Senin, 11 April 2016

KETIKA BUKU DOA SEUMPAMA BUKU MANTRA

Gambar dari sini


Maaf ya, bagi yang tidak berkenan dengan judul tulisan ini. Saya hanya ingin menceritakan tentang masa kecil saya yang lahir dengandaya imajinasi tinggi. Saya sering mengkhayalkan berbagai hal seperti istana permen dan es krim, istana boneka, gaun-gaun putri, pesta pernikahan dengan pangeran, penyihir, koki istana, ratu, peri, malaikat dan hal-hal seperti itu.
Sepertinya khayalan-khayalan saya tidak lepas dari majalah anak yang saya baca masa itu. Beruntung, meski orang tua saya tinggal di kampung tapi saya sudah dapat fasilitas langganan majalah anak yang terbit seminggu sekali.
Gambar dari sini

Namun di sisi lain, saya juga tinggal di lingkungan agamis khususnya di lingkungan kakek dari pihak ayah dan nenek dari pihak ibu. Nenek tinggalnya cukup jauh jadi beliau mempengaruhi keber-agamaan saya ketika saya sudah cukup besar. Sedangkan di masa-masa balita, kakek lah yang lebih berpengaruh.

Saya didaftarkan ke madrasah ibtidaiyah oleh kakek ketika masih duduk di bangku TK. Saat itu belum ada yang namanya TPA yang lebih pas untuk usia saya saat itu. Saya yakin waktu itu bukan waktunya tahun pelajaran baru. Entah apa pertimbangan kakek mendaftarkan saya secara tiba-tiba ke madrasah. Saya juga tidak tahu apakah kakek koordinasi dulu atau tidak dengan orang tua saya dalam hal pendaftaran ini. Saya ingat betul kakek mengajak saya mendatangi kepala sekolah madrasah dan besoknya saya disuruh ikut sekolah agama di madrasah dengan tante saya. Saya dimasukkan ke kelas untuk anak kelas 1, sedangkan tante sudah kelas 3.
Kakek sekeluarga (ayah saya yang berdiri di tengah)

Pengalaman hari pertama sekolah agama, saya begitu menderita karena guru menyuruh anak-anak di kelas menulis basmalah dalam bahasa arab dan saya tidak bisa, huaaa.... T_T Segitunya ya pikiran anak kecil. Padahal guru juga tentu tidak akan menuntut anak yang baru saja masuk bangku sekolah.

Setiap malam, saya menginap di rumah kakek. Waktu itu kedua adik saya masih kecil-kecil dan mamah saya betul-betul kerepotan. Saat menjelang malam, kakek mengajarkan banyak hal. Dari mulai cerita nabi, surat-surat pendek, doa-doa, syair-syair pujian pada Tuhan sampai perkalian. Saya lihat kakek tertawa gembira dan bertepuk tangan saat saya bisa mengucap ulang semua yang diajarkan Kakek. Saya tidak mengerti, memang apa susahnya? Duh, betapa ajaibnya ya memori masa kecil. Saya bahkan merasa tidak memakai energi sedikit pun saat menjawab pertanyaan mengenai perkalian bilangan 12. Entah kemana ya kemampuan itu sekarang? Hehe... Yang saya ingat adalah saya selalu mengaitkan apa yang kakek ucapkan dengan sebuah gambaran di otak saya. Kalau kakek bertanya A, maka saya tinggal memunculkan kenangan yang saya kaitkan dengan A, maka meluncurlah jawabannya di mulut saya. Sekarang saya menilai, mungkin saya memiliki daya ingat visual ya. Jadi bisa mengingat sesuatu melalui sebuah gambaran.

Nah, ketika saya sudah lancar membaca, Kakek membeli buku cerita 25 Nabi dan Rasul dalam bahasa sunda dan sebuah buku doa. Saya membaca buku cerita 25 Nabi dan Rasul dengan susah payah. Ya sampai sekarang, saya memang termasuk pembaca lambat. Saya agak sulit dalam mencerna sebuah bahan bacaan. Akhirnya, sepupu saya yang lebih dulu menyelesaikan buku tersebut. Sedangkan saya lebih tertarik pada buku doa.

Buku doa itu berukuran buku saku namun cukup tebal. Di setiap halaman ada satu macam doa dalam huruf arab dan latin, terjemahannya dan ilustrasi kartun warna hitam putih. Buat saya buku itu demikian menakjubkan. Saya yang dimanjakan dengan cerita-cerita dongeng seakan-akan menemukan jawaban. Sekarang saya tahu, jika saya punya keinginan maka saya tinggal membaca doa. Sama dengan manusia-manusia di negeri dongeng yang apabila ingin sesuatu maka tinggal melapalkan mantra, simsalabim! Dan hap! Segala yang diinginkannya terjadi.

Demikian pula dengan saya. Dengan berbekal keyakinan bahwa Tuhan saya adalah Allah, Sang Pencipta Yang Maha Hebat, maka saya yakin Allah bakal mampu mengabulkan doa-doa saya. Di situ Kakek saya membimbing bahwa jika Allah belum mengabulkan doa kita, maka Allah lebih tahu saat yang terbaik untuk kita dalam mengabulkannya. Masya Allah, terima kasih Kakek. Semoga Allah merahmati dan melapangkan kuburmu.
Buku doa saya sekarang

Sejak saat itu saya membawa buku doa kemana-mana. Saat bangun tidur, saat masuk kamar mandi, saat mau makan, saat hujan, saat masuk pasar tanpa malu saya buka bukunya dan saya baca. Bagi saya saat itu, buku doa adalah buku mantra. Kun fayakun! Dan hap! Dia akan memberikan kebaikan-kebaikan pada saya seperti yang tersurat dalam doa-doa yang saya ucapkan.

*tulisan ini dibuat saat saya rehat sejenak menghapal doa-doa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...