Pak.
gambar dari sini |
Pada bab pertama tentang Selayang Pandang
Dunia Penerbitan Buku Indonesia, di situ diceritakan awal berdirinya Ikatan
Penerbit Indonesia atau yang disingkat IKAPI. Organisasi profesi penerbit ini
lahir pada tanggal 17 Mei 1950 di Jakarta atas prakarsa Sutan Takdir
Alisjahbana, M.Jusuf Ahmad, dan Nyonya A. Notosoetardjo. Di masa awal, IKAPI
beranggotakan 13 penerbit dengan ketua pertama Ahmad Notosoetardjo. Belakangan
tanggal 17 Mei tidak hanya menjadi hai lahir IKAPI melainkan dijadikan Hari
Buku Nasional dan Hari Jadi Perpustakaan Nasional juga.
“Selain didorong semangat untuk
menggantikan posisi penerbit asing, khususnya Belanda, yang masih memonopoli
kegiatan penerbitan buku di Tanah Air, lahirnya IKAPI juga dijiwai hasrat yang
besar untuk membantu pemerintah dalam membangun masyarakat Indonesia yang
cerdas.” (Wikipedia)
Di bagian akhir buku disampaikan secara
singkat namun jelas mengenai berbagai hal tentang IKAPI, seperti kepengurusan,
visi misi, jumlah anggota dan persyaratan menjadi anggota IKAPI.
Selama periode kepengurusannya, IKAPI
telah dipimpin oleh 15 orang ketua. Sedangkan saat ini, kepemimpinan IKAPI
Pusat dijabat oleh Dra. Lucya Andam Dewi.
Pada tahun 2012, IKAPI yang merupakan
satu-satunya organisasi penerbit buku di Indonesia ini beranggotakan 1.126
penerbit dengan konsentrasi penerbit terbesar ada di Pulau Jawa dan sisanya
tersebar di Sumatra serta Indonesia Timur, termasuk Bali, NTT, NTB, dan Papua.
Adapun visi dan misi ideal IKAPI adalah sebagai berikut:
Visi
IKAPI adalah menjadikan
industri penerbitan buku di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam
negeri dan dapat berkiprah di pasar internasional.
Misi
IKAPI adalah ikut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui upaya penciptaan iklim perbukuan yang
kondusif, pengembangan sistem perbukuan yang kompetitif, dan peningkatan
profesionalisme asosiasi serta para anggotanya sehingga perbukuan nasional
mampu berperan secara optimal demi mempercepat terbentuknya masyarakat
demokratis terbuka dan bertanggung jawab.
Buku karya Pak Bambang Trim |
Sebetulnya masih banyak informasi penting
berkaitan dengan buku dan penerbitannya di buku karya Pak Bambang Trim ini.
Misalnya bab mengenai jenis-jenis buku, bagaimana mendirikan penerbit buku,
jejaring industri kreatif penerbitan buku, mengintip bilik editorial, mengintip
bilik pemasaran dan memasuki era penerbitan digital. Namun saya khususkan
kepada yang berkaitan dengan IKAPI saja sesuai dengan tema yang diminta
panitia.
KIPRAH
IKAPI
Setelah membaca tentang apa dan bagaimana
IKAPI, mungkin kita penasaran kiprah apa sajakah yang sudah dilakukan IKAPI? Di
sini saya akan mencuplik beberapa penjelasan dari Ibu Lucya Andam Dewi yang
tercantum di bagian pengantar buku tersebut.
Saya sarikan saja isinya, ya:
- Membangun kemitraan strategis dengan pemerintah terutama Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyediakan buku-buku pelajaran dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
- Terlibat dalam aktivitas perbukuan secara internasional dengan mengikuti pameran buku terbesar di dunia, frankfurt Book Fair, serta berbagai pameran regional ASEAN, termasuk mulai dirintisnya kerja sama pameran di Timur Tengah.
- Untuk menjamin ketersediaan tenaga kerja profesional perbukuan seperti penulis, editor, layouter, ilustrator dan desainer buku, IKAPI menggiatkan kursus, lokakarya, dan seminar tentang penerbitan buku sembari mendorong kalangan perguruan tinggi untuk membuka program kuliah penerbitan hingga tingkat S-2, bahkan S-3.
- Lewat Kompartemen Diklat-Litbang-Informasi, IKAPI pun tengah berusaha membina profesionalitas para anggota lewat kegiatan-kegiatan yang bersifat mendorong kemajuan perbukuan Indonesia.
- Meningkatkan minat membaca masyarakat , di samping juga minat menulis yang tidak kalah penting.
Demikian yang saya tangkap dari uraian
Ibu Lucya Andam Dewi. Tentunya, apa yang beliau sebutkan itu hanyalah sebagian
kecil usaha yang sudah dilakukan oleh IKAPI dalam dunia literasi. Tapi
setidaknya kita bisa menilai sejauh mana dan sebesar apa kiprah IKAPI sampai
saat ini. Untuk lebih rincinya, kita bisa melihat event apa saja yang sudah dan
tengah digelar IKAPI, silakan buka laman situs resmi Ikatan Penerbit Indonesia ini
di http://ikapi.org/ .
Kalau mengingat posisi saya sebagai
pembaca, ingin rasanya saya memiliki organisasi Ikatan Pembaca Buku Indonesia
yang memiliki kekuatan di mata pemerintah setara dengan IKAPI. Namun kalau
melihat misi IKAPI yang berpihak kepada masyarakat agaknya tidak mengapa kalau
saya mempercayakan sebuah harapan melalui IKAPI.
Harapan saya sebagai konsumen buku adalah
supaya masyarakat Indonesia bisa mendapatkan buku
murah dan berkualitas. Baik untuk buku umum maupun buku pelajaran. Saya
ingat di masa saya SD, saya tidak pernah membeli buku pelajaran karena sekolah
menyediakan. Mungkin saat itu ada program semacam inpres, ya. Saya tidak tahu
kenapa sekarang hal itu tidak diberlakukan lagi. Yang ada malah hampir tiap
tahun, buku pelajaran diganti. Okelah, mungkin alasannya karena mengikuti
perkembangan jaman yang pesat. Tapi kan tidak semua materi. Kenapa tidak
dibagikan saja lembaran khusus revisinya saja. Tidak harus ganti buku. Sayang
sekali kan buku lama jadi mubazir.
Buku-buku yang disediakan sekolah untuk siswa jaman dulu (foto: dari sini) |
Namun karena IKAPI juga ikatan para
penerbit yang memiliki kepentingan komersil, tentu saya tidak bisa seenaknya
berharap sesuatu yang bisa merugikan pihak penerbit. Saya kira, di sinilah
tugas IKAPI sebagai penengah dari berbagai kepentingan supaya semua pihak bisa
diuntungkan. Penerbit berjaya, masyarakat juga bahagia.
Sedangkan untuk dunia penulisan, saya
berharap supaya IKAPI bekerja sama dengan pemerintah dapat mengadakan event penghargaan yang lebih besar kepada para
pekerja perbukuan seperti penulis, penerjemah, editor, ilustrator dan
desainer buku. Saya membayangkan event itu bisa sebesar acara-acara penghargaan
para pekerja seni baik dibidang pertelevisian, perfilman, musik dan periklanan.
Wah, sungguh menggairahkan saya membayangkannya pun. Saya yakin kalau acaranya
se-spektakuler itu, para pekerja perbukuan akan lebih terpacu untuk meningkatkan
kualitasnya. Selain itu bisa juga menjadi kampanye minat baca pada masyarakat dan
mengenalkan profesi pekerja perbukuan sebagai profesi yang bergengsi. Eh, saya
tidak terlalu bermimpi kan.
Ajang penghargaan insan perbukuan Indonesia |
Sebetulnya masih banyak harapan-harapan saya sehubungan perkembangan dunia baca tulis. Tapi mengingat saya juga adalah penulis, mungkin yang paling saya harapkan adalah adanya kedekatan antara IKAPI dengan para penulis yang tersebar di Indonesia. Penulis sebagai bagian dari penerbitan buku membutuhkan edukasi, pengelolaan dan perwakilan. Banyak dari mereka yang memiliki minat dan bakat menulis tidak terkelola dengan baik. Padahal kalau potensi mereka itu dibuka, tentu akan membantu penerbitan buku. Selain itu karena kebanyakan penulis adalah para pembelajar otodidak, sehingga perkembangan kemampuannya pun seadanya tergantung dari usaha si penulis itu sendiri. Kebanyakan penulis juga merupakan pekerjaan perorangan/freelance sehingga jarang ada yang memperjuangkan nasib mereka. Akibatnya motivasi menulis dari para penulis pun terancam surut saat menulis tidak bisa dianggap sebagai profesi yang mensejahterakan.
Jika Saya Menjadi Pengurus IKAPI
Pada akhirnya, kalau kita menjadi bagian
dari sebuah sistem, kita akan tahu dalamnya sistem tersebut. Begitu pula dengan
IKAPI. Seandainya saya menjadi pengurus IKAPI, mungkin saya akan melihat
harapan-harapan yang saya angan-angankan itu sebenarnya sudah ada di sana.
Namun karena sebuah keterbatasan, siapa pun bakal sulit mewujudkannya. Entah keterbatasan
itu berupa kebijakan pemerintah, entah keadaan masyarakat sendiri yang sulit.
Terlepas dari berbagai keterbatasan itu,
boleh dong saya berandai-andai demi perkembangan dunia baca tulis di Indonesia.
Boleh.
Baiklah. Seandainya saya menjadi pengurus saya akan:
- Mendorong penerbit-penerbit untuk mendekati para pekerja perbukuan dan mengedukasi mereka secara gratis supaya meningkat kualitasnya. Penerbit harus menyetorkan daftar pekerja perbukuan yang telah berhasil mereka edukasi secara berkala.
- Membuat aturan royalti minimum bagi para penulis berdasarkan kualitas. Kalau perlu ada sertifikasi penulis.
- Menyelenggarakan acara penghargaan bagi insan perbukuan Indonesia dan mengirimkan karya-karya terbaik dari para pekerja perbukuan Indonesia tersebut ke event-event award tingkat internasional.
- Mendorong Perpusnas untuk mengelola buku baik sumbangan penerbit maupun dari APBN (ada kan alokasinya dari situ?) supaya sampai ke lingkungan masyarakat terkecil. Misalnya, tiap RW harus memiliki taman bacaan yang bukunya disokong Perpusnas dan masyarakat itu sendiri.
Sudah, sementara itu dulu. Toh presiden
juga hanya mengutamakan beberapa program di 100 hari kepemimpinannya. Apalagi
saya, jadi pengurus pun belum. Saya cukupkan saja sekian. Maaf ya, banyak
bercandanya. Itu semata-mata biar pembaca tidak merasa kaku. Konten boleh
serius, tapi membacanya harus tetap asyik dan santai. Mudah-mudahan lebih bisa
dipahami isinya.
Kesimpulan dari semuanya, saya hanya berharap semoga IKAPI bisa menjadi wakil dan penengah kepentingan antara penerbit, insan perbukuan serta masyarakat konsumen buku.
Demikian. See you, terima kasiiih...
Kesimpulan dari semuanya, saya hanya berharap semoga IKAPI bisa menjadi wakil dan penengah kepentingan antara penerbit, insan perbukuan serta masyarakat konsumen buku.
Demikian. See you, terima kasiiih...
Tulisan di atas di ikutsertakan dalam Parade Blog IKAPI JABAR - SYAAMIL QURAN
Ulasan buku berjudul "APA & BAGAIMANA MENERBITKAN BUKU, Sebuah Pengalaman Bersama IKAPI" karya Mas Bambang Trim ini sangat informatif, mudah dicerna dan sangat bermanfaat.
BalasHapusSebaiknya para penulis memiliki buku tersebut agar memiliki wawasan tentang dunia penerbitan.
Benar Pak, saya setuju. Bagi orang-orang yang mencintai dunia literasi sebaiknya membaca buku ini.
Hapuskereeen, Teh Yas ( y)
BalasHapusAsa asbun Teh Irma, ngadamelna tadi wengi bari tunduh :D
HapusUlasannya sangat lengkap teh Yas, dukung terus IKAPI dan jajaran penerbit agar menerbitkan buku yang berkualitas dan semakin mendorong minat baca :)
BalasHapusSiap, Mbak Tian. Makasih kunjungan dan komentarnya ya ^^
HapusSertifikasi penulis? Jiaaah... Saya dukung! ^0^
BalasHapusHihi...kayak guru aja ya, Mbak.
Hapuskangen buku2 pelajaran itu ya Mbk? samaaaaaaa kok ganti terus buku pelajaran gak hemat :(
BalasHapusIya mba, bajet semesteran itu bikin sesek gitu lho...
Hapus