Selasa, 13 November 2018

Memahami Doa Usia 40 Tahun

Ceritanya hari ini adalah hari ulang tahun saya yang ke... haha ada deh, pokoknya after fourteen deh. Di hari kelahiran ini saya ingin merenung akan perjalanan hidup yang alhamdulillah telah saya lalui dengan selamat sampai titik ini.
Jika beberapa orang masih menyesali masa lalu, berharap ingin kembali ke masa lalu demi untuk memperbaiki hal-hal yang alpa di masa lalu, saya justru tidak mau itu terjadi. Kenapa? Karena kalau balik lagi berarti lama lagi dong ke hari pertemuan dengan Tuhan, mesti ngulang waktu lagi, mesti capek lagi.
Bagi saya masa lalu itu, baik atau buruk cukup hanya sebagai pelajaran untuk menjadi bekal di masa kini. Masa lalu yang terjadi sudah menjadi suratan hidup kita memang mesti terjadi pada diri kita atau kita sebut takdir. Saya meyakini, semua yang terjadi di masa lalu akan menjadi hal yang baik bagi kita di masa sekarang jika kita bersikap positif dengan cara ikhlas menerimanya.
Kita mungkin sulit menerima kejadian buruk yang terjadi pada kita. Rasanya kok Tuhan tega banget ya sama saya. Atau bertanya-tanya apa salah saya hingga menerima kejadian buruk seperti ini. Ya, pada saat itu perasaan kita dipenuhi oleh emosi berupa kemarahan atau kesedihan. Oleh karenanya dalam ajaran Islam kita diajarkan supaya mengucapkan kalimat penyerahan kepada Allah yaitu ‘Innalillahhi wa inna ilaihi roojiuun’ (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali) saat masalah atau musibah menimpa kita.
Setiap mengingat usia yang semakin beranjak, saya selalu teringat QS. Al Ahqaf : ayat 15, yang isinya:
“Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya mencapai EMPAT PULUH TAHUN, dia berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau dan sungguh aku termasuk orang muslim.
Dari ayat tersebut, saya menangkap 6 petunjuk yang harus saya lakukan di mulai usia 40 tahun dan setelahnya. Saya coba gali ayat ini lebih dalam lagi supaya saya dapat mengamalkannya dalam kehidupan diri saya.
Pertama, Mensyukuri nikmat. Allah swt. telah memberi kita nikmat yang banyak sekali dari sejak kita ada dalam kandungan ibu kita hingga detik ini. Seluruh nikmat itu bersatu padu mendukung kehidupan dan segala harapan-harapan kita hingga jadilah kita seperti yang sekarang ini.
Di usia mulai 40 tahun, sebagai seorang perempuan saya banyak merasakan kepayahan-kepayahan tubuh mulai dari gampang masuk angin, sakit kepala, gangguan pencernaan, turun peranakan, sakit lutut dan berbagai keluhan lain. Padahal di masa sebelum ini, mau hujan-hujanan, mau lembur nulis, olah raga fisik seperti volley ball, basket, bulu tangkis hingga silat saya jabanin dan setelahnya baik-baik saja.
Dengan segala kesehatan dan kekuatan yang diberikan oleh Allah swt. itu saya amat bersyukur karena saya memiliki banyak pengalaman yang mudah-mudahan bisa menambah wawasan dan kebijaksanaan saya. Dan sekarang, di usia setelah 40 tahun ini, sebagai tanda syukur saya yang sudah menggunakan seluruh nikmat dari Allah tersebut, saya harus bisa merawatnya dengan menjaga pola makan, pola pikir dan pola hidup saya.
Kedua, Berbakti kepada orang tua. Saya bersyukur oleh Allah saya dilahirkan di tengah kedua orang tua yang bertanggung jawab terhadap keluarga dan penuh kasih sayang.
Betul, tidak ada manusia yang sempurna. Sebagai seorang anak yang dekat dengan orang tua, justru saya sangat melihat, merasakan dan terkena dampak kelemahan-kelemahan beliau berdua. Namun semakin saya dewasa, saya semakin menyadari bahwa tak ada sedikit pun niat mereka menyakiti saya. Sepenuhnya mereka tulus merawat saya.
Sebagai bukti syukur saya, saya ingin sekali membuat hati mereka selalu bahagia. Saya ingin di masa senjanya mereka sudah tidak memikirkan apa-apa lagi selain bersiap dengan bahagia menghadap Sang Pencipta. Saya ingin, saya sebagai anaknya tidak menjadi ganjalan bagi mereka berdua. Saya ingin mereka bahagia melihat kehidupan saya. Setiap saya mengunjungi mereka, saya selalu minta penegasan dari kedua orang tua saya bahwa mereka betul-betul dalam keadaan ridho kepada saya.
Ketiga, Berbuat kebajikan yang diridhai. Saya sering merenung mempertanyakan keberadaan diri saya. Apakah keberadaan saya lebih banyak manfaatnya atau mudharatnya bagi orang-orang di sekeliling saya, mulai dari keluarga hingga masyarakat luas? Apakah yang saya lakukan diridhai oleh Allah atau tidak? Jawabannya tentu hanya Allah yang tahu. Namun bagi saya, salah satu indikasinya adalah ketenangan batin saya dalam menjalani hidup ini dan ada keberkahan di dalam setiap yang kita lakukan.
Saya mencoba melakukan sejauh yang saya mampu seperti mempelajari isi al qur’an, kehidupan para nabi, sahabat dan orang-orang sholeh dengan berguru dan membaca buku-buku. Adakah sosok yang bisa saya teladani di antara mereka? Saya selalu bermohon kepada Allah supaya selalu membimbing langkah-langkah saya, supaya memberi kemudahan kepada saya jika yang saya lakukan itu merupakan kebajikan yang diridhai. Dan saya yakin Allah Maha Mendengar dan Mengabulkan doa-doa orang yang meminta. Dia akan memberi petunjuk dengan cara yang terbaik bagi saya.
Keempat, Memohon kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucu. Saat ini saya dianugerahi 6 anak. Paling besar sudah kuliah dan yang terkecil kelas 3 SD. Merekalah salah satu motivasi terbesar saya dan suami untuk terus berjuang melakukan yang terbaik. Baik dalam hal sikap karena tentunya  kami akan menjadi teladan bagi mereka. Baik juga dalam merawat dan menafkahi mereka karena itu tugas kami sebagai orang tua. 

Ya, kami hanya berusaha, sedangkan kebaikan itu sendiri datangnya dari Allah. Mudah-mudahan usaha kebaikan yang kami lakukan ini terasa sampai pada keturunan-keturunan kami.
Kelima, sungguh-sungguh bertaubat. Saya menyadari jika saya banyak kekurangan dan masih banyak melakukan kesalahan. Menyadari hal itu, saya berharap pengampunan Allah dan Allah berkenan membersihkan saya dari segala dosa. Semua muslim pasti berharap husnul khatimah di akhir hidupnya dan saya tidak pernah tahu kapan kehidupan saya di dunia ini berakhir.
Keenam, sungguh-sungguh berserah diri pada Allah swt. Nah, karena saya menyadari saya hanyalah mahluk lemah, maka saya berserah diri pada Allah untuk mengurus seluruh kehidupan saya dengan aturan-aturan Allah (Islam). Allah memiliki sifat Al Qoyim (terus menerus mengurus mahluknya), maka hati saya tenang menitipkan diri saya pada-Nya. 

Seperti kita memiliki super bodyguard yang bisa melihat apa pun yang bakal membahayakan diri saya baik di depan maupun di belakang saya sehingga tak ada sesuatu pun yang akan mencelakakan saya tanpa seizin-Nya (Lihat QS. Al Baqarah: 255-257).
Kesimpulannya, isi dari QS. Al Ahqof: ayat 15 itu ternyata sangat lengkap untuk kehidupan saya yang mestinya di usia tersebut kita telah matang seperti halnya Rasulullah saw. yang diangkat menjadi Rasul di usia 40 tahun. 

Inti dari ayat tersebut adalah tentang tanggung jawab pada diri, tanggung jawab pada orang tua, tanggung jawab kepada lingkungan, tanggung jawab kepada anak keturunan, tanggung jawab kepada Allah dan tanggung jawab pada Agama. 

Atas pertolongan Allah, semoga saya dapat melaksanakan ayat ini sesempurna mungkin, aamiin ya Rabbal’alamiin.


6 komentar:

Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...