Jumat, 30 November 2018

Jenis Buku Koleksi Yas Marina


Sebagai pecinta buku dan senang menulis, salah satu yang harus saya lakukan adalah mengoleksi buku. Buku-buku bermanfaat untuk menambah wawasan saya, sebagai bahan referensi hingga sekedar hiburan untuk menyenangkan hati. Sebetulnya salah satu motivasi saya dan anak-anak dulu menulis itu adalah supaya kita bisa membeli dan mengoleksi buku.

Terus terang, dulu kita sama sekali tidak punya anggaran untuk membeli buku. Padahal minat membaca kita meluap-luap luar biasa. Tapi kok bisa menulis tanpa punya buku-buku referensi? Perpustakaan Daerah, jawabannya. Hampir tiap sabtu kita ke perpustakaan. Setiap anak saya daftarkan menjadi anggota. Alhasil, setiap pulang, kita sampai bisa meminjam 20 buku untuk seminggu. Gratis lagi.

Dulu saya dan anak-anak cuma bisa mupeng saja lihat ensiklopedia ini di perpustakaan atau di lemari buku orang lain :D (foto: lenteraabadi2014.wordpress.com)
Pernah dulu seorang teman meminta rekomendasi saya, katanya buku apa yang bagus untuk anaknya? Mungkin karena dia suka membaca status-status saya tentang kesukaan anak-anak saya membaca buku. Saya langsung bengong karena terus terang saya tidak memiliki buku-buku untuk anak-anak di rumah. Kalau ke perpustakaan, saya langsung melepas anak-anak ke belantara rak-rak buku di ruang buku khusus anak. Saya tidak pernah tahu buku apa saja yang mereka baca. Saya juga tidak pernah tahu kalau anak-anak sudah pada khatam ensiklopedia dari berbagai penerbit dalam maupun luar negeri.

(foto: bukuanakmuslim.com)

Ketika tahun kemarin ayahnya, membelikan satu set ensiklopedia ilmu pengetahuan untuk Si Bungsu yang waktu itu baru menginjak kelas 2 SD.
Si Kakak bilang, “Dulu aku supaya bisa baca satu set buku ini sampai menunggu kesempatan main ke rumah teman yang punya buku ini. Tiap main kesana aku cuma bisa baca satu buku. Pokoknya aku susah payah banget deh saking pengen baca ensiklopedia ini.”
Masya Allah, Nak. Ibu baru tahu. Tapi gak apa-apa. Sesuatu yang kita usahakan dengan keras biasa berbuah manis 😘
Alhamdulillah setelah saya dan anak-anak menerbitkan buku, kita pun bisa membeli buku-buku sesuai keinginan kita. Kalau ada pameran, kita ngabring kesana. Pernah waktu itu Teteh dan Uni belanja buku-buku tebal setumpukan. Di antrian ada dua orang pemuda yang mennertawakan kita sambil bisik-bisik terdengar, “Lihat, kayak mau dibaca saja,” katanya. Itulah yang namanya menghakimi. Sok tahu tanpa tahu. Silakan saja hehe... 😜. Kita mah happy-happy saja bisa beli buku-buku yang kita sukai.

Baca juga koleksi barang saya yang lain di sini: Mmm... Wangi! Tulisan ini menjadi tulisan terbaik di Lomba Blog Sari Husada.
Saya termasuk yang tidak terlalu pilih-pilih apa saja yang dibaca. Selama kita punya pegangan, tidak masalah kita mengetahui pikiran orang lain. Beda dengan dahulu ketika masih belia, apapun yang saya baca saya masukan ke hati dan terlalu  dipikirkan sampai mendalam. Namun, semakin bertambah usia, bertambah pemahaman, insyaAllah saya tahu mana yang harus dijadikan rujukan, mana yang hanya sebagai alat mempelajari sesuatu dan mana yang hanya untuk tahu saja.
Demikian pula dengan anak-anak. Selama saya melihat itu bacaan anak-anak, saya biarkan dulu. Tapi wajib bagi saya tahu dan mengontrol pemahaman mereka. Untuk itulah daripada melarang, saya lebih baik meluangkan waktu untuk ngobrol tentang isi buku tersebut. Saya tidak ingin menciptakan iklim anak-anak takut pada saya tentang  yang dibacanya. Jika keingintahuan mereka kuat, dilarang pun mereka bisa tetap membacanya secara sembunyi-sembunyi. Jika mereka haus baca, kita yang harus menghujani mereka dengan bacaan untuk anak-anak, supaya tidak ada waktu bagi mereka untuk membaca sesuatu yang bukan untuk mereka. Tidak ada anggaran, balik lagi jawabannya: perpustakaan 😊.
Sekarang saya agak menyetop beli buku hanya karena bingung bukunya harus disimpan di mana. Saking cinta sama buku, sampai saat ini saya belum mau melepas mereka. Karena setiap buku, saya beli dengan susah payah dan dengan perjuangan di dalamnya. Makanya kalau tahu ada buku yang hilang, rasanya nyesek banget. Duuh...! 😔
Baiklah, daripada berlarut-larut mellow, kali ini saya ingin menceritakan beberapa jenis buku yang saya koleksi.
Buku Anak
Yang dimaksud buku anak di sini adalah buku-buku untuk usia SD dan SMP. Buku anak terbagi dua. Ada fiksi (novel anak seperti KKPK, PCPK, detektif, Spooky, dongeng, fantasi dll.) dan ada non fiksi. Buku fiksi sebetulnya milik anak-anak saya, baik hasil mereka membeli sendiri maupun hadiah dari penerbit saat mereka masih aktif nulis.
Contoh Koleksi Novei Anak (foto dok. pribadi)

Sedangkan buku non fiksi kebanyakan saya yang inisiatif beli karena saya ingin anak-anak tidak hanya membaca novel saja. Bentuknya ada yang komik, picbook dan ensiklopedia.
Contoh Koleksi Buku Non Fiksi Anak (foto dok. pribadi)

Buku Panduan dan Referensi
Saya banyak membeli buku-buku islam, selain untuk kebutuhan diri sendiri dalam memahami agama islam, juga sebagai referensi dalam menulis buku anak islam. Buku yang saya punya antara lain buku-buku hadits, tafsir, sejarah, fiqih, doa hingga kitab karangan ulama-ulama termasyhur. Ada yang sudah saya baca hingga tamat. Tapi ada yang saya baca sesuai kebutuhan saja. Misalnya saya sedang ingin mendalami suatu bahasan, maka saya lihat daftar isinya dan langsung ke pokok yang dicari.
Contoh Koleksi Buku Panduan dan Referensi (foto dok. pribadi)

Buku Parenting
Ada masa waktu dulu ketika saya baru  memiliki 1-3 anak, saya begitu keranjingan buku parenting. Saya begitu haus ilmu bagaimana caranya menghadapi anak. Padahal waktu itu perekonomian saya juga masih morat-marit, tapi untuk membeli buku parenting saya betul-betul memaksakan diri. Buku-buku yang saya punya waktu  itu antara lain buku seri Pendidikan Anak dalam Islam (Abdullah Nashih Ulwan), buku seri Mendidik Dengan Cinta (Irawati Istadi), buku Mendidik Anak Bersama Rasulullah, dan masih banyak lagi.
Contoh Koleksi Buku Parenting (foto dok. pribadi)

Satu persatu saya baca dan betul-betul saya praktekan. Soalnya udah mahal-mahal beli masa gak dipake. Rugi dong hehe...😜. Sayang sekarang banyak buku-buku saya entah kemana. Mungkin ada yang pinjam ya. Saya lupa, yang pinjam pun lupa. Ya sudahlah kalau itu bermanfaat untuk mereka, mudah-mudahan jadi amal jariyah bagi saya dan Allah menggantinya dengan buku yang lebih keren lagi hahaha.....😂
Buku Motivasi, Pengembangan diri dan Biografi
Pada waktu yang lain, saya pernah juga keranjingan buku motivasi, pengembangan diri dan biografi. Satu kali belanja mencapai 1 juta rupiah hanya untuk membeli buku yang ada di tab Pengembangan Diri saja. Nggak mau lihat-lihat yang lain. Untunglah waktu itu Gramedia sedang ulang tahun dan diskon 50% untuk semua buku. Saya hanya perlu membayar setengahnya saja 💸.
Buku-buku yang saya beli antara lain Chicken Soup for The Soul (Jack Canfield), Menjadi Wanita paling Bahagia (Dr. Aidh Al Qarni), Pemulihan Jiwa (Dedy Susanto), Merry Riana Mimpi Sejuta Dollar (Alberthiene Endah), Seri 7 Keajaiban Rejeki (Ippho Santoso), Gen Halillintar, The 7 Habits of Highly Effective People (Stephen R Covey), Sang Alkemis (Paulo Coelho), Panduan Sholat Khusyuk dengan Hypnotherapy & Self Hypnosis, Ayah... Kisah Buya Hamka (Irfan Hamka), Athirah Ibunda Jusuf Kalla (Alberthiene Endah), Ummu Salamah Istri Rasulullah Penuh Inspirasi (DR. Hishah) dan ada beberapa lagi yang lain.
Contoh koleksi buku motivasi, pengembangan diri dan biografi(foto dok. pribadi) 

Seperti yang saya bilang di atas, buku-buku yang saya baca ada yang betul-betul saya jadikan panduan, ada yang untuk wawasan dan ada yang hanya untuk tahu saja.
Novel
Sebetulnya novel-novel pun kebanyakan milik anak-anak saya. Saya cuma nebeng baca dan akhirnya suka. Novel-novel itu ada novel klasik (Seri Pollyana, A Garland for Girls, Eight Cousins, Seri Mary Poppins, Seri Just Patty, dll.). Dulu waktu anak-anak masih aktif nulis, mereka sering sekali dapat hadiah novel klasik dari penerbit sampai stok di rumah banyak yang double. Akhirya anak-anak memutuskan untuk menyumbangkan novel-novel klasik itu ke perpustakaan sekolahnya. Novel-novel klasik ini merupakan bacaan wajib di sekolah-sekolah di eropa sana. Kalau di kita mah kayak buku-buku roman karya pujangga baru atau pujangga lama kali ya.
Contoh koleksi novel klasik (foto dok. pribadi)

Jenis novel lainnya yang mendominasi rak buku saya adalah novel fantasi. Dari novel fantasi kita bisa mempelajari daya kreatifitas orang dalam menciptakan sebuah cerita. Hal yang hanya ada dalam khayalan mereka mampu mereka bahasakan sehingga seolah-olah nyata dan bahkan “dinyatakan” dalam bentuk film. Sebutlah seperti Serial Harry Potter, Serial The Hunger Games, Serial Iam Number Four, Serial Percy Jackson, Serial How to Train Your Dragon dan lain-lain. Buku-buku serial lainnya seperti Serial Wimpy Kid dan Serial Tom Gates.
Contoh koleksi novel karya penulis luar (foto dok. pribadi)

Anak-anak saya juga suka membeli novel-novel karya penulis Indonesia seperti novel-novel Tere Liye, Andrea Hirata, Raditya Dika dan Pidi Baiq. Selain itu ada juga novel-novel terjemahan dari timur tengah seperti karya Khaled Hosseini, Qaishra Shahraz dan Saddam Hussein (iya, yang mantan Presiden Irak itu). Tapi untuk novel-novel jenis teenlit, anak-anak saya kurang suka.
Contoh koleksi novel penulis dalam negeri (foto dok. pribadi)

Roman
Sebetulnya saya menyimpan dendam sejak masa SMP untuk bisa membaca buku-buku roman. Masa SMP adalah masa tergila saya dalam membaca buku dan justru buku-buku sangat sulit didapat. Saya selalu ngiler ketika guru Bahasa Indonesia menceritakan sinopsis-sinopsis roman karya-karya sastrawan jaman dulu.
Namun apalah daya, namanya juga orang tinggal di kampung. Tidak ada toko buku besar di sana. Akhirnya minat baca saya lari ke taman bacaan yang isinya hanya menyewakan komik silat, novel Wiro Sableng dan Kho Ping Hoo haha... 😅
Coba kalau seandainya waktu itu saya dihujani oleh buku-buku yang lebih baik, tentu saya akan membaca buku-buku yang lebih berfaedah hehe… 😇
Contoh koleksi roman (foto dok. pribadi)

Oya, roman-roman ini saya beli setiap saya berkunjung ke Museum Buya Hamka di Maninjau, Sumatera Barat. Saya baru dua kali kesana. Kebetulan leluhur suami berasal dari Maninjau.
Sebetulnya masih ada jenis buku lain yang saya koleksi namun masing-masing dalam jumlah lebih sedikit.
Saya berharap buku-buku ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi saya dan keluarga. Saya merasa buku-buku inilah salah satu faktor penyumbang meningkatnya kecerdasan otak anak-anak saya. Karenanya mudah-mudahan buku-buku yang saya  miliki ini bisa menjadi informasi dan menginspirasi teman-teman.

Jangan lupa follow Instagram koleksi buku-buku saya di sini

5 komentar:

  1. mbake, bukunya lengkap banget
    Pasti senang klo aku jadi tetangganya mbak...bisa pinjam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha...boleh...boleh, asal jangan lupa mengembalikan :))

      Hapus
  2. Keren tetehh
    Saya pun mengoleksi buku juga
    Cuma buku hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi saya buku itu harga yang tak ternilai harganya, Mba. Makanya suka nyesek kalau sampai hilang :)

      Hapus
  3. Wah, samaan mbak koleksinya, cuma kurang satu, buku parenting. Hehehe.... Kalau buku anak-anak dari dulu koleksi, udah niat bacain buku dari anak masih bayi sampai nanti bisa baca sendiri :)

    BalasHapus

Terima kasih ya atas kunjungan dan komentarnya ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...